Perbankan dan korporasi ramai-ramai menerbitkan obligasi hijau atau ”green bond”. Selain jadi inisiatif pengurangan emisi dan bisnis berkelanjutan, korporasi dan bank melihat potensi besar sektor ekonomi berkelanjutan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Obligasi untuk bisnis berkelanjutan atau green bond dan pembiayaan ke sektor ekonomi hijau dari perbankan dan korporasi kian marak. Selain karena sejalan dengan rencana pemerintah mengurangi emisi, perbankan dan korporasi melihat potensi yang besar dari sektor ekonomi berkelanjutan.
Terkait hal itu, Selasa (23/5/2023), Bank Mandiri menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan (Green Bond) Bank Mandiri Tahap I Tahun 2023 dengan target indikatif Rp 5 triliun. Penerbitan green bond ini adalah bagian dari PUB Green Bond Bank Mandiri dengan total sebesar Rp 10 triliun.
Dana yang terkumpul melalui penerbitan green bond ini akan digunakan untuk membiayai atau membiayai kembali kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam kategori Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL). KUBL diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 60/POJK.04/2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan.
Guna mendukung aksi korporasi ini, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, perseroan telah menunjuk enam perusahaan penjamin emisi, yakni Bahana Sekuritas, BNI Sekuritas, BRI Danareksa Sekuritas, CIMB Niaga Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas Indonesia.
Darmawan mengatakan, penerbitan obligasi ini merupakan salah satu inisiatif strategis untuk memperkuat struktur pendanaan dalam mendukung rencana ekspansi bisnis dalam kerangka implementasi Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB) Bank Mandiri pada pilar Sustainable Banking. ”Penerbitan green bond merupakan salah satu inisiatif mendukung pencapaian target net zero emission (NZE) Indonesia pada 2060,” ujarnya di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan, dalam dokumen komitmen NZE itu disebutkan bahwa dibutuhkan dana sekitar 281 miliar dollar AS sampai tahun 2030 membiayai berbagai proyek dan inisiatif untuk pengurangan emisi sebagai salah satu tahapan sebelum tahun 2060.
Proyek itu antara lain pengembangan energi baru terbarukan, transportasi ramah lingkungan, dan lain-lain. Hal ini, kata Darmawan, sebagai potensi pendanaan yang besar sehingga Bank Mandiri bisa ikut berpartisipasi di dalamnya.
Penerbitan green bond ini bukan pertama kali dilakukan Bank Mandiri. Sebelumnya, Bank Mandiri telah menghimpun dana green bond berbasis ESG senilai 800 juta dollar AS. Adapun rinciannya, yakni penerbitan Sustainability Bond senilai 300 juta dollar AS pada tahun 2021 dan ESG Repo senilai 500 juta dollar AS pada tahun 2022.
Dari sisi pembiayaan, hingga Maret 2023, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan ke sektor yang memenuhi prinsip lingkungan, sosial, tata kelola (environtment, social, governance/ESG) hingga Rp 232 triliun bertumbuh 11 persen secara tahunan. Jumlah ini setara dengan 25 persen dari total portofolio kredit Bank Mandiri. Adapun pembiayaan ESG tersebut tersalurkan antara lain ke sektor UMKM, pertanian berkelanjutan, energi terbarukan, dan transportasi bersih.
Laris di pasaran
Penerbitan green bond terbilang digemari pasar. Hal ini tecermin dari penerbitan green bond PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) yang kelebih permintaan (oversubscribed) hingga 8,25 kali lipat. Pada akhir April 2023, penerbitan green bond PGE membukukan dana 400 juta dollar AS.
Dana tersebut digunakan perseroan untuk membiayai kembali (refinancing) proyek-proyek pengembangan sumber daya geotermal yang telah dilakukan guna menyediakan akses ke energi bersih dan ramah lingkungan yang andal dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Penggunaan dana untuk refinancing sudah sesuai dengan eligibility criteria yang telah ditetapkan dalam Green Financing Framework PGE. Framework ini sudah selaras dengan Green Bonds Principles 2021, Green Loan Principles 2021, dan ASEAN Green Bonds Standards 2018.
Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah mengungkapkan, pihaknya sangat senang dengan sambutan positif pasar dengan penerbitan green bond. Ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk melaksanakan bisnis berkelanjutan.
”Sentimen positif yang kami dapatkan menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi investasi di sektor geotermal pada khususnya dan energi terbarukan (EBT) di Indonesia. Antusiasme yang tinggi ini juga semakin mengukuhkan komitmen kami dalam mengembangkan potensi energi hijau di Indonesia,” dalam keterangan persnya, Senin (22/5/2023).