Soal Transisi Energi, Presiden Jokowi: ”Not Only Talk the Talk”
Presiden Joko Widodo mengundang Jerman menanamkan modalnya di Indonesia guna mewujudkan transisi energi yang adil dan terjangkau. Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebut Jerman ingin memperdalam kerja sama dengan Indonesia.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
HANNOVER, KOMPAS — Di hadapan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden RI Joko Widodo menyatakan, tak hanya membicarakan transisi energi, tetapi mengerjakannya. Terkait hal itu, dia mengundang Jerman untuk menanamkan modalnya di Indonesia agar transisi energi dapat berjalan adil dan terjangkau bagi masyarakat.
Presiden Jokowi menyampaikan hal itu dalam pembukaan pameran industriHannover Messe 2023, Minggu (16/4/2023) malam waktu setempat. Indonesia menjadi negara mitra resmi pameran yang berlangsung pada 17-21 April 2023 di Hannover Fairground, Hannover, Jerman, serta dihelat oleh Deutsche Messe AG.
Jokowi mengatakan, Indonesia hendak memastikan transisi energi menghasilkan energi yang terjangkau bagi masyarakat. Oleh sebab itu, industri membutuhkan inovasi sehingga memerlukan pembiayaan yang besar, setidaknya 1 triliun dollar AS hingga tahun 2060.
"We walk the talk, not only talk the talk,” ujarnya saat membuka Hannover Messe 2023 di Hannover Congress Centrum yang diadakan secara hibrida.
Guna menjalankan transisi tersebut, Presiden Jokowi mengundang investor Jerman agar turut menanamkan modalnya. Menurut Presiden, investasi tersebut menandakan keikutsertaan Jerman dalam membangun ekonomi hijau Indonesia. Selain itu, dia memaparkan, Indonesia membangun 30.000 hektar kawasan industri hijau dan merehabilitasi 600.000 hektar hutan hingga 2024. Langkah-langkah dinilai menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga keberlangsungan lingkungan.
Tak hanya untuk pembangunan ekonomi hijau, kata Presiden, Indonesia juga membutuhkan investasi dan kerja sama dalam membangun industri hilir. ”Sampai 2040, terdapat 21 komoditas yang berada dalam peta jalan hilirisasi dan diproyeksikan mencapai nilai investasi 545,3 miliar dollar AS. Ini peluang yang sangat besar dan saling menguntungkan,” ujarnya.
Jerman ingin memperdalam kerja sama dengan Indonesia, baik dari sisi politik maupun ekonomi.
Dalam kesempatan yang sama, Olaf Scholz mengatakan, Jerman ingin memperdalam kerja sama dengan Indonesia, baik dari sisi politik maupun ekonomi. Dia mencontohkan, pada akhir penyelenggaraan presidensi G7, lahir kemitraan pertama di dunia yang membahas transisi energi terbarukan yang adil.
Kemitraan itu, katanya, akan menghimpun investasi pemerintah dan swasta di antara negara anggota G7 dengan total 10 miliar euro untuk mempercepat transisi Indonesia menuju energi terbarukan. ”Kami mengundang Anda, khususnya perusahaan Jerman yang inovatif dan ramah iklim, untuk melihat kesempatan ini,” ujarnya.
Olaf Scholz menambahkan, anggota negara G7 mendirikan Climate Club pada akhir 2022 untuk mencapai target iklim global. Dia menyebutkan, Indonesia akan turut serta dalam Climate Club pada beberapa hari ke depan.
Sementara itu, President ZVEI (German Electro and Digital Industry Association) Gunther Kegel menilai, Indonesia merupakan mitra yang tepat dalam menyelenggarakan Hannover Messe. ”Seluruh pengusaha yang hadir saat ini didorong untuk mempertimbangkan Indonesia sebagai (negara) tujuan investasi,” katanya dalam kesempatan yang sama.