Pelaku Industri Khawatirkan Anjloknya Impor Bahan Baku
Penurunan kinerja impor pada April 2023 merupakan yang terdalam dalam tiga tahun terakhir. Kinerja tersebut dapat berimbas pada kontraksi produktivitas industri pengolahan nasional.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Proses pembongkaran gula mentah yang didatangkan dari Thailand dengan menggunakan Kapal Pac Alcamar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (11/5/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Penurunan impor bahan baku atau penolong dapat menjadi sinyal tergerusnya kemampuan industri nasional dalam memproduksi permintaan. Apabila tidak teratasi, situasi tersebut dapat merambat pada kontraksi produktivitas industri pengolahan yang menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dipublikasikan Mei 2023, total nilai impor pada April 2023 mencapai 15,35 miliar dollar AS. Angka ini anjlok 25,45 persen dari bulan sebelumnya dan merosot 22,32 persen dibandingkan April 2022.
Menurut penggunaannya, impor bahan baku/penolong yang menjadi kontributor teratas melorot 23,26 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan merosot 25,33 persen dibandingkan April 2022. Impor barang modal juga jeblok 36,66 persen dibandingkan Maret 2023 dan menurun 6,95 persen terhadap posisi pada April 2022. Komoditas dengan penurunan nilai impor terbesar pada April 2023 terhadap bulan sebelumnya terdiri dari mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya yang turun 820,09 juta dollar AS, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (620,73 juta dollar AS), serta besi dan baja (445,23 juta dollar AS).
Sepanjang Januari-April 2023, BPS mencatat, total nilai impor mencapai 70,3 miliar dollar AS atau merosot 8,19 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Impor bahan baku/penolong jeblok 11,52 persen menjadi 52,39 miliar dollar AS. Impor barang modal naik 6,51 persen menjadi 11,79 miliar dollar AS.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menjelang Lebaran, Rabu (19/4/2023). Pelabuhan Trisakti merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di Kalimantan dengan fasilitas yang memadai untuk melayani barang curah, konvensional, dan kontainer. Pelabuhan ini menjadi gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor dan barang antarpulau.
Menurut Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri sekaligus Ketua Properti dan Kawasan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia Sanny Iskandar, penurunan impor tersebut dapat berpengaruh pada kemampuan industri dalam negeri untuk memenuhi pesanan konsumen pasar internasional. ”Situasi ini tidak bagus karena buyer dapat mengalihkan pesanannya ke produsen di negara lain, apalagi untuk (memproduksi) barang-barang yang tergolong mudah untuk dikerjakan,” katanya saat dihubungi, Selasa (23/5/2023).
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani menggarisbawahi, penurunan kinerja impor pada April 2023 merupakan yang terdalam dalam tiga tahun terakhir selain puncak pandemi Covid-19. Dia menyatakan, pelaku industri khawatir penurunan tersebut berimbas pada kontraksi produktivitas industri pengolahan nasional dalam jangka pendek. Dampaknya, periode perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional berpotensi lebih panjang dibandingkan ekspektasi lantaran industri manufaktur berkontribusi tertinggi dibandingkan sektor usaha lainnya.
Dari segi teknis impor, dia menilai, hambatan yang ditimbulkan sistem nasional neraca komoditas. ”Kebijakan ini umumnya bertujuan memoderasi impor dan mendiversifikasi suplai impor dengan produk dalam negeri. Namun, dalam enam bulan terakhir, kami menerima banyak keluhan dari pelaku usaha yang izin impornya dibatasi dan impornya tertahan di pelabuhan hingga mesti menanggung tambahan biaya yang tinggi,” tuturnya saat dihubungi.
Kendala teknis tersebut, katanya, terjadi di tengah pelemahan permintaan global akibat krisis sektor keuangan di Amerika Serikat dan Eropa serta kenaikan beban faktor produksi manufaktur, seperti biaya tenaga kerja dan logistik. Dia menambahkan, periode produktif bagi industri nasional pada April 2023 lebih pendek karena adanya libur Lebaran.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (17/8/2023).
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan, permintaan menurun karena kecenderungan kapasitas industri mulai berkurang saat periode Ramadhan-Lebaran 2023. Produksi pun dioptimalkan pada 1-2 bulan sebelum periode tersebut. Dampaknya, impor bahan baku pada April 2023 turut menurun. ”Mei ini, kinerja industri kemungkinan membaik karena ada kenaikan permintaan. Contohnya, sektor otomotif, elektronik, dan obat-obatan,” ujarnya.
Penurunan impor dan produksi itu, katanya, sejalan dengan melambatnya laju ekspansi yang ditunjukkan oleh Indeks Kepercayaan Industri (IKI). Pada April 2023, nilai IKI berada pada posisi 51,38 atau lebih rendah dibandingkan dengan angka pada Maret 2023 (51,87) dan Februari 2023 (52,32). Karena nilainya berada di atas 50, angka IKI tersebut menunjukkan industri nasional tengah berekspansi.
Dibandingkan dengan sejumlah negara anggota ASEAN, laju ekspansi industri Indonesia yang ditunjukkan Purchasing Manager’s Index (PMI) yang diluncurkan S&P Global tidak tergolong pesat. Pada April 2023, PMI Indonesia berada di posisi 52,7 atau naik 1,54 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun PMI ASEAN senilai 52,7 atau meningkat 3,3 persen dibandingkan Maret 2023.
Thailand menduduki ranking teratas dengan PMI senilai 60,4 atau melesat 13,74 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Negara lain dengan kenaikan PMI di atas Indonesia terdiri dari Myanmar (meningkat 3,42 persen menjadi 57,4) dan Singapura (melonjak 6,13 persen menjadi 51,9).