RI Teken Kerja Sama Bisnis Rp 30 Triliun Berorientasi Kelestarian
Kesepakatan-kesepakatan kerja sama yang ditandangani berorientasi pada penerapan prinsip-prinsip kelestarian dalam industri manufaktur. Hal ini sejalan dengan salah satu isu yang diusung oleh Hannover Messe 2023.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
HANNOVER, KOMPAS — Pemerintah dan sejumlah perusahaan Indonesia menandatangani nota kesepahaman senilai total Rp 30 triliun dengan Jerman di ajang Hannover Messe 2023. Kerja sama bisnis tersebut berorientasi pada penerapan prinsip-prinsip kelestarian atau sustainability.
Indonesia menjadi negara mitra resmi Hannover Messe 2023, pameran industri yang dihelat oleh Deutsche Messe AG di Hannover Fairground, Hannover, Jerman. Pameran berlangsung pada 17-21 April 2023. Kendati pameran belum dibuka, sejumlah perusahaan dan Pemerintah Indonesia sudah menandatangani nota kesepahaman (MOU) internasional di Paviliun Indonesia di Hannover Messe, Minggu (16/4/2023) siang waktu setempat.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Eko S A Cahyanto memaparkan, ada tiga kesepakatan antarpemerintah (G-to-G), empat kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan pelaku usaha (G-to-B), serta 16 kesepakatan bersifat antarbisnis (B-to-B). ”Untuk nota kesepahaman G-to-B dan B-to-B, nilai totalnya mencapai sekitar Rp 30 triliun,” ujarnya saat ditemui setelah acara penandatanganan MOU, Minggu.
Penandatanganan MOU tersebut, kata Eko, baru terealisasi lantaran para pihak sepakat bertemu secara langsung di Hannover Messe. Karena promosi di media sosial dan strategi pendekatan yang digencarkan pemerintah, setiap pihak telah memulai diskusi secara virtual mengenai kesepakatan sejak sebelum Hannover Messe 2023 berlangsung.
Eko menggarisbawahi, kesepakatan-kesepakatan kerja sama yang ditandangani tersebut berorientasi pada penerapan prinsip-prinsip kelestarian dalam industri manufaktur. Hal ini sejalan dengan salah satu isu yang diusung oleh Hannover Messe 2023, yakni karbon netral, kelestarian, dan perubahan iklim.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menargetkan, kemitraan resmi Indonesia dengan Hannover Messe 2023 dapat menghasilkan investasi hingga Rp 14 triliun atau 100 kali lipat dari anggaran penyelenggaraan yang senilai Rp 140 miliar. Kementerian juga menargetkan setidaknya terdapat 13 penandatanganan kesepakatan bisnis.
Eko menyebutkan, salah satu bentuk kerja sama itu akan terwujud 2-3 bulan ke depan dalam bentuk perusahaan patungan (joint venture). Bentuknya adalah groundbreaking pembangunan pabrik di kawasan industri di luar Jawa dalam sektor kelestarian dan energi terbarukan. Selain itu, ada juga kesepakatan pemanfaatan surat utang (bond) hijau dari Amerika Serikat dengan sindikasi bank asal Jerman untuk membiayai proyek di luar Jawa.
Dari sisi teknis, dia mengatakan, ada kesepakatan kerja sama G-to-B antara Kementerian Perindustrian dan salah satu perusahaan Jerman mengenai pemanfaatan teknologi pemilahan (sorting). Teknologi tersebut dapat diterapkan di semua sektor dalam proses produksinya, termasuk pemilahan dalam industri daur ulang.
Dia menambahkan, terdapat kerja sama antara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan Pemerintah Jerman. Kerja sama ini akan mendorong pelatihan sumber daya manusia, khususnya untuk vokasi.
Pada kesempatan itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman turut menandatangani MOU yang berorientasi pada daur ulang. ”Sejumlah pelaku usaha industri makanan-minuman akan memanfaatkan teknologi daur ulang kemasan tersebut,” katanya.
Chairwoman Indonesian Plastic Recycling Association Christine Halim memerinci, nilai kerja sama tersebut berkisar Rp 200 miliar. Wujudnya pabrik daur ulang yang bekerja sama dengan Singapura dan berada di Jember, Jawa Timur. Pabrik itu sudah berjalan sejak Februari 2023 dan memanfaatkan teknologi daur ulang plastik dari Jerman yang mampu memproduksi kemasan yang aman untuk pangan (food grade). Nantinya sejumlah perusahaan makanan-minuman Indonesia akan menggunakan kemasan hasil daur ulang tersebut.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menyebutkan, terdapat kesepakatan pemanfaatan cangkang kelapa sawit dengan nilai total Rp 5 triliun. ”Cangkang itu akan dimanfaatkan untuk energi biomassa,” ujarnya saat ditemui di lokasi yang sama.