Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terkendali, BI Pertahankan Tingkat Suku Bunga Acuan
Inflasi yang kian melandai dan nilai tukar rupiah yang mengalami tren penguatan, menjadi alasan Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua dari kiri) hendak memimpin konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia didampingi para deputi, (dari kiri) Destry Damayanti, Juda Agung, Doni P Joewono, dan Aida S Budiman di Gedung BI, Jakarta, Selasa (18/4/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia memutuskan kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada level 5,75 persen. Terkendalinya inflasi dan nilai tukar rupiah menjadi alasan BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Posisi tingkat suku bunga acuan ini telah bertahan selama 3 bulan sejak Januari 2023.
”Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,5 persen,” ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam jumpa pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Jakarta, Selasa (18/4/2023).
Perry menjelaskan, keputusan tersebut konsisten dengan posisi kebijakan moneter yang antisipatif (pre-emptive) dan berorientasi ke depan (forward looking) untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.
”Kami meyakini tingkat suku bunga saat ini memadai untuk mengarahkan inflasi kembali ke sasaran target,” ujar Perry.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi umum pada Maret 2023 sebesar 4,97 persen secara tahunan. Tingkat inflasi ini menurun dibandingkan pada Februari 2023 yang sebesar 5,47 persen. Kendati demikian, inflasi tahunan tersebut masih berada di atas sasaran pengendalian inflasi yang ditetapkan BI, yakni 2-4 persen.
Menurut Perry, tingkat suku bunga acuan saat ini dinilai sudah memadai untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2-4 persen pada September 2023.
Selain tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar rupiah juga dalam tren menguat. Mengutip kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), sejak akhir Maret hingga 17 April 2023, kurs rupiah mengalami tren penguatan terhadap dollar AS. Pada penutupan perdagangan 30 Maret, kurs rupiah berada pada level Rp 15.062 per dollar AS, sedangkan pada 17 April kurs tercatat pada level Rp 14.773 per dollar AS.
Sejak awal tahun hingga 17 April 2023, rupiah telah menguat 5,26 persen. Penguatan ini lebih tinggi dibandingkan rupee India yang menguat sebesar 0,93 persen dan baht Thailand yang menguat 0,71 persen. Sejumlah mata uang malah terdepresiasi terhadap dollar AS, seperti peso Filipina yang melemah 0,22 persen selama periode yang sama.
Perry menambahkan, ke depan, BI memprakirakan rupiah terus menguat sejalan dengan surplusnya transaksi berjalan dan berlanjutnya aliran masuk modal asing yang dipengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
Menurut Perry, BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah. Kebijakan tersebut diperkuat dengan pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi Term Deposit valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) sesuai dengan mekanisme pasar.
Situasi mendukung
Terpisah, peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky menjelaskan, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan sudah tepat. Sebab, tingkat inflasi terkendali dan kian melandai.
”Tingkat inflasi bergerak ke arah penurunan dan makin mendekati kisaran target BI, yakni 3 plus minus 1 persen,” ujar Riefky.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Petugas mendata uang rupiah yang masuk-keluar di Cash Center PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jakarta, Kamis (13/4/2023).
Ia menambahkan, dari sisi eksternal, penundaan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut di AS telah menciptakan momentum aliran dana ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga terjadi aliran modal masuk sebesar Rp 8,21 triliun pada minggu kedua April 2023. Dampaknya, rupiah sempat menguat hingga Rp 14.750 pada 13 April 2023, menjadikannya salah satu yang memiliki kinerja terbaik di antara negara berkembang lainnya.
”Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, kami melihat bahwa BI memang sebaiknya mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 5,75 persen bulan ini sambil terus menerapkan langkah-langkah makroprudensial untuk mendukung momentum pertumbuhan,” ujar Riefky.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, kondisi perekonomian belakangan ini, baik domestik maupun global, sangat positif bagi Indonesia. Inflasi di dalam negeri terkendali dan bahkan melandai. Di sisi lain nilai tukar rupiah juga mengalami tren penguatan.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan tingkat suku bunga acuan akan tetap dipertahankan di posisi 5,75 persen sampai akhir 2023. Ia melihat, tingkat suku bunga itu cukup untuk mempertahankan keseimbangan pengendalian inflasi sambil mendorong pertumbuhan ekonomi.