Penangkapan dan Penyimpanan Karbon Butuh Percepatan
Indonesia memiliki potensi kapasitas penyimpanan 400 gigaton CO2 pada sumur-sumur migas, yang dapat dimanfaatkan melalui teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS). Implementasi diharapkan dipercepat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Implementasi teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau CCS, dengan potensi kapasitas penyimpanan 400 gigaton karbon dioksida, memerlukan akselerasi dalam rangka mewujudkan emisi nol bersih atau NZE 2060. Upaya tersebut perlu didukung regulasi, pendanaan yang menarik bagi investor, dan teknologi.
Seiring kebutuhan itu, Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC) dibentuk dan diresmikan di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Organisasi tersebut langsung berinisiasi menyelenggarakan forum bertajuk International and Indonesia CCS Forum 2023 yang digelar di Jakarta pada 11-12 September 2023.
ICCSC adalah komunitas para ahli dari berbagai bidang, termasuk teknik, sains, kebijakan, dan bisnis, dalam rangka mencari solusi akan tantangan yang ditimbulkan dari karbon dioksida. Itu antara lain melalui penelitian, inovasi, dan advokasi, sehingga teknologi CCS diharapkan bisa segera diimplementasikan di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, saat meluncurkan ICCSC dan International and Indonesia CCS Forum 2023, Selasa, mengatakan, potensi kapasitas 400 gigaton CO2 di sumur-sumur migas di Indonesia perlu dioptimalkan guna menekan emisi gas rumah kaca (GRK).
Ia pun mendorong inovasi serta investasi dan kerja sama dalam rangka percepatan implementasi CCS. ”(Terlebih) dengan adanya carbon pricing (nilai ekonomi karbon), yang sedang kami tata. Nantinya, sumber penerimaan negara juga akan cukup besar dengan bisnis antarsektor swasta,” kata Luhut.
Luhut mengemukakan, CCS hanya salah satu dari berbagai teknologi yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk mencapai target emisi nol bersih 2060 atau lebih cepat. Dengan dimotori para anak muda, ia berharap semua pihak bekerja untuk mengatasi persoalan perubahan iklim.
Ketua Panitia Pelaksana International and Indonesia CCS Forum 2023 Merry Marteighianti menuturkan, saat ini ada sejumlah proyek di Indonesia yang sudah mengkaji CCS. Namun, belum ada yang sampai tahap implementasi. Sementara pemanfaatan (utilization) karbon dengan metode pengurasan minyak tingkat lanjut (enhanced oil recovery/EOR) sudah ada.
”(Tantangan) dalam CCS, yakni regulasi, pendanaan, dan teknologi, harus ada. Khusus teknologi, saat ini terus berkembang. Dengan berbagai kemajuan teknologi, kami harap proyek CCS bisa masuk skala keekonomian sehingga dapat diterima (dan segera diimplementasikan),” ujarnya.
Peraturan menteri
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi, mengatakan, terkait regulasi, dukungan antara lain lewat Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan CCS dan CCUS pada Kegiatan Usaha Hulu Migas.
Dalam peraturan itu, antara lain tertuang ketentuan bahwa emisi karbon yang dimanfaatkan untuk CCS dan CCUS dapat berasal dari industri bukan minyak dan gas bumi, misalnya dari industri pupuk. Hal tersebut diharapkan turut mendukung penurunan emisi GRK sekaligus meningkatkan produksi migas (Kompas.id, 12/4/2023).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini terdapat 16 proyek CCS/CCUS di Indonesia dan semuanya masih dalam tahap studi atau persiapan. Sebagian besar proyek itu ditargetkan beroperasi sebelum 2030. Proyek Tangguh CCUS di Papua Barat menjadi salah satu proyek unggulan yang telah mendapat persetujuan rencana pengembangan (plan of development/POD).
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICCSC Belladonna Troxylon Maulianda mengatakan, ICCSC dapat berperan untuk menjadi pelopor dalam penerapan CCS secara luas. Indonesia akan didorong sebagai CCS hub di tingkat kawasan.
”Kami percaya lingkungan yang bersih dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bisa selaras. Dengan menjadikan Indonesia sebagai CCS hub di regional, diharapkan tercipta lapangan kerja baru, peningkatan investasi, dan memacu pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal, regional, serta global,” ucapnya.