Selamat periode Lebaran, Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah pusat maupun daerah memantau perkembangan harga dan berupaya mengendalikan inflasi.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Kegiatan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Selasa (7/2/2023).
Di sejumlah daerah, sistem keamanan lingkungan atau siskamling dilakukan warga untuk menjaga keamanan. Warga bersama-sama petugas keamanan berpatroli menjaga lingkungan tetap kondusif, aman, dan nyaman. Konsep dan semangat siskamling itulah yang diterapkan Bank Indonesia bersama pemerintah untuk bersama-sama mengendalikan potensi lonjakan inflasi pada periode Lebaran 2023.
Dalam sebuah kesempatan beberapa waktu lalu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya mencermati dan berupaya mengendalikan potensi lonjakan inflasi pada periode Lebaran 2023. Salah satu upaya untuk mengendalikan inflasi adalah dengan menjalankan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Melalui GNPIP, BI berkoordinasi erat dengan pemerintah, baik di tingkat pusat, kementerian dan lembaga, maupun pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas harga, khususnya harga pangan. Koordinasi untuk melacak dan memastikan ketersediaan bahan pangan di satu daerah yang kekurangan agar bisa dipasok dari daerah lain yang berlebih.
Dalam pelaksanaan di lapangan, BI membuat grup Whatsapp bernama ”BI Siskamling”. Di dalam grup itu, BI berkoordinasi, antara lain, dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bulog, dan Badan Pangan Nasional untuk memastikan ketersediaan pasokan pangan di daerah. Dengan pasokan yang dapat memenuhi permintaan, harga barang bisa terkendali.
Ada empat upaya BI bersama mitra untuk mengendalikan inflasi. Pertama adalah menjaga pasokan barang. Upaya kedua adalah menjaga keterjangkauan harga. Ketiga, menjaga kelancaran distribusi. Adapun upaya keempat adalah menjalin komunikasi efektif dengan semua pemangku kepentingan.
Selain siskamling, BI juga bekerja sama dengan Bulog menggelar pasar murah di 46 kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia. Tidak hanya saat periode Lebaran, GNPIP yang sudah dilaksanakan sejak awal tahun ini juga telah menggelar program pangan mandiri di 7.443 titik di seluruh Indonesia dengan membagikan bibit pertanian untuk menjaga produktivitas di masa mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah dan otoritas terkait akan terus memperkuat sinergi komunikasi kebijakan untuk mendukung pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat sehingga tetap terkendali, khususnya selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2023.
Selain itu, pemerintah dan BI melalui TPIP dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga akan terus bersinergi menjaga inflasi dalam rentang sasaran 2-4 persen pada 2023 ini.
Secara historis, lonjakan inflasi selalu tercatat pada bulan yang dilalui Ramadhan atau bulan puasa. Pada 2019, saat bulan puasa sepanjang Mei, tercatat inflasi bulanan 0,68 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan April yang sebesar 0,44 persen. Bahkan, inflasi bulanan Mei itu jadi yang tertinggi sepanjang tahun itu.
Pada 2020, terjadi pengecualian karena ada pandemi, di mana bulan Mei saat bulan puasa, inflasi tidak terlalu melonjak. Namun, pada 2021, saat bulan puasa juga terjadi sepanjang Mei, tercatat inflasi bulanan 0,32 persen, meningkat dibanding April yang sebesar 0,13 persen.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pedagang melayani calon pembeli di pusat penjualan perhiasan emas di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (2/5/2023). Badan Pusat Statistik mencatat, inflasi pada April 2023 sebesar 0,33 persen. Barang perhiasan menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi pada April 2023.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro menjelaskan, pada periode bulan Ramadhan kerap terjadi peningkatan permintaan barang dan jasa. Pemberian tunjangan hari raya (THR) juga merangsang peningkatan belanja di masyarakat.
Jika permintaan masyarakat yang tinggi ini tidak dibarengi dengan terpenuhinya pasokan atau penawaran, terjadi lonjakan harga. Pemenuhan permintaan dengan pasokan ini jadi cara mujarab mengendalikan harga barang.
Ia menambahkan, perputaran uang yang besar, permintaan masyarakat yang tinggi, dan upaya peningkatan produksi dari dunia usaha untuk imbangi permintaan itu menjadi faktor-faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu, mengoptimalkan daya ungkit pertumbuhan perlu diimbangi dengan pengendalian inflasi.
Periode Lebaran, menurut Andry, selalu memberikan motor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dorongan tersebut akan lebih optimal jika diikuti oleh inflasi yang terkendali.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, inflasi pada periode Ramadhan dan Lebaran 2023 ini 0,33 persen atau lebih rendah secara tahunan dibanding periode Ramadhan dan Lebaran 2022. Semoga ini berkat siskamling yang dilakukan BI bersama mitra dengan sungguh-sungguh.