Pergudangan modern dinilai masih akan diminati pada masa pascapandemi Covid-19. Meski demikian, tren pertumbuhannya diperkirakan melambat seiring pulihnya kegiatan luring dan berkurangnya aktivitas belanja daring.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permintaan pergudangan modern untuk logistik di kawasan industri diprediksi tumbuh melambat tahun ini. Meski demikian, tahun ini diprediksi akan ada penambahan suplai pergudangan untuk logistik hampir 500.000 meter persegi di wilayah Jabodetabek.
Head of Industrial and Logistic Services Colliers Indonesia Rivan Munansa mengemukakan, permintaan pergudangan modern yang selama ini didominasi oleh sektor e-dagang terus menurun seiring melandainya pandemi Covid-19. Bahkan, permintaan pergudangan modern lebih rendah dibandingkan sebelum masa pandemi.
Beberapa industri e-dagang yang semula berencana memperluas ruang gudang modern, menunda rencana ekspansi. Perlambatan bisnis e-dagang itu turut dipicu gaya hidup sebagian masyarakat yang kembali berbelanja secara luring dan melemahnya daya beli. Meski demikian, ia optimistis kebutuhan belanja daring masih terus ada sehingga bisnis e-dagang dan pergudangan modern akan bangkit pada tahun depan.
”Permintaan pergudangan modern sangat melambat, bahkan ada yang lebih rendah dari sebelum pandemi. Selama pandemi perkembangan bisnis e-dagang sangat cepat sehingga ekspansi pergudangan modern tumbuh pesat. Saat ini orang kembali ke kehidupan normal sehingga belanja daring turut berkurang,” kata Rivan, saat dihubungi, Kamis (13/4/2023).
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar mengemukakan, permintaan pergudangan konvensional dan pergudangan modern berhubungan erat dengan kegiatan produksi. ”Permintaan pergudangan logistik dan ruang-ruang gudang sangat berhubungan erat dengan peningkatan kegiatan produksi. Kalau permintaan produk meningkat, otomatis kebutuhan baku dan penolong akan meningkat sehingga gudang-gudang akan lebih terisi,” ujarnya, saat dihubungi, Kamis (13/4/2023).
Menurut Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim, hingga tahun 2025, pasokan pergudangan modern di Jabodetabek diprediksi akan bertambah seluas 1 juta meter persegi sehingga total luas pergudangan modern di Jabodetabek menjadi 3,3 juta meter persegi. Dari sisi permintaan, kebutuhan pergudangan modern pascapandemi Covid-19 diprediksi tumbuh meskipun tidak sebesar di masa pandemi.
”Ketika pandemi terjadi, permintaan pergudangan dari (perusahaan) e-dagang dan logistik tumbuh pesat. Kini, pergerakan last mile delivery (pengiriman akhir) dan e-dagang melambat, tetapi ada permintaan cukup sehat terkait dengan jasa penyedia logistik, FMCG (barang kebutuhan sehari-hari), dan industri manufaktur,” ujarnya dalam JLL Media Briefing, Kamis (13/4/2023).
Pada masa pandemi, pergudangan modern lebih cepat tumbuh seiring berkembangnya e-dagang dan tren belanja secara daring. Selama periode 2018-2022, luas pergudangan modern meningkat dari 1,5 juta meter persegi menjadi 2,3 juta meter persegi. Sementara itu, tingkat serapan (okupansi) ruang pergudangan logistik itu mencapai 93 persen.
Pembangunan pergudangan modern turut mengalami pergeseran, yakni dari yang sebelum masa pandemi lebih banyak disesuaikan dengan kebutuhan konsumen (build-to-suit) bergeser menjadi pergudangan yang dibangun secara spekulatif (speculatively-built) dengan desain dan fasilitas yang ditentukan pengembang. ”Kondisi mulai terbalik, pergudangan dibangun spekulatif, ketimbang build-to-suit,” katanya.
Yunus menambahkan, selepas pandemi, permintaan sektor pergudangan modern pada kawasan industri di Jabodetabek dan investasi pergudangan modern masih akan tumbuh. Penambahan pasokan pergudangan modern seluas 500.000 meter persegi di Jabodetabek pada tahun 2023 mengindikasikan wilayah Jabodetabek masih paling diminati investor pergudangan, selain munculnya investor-investor baru pergudangan. Sejalan dengan hal itu, kompetisi akan meningkat pada wilayah yang banyak pasokan pergudangan.
Head of Logistics and Industrial JLL Indonesia, Farazia Basarah, mengemukakan, tidak ada pasokan baru pergudangan modern yang selesai dibangun di Jabodetabek pada awal tahun 2023 menyebabkan tingkat okupansi ruang pergudangan masih terpantau sehat di level 93 persen. Beberapa proyek masih dalam proses konstruksi dan direncanakan akan mulai beroperasi di triwulan kedua dan ketiga tahun ini.
”Pada triwulan ini permintaan positif didominasi oleh penyedia jasa logistik, FMCG, dan manufaktur/end-user. Beberapa penyewa dari industri e-dagang dan last-mile delivery diketahui tidak memperpanjang masa sewa,” ujarnya.
Minat investasi
Country Head JLL Indonesia James Allan mengemukakan, minat investor asing dan lokal terhadap Indonesia sebagai tujuan investasi masih terpantau aktif di awal tahun 2023 sebagai kelanjutan tren serupa di tahun 2022. ”Pembangunan infrastruktur dan transportasi massal diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan properti,” ujarnya.
Selain pergudangan modern, permintaan lahan industri juga diminati oleh perusahaan manufaktur dan barang konsumen cepat bergerak (FMCG) lokal dan internasional. Di sisi lain, sektor properti alternatif seperti pusat data, pendidikan dan kesehatan juga merupakan sektor yang dilirik oleh para pelaku bisnis properti.
Jacintha Herzog, Head of Capital Markets JLL Indonesia, mengemukakan, pertumbuhan pesat pengguna internet di Indonesia menjadi pendorong pembangunan pusat data. Pengembangan pusat data dengan target pasar yang jelas akan diminati baik investor lokal dan asing maupun kerja sama antara investor asing dan lokal dengan operator pusat data.
Kebutuhan pusat data meningkat signifikan karena kebutuhan internet di Indonesia.
”Kebutuhan pusat data meningkat signifikan karena kebutuhan internet di Indonesia. Pengembang pusat data akan terus mencari peluang investasi di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Sanny menyoroti, ada kecenderungan penumpukan barang di gudang berkurang akibat pembatasan impor terkait pengaturan beberapa komoditas serta perlambatan impor bahan baku dan penolong yang masuk ke dalam negeri. Hambatan ini memicu keresahan produsen, di antaranya industri logam yang memerlukan bahan baku dan bahan penolong untuk proses produksi.