Pada perdagangan Senin (10/4/2023), harga saham Waskita turun 3,85 persen menjadi Rp 200 per saham. Sejak awal tahun harga saham Waskita menurun sebesar 44 persen.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emiten dari berbagai sektor terus mengeluarkan laporan keuangan yang diperoleh sepanjang 2022. Mulai dari emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara atau BUMN hingga emiten dalam bidang unggas yang biasanya menjadi primadona menjelang Lebaran.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk membukukan kenaikan pendapatan sepanjang tahun 2022 lalu. Tetapi, rugi bersih BUMN konstruksi ini masih saja meningkat. Pada perdagangan Senin (10/4/2023), harga saham Waskita turun 3,85 persen menjadi Rp 200 per saham. Sejak awal tahun harga saham Waskita menurun sebesar 44 persen.
Berdasarkan laporan keuangan, Waskita membukukan pendapatan sebesar Rp 15,30 triliun. Perolehan ini meningkat 25,2 persen dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar Rp 12,22 triliun. Kenaikan pendapatan ini terutama disumbangkan oleh segmen konstruksi yang naik 33,5 persen menjadi Rp 13,56 triliun.
Di sisi lain, peningkatan pendapatan disertai dengan beban pokok pendapatan yang juga naik pesat, yaitu sebesar 34,2 persen. Beban pokok pendapatan Waskita naik menjadi Rp 13,85 triliun. Hasilnya, laba kotor Waskita turun 23,7 persen menjadi Rp 1,45 triliun. Rugi bersih Waskita membengkak 72,7 persen dari Rp 1,1 triliun menjadi Rp 1,9 triliun.
Sementara itu, anak usaha Waskita Karya, PT Waskita Beton Precast Tbk, membukukan laba bersih sebesar Rp 675 miliar pada tahun 2022 lalu. Laba tersebut didukung oleh pendapatan usaha yang naik pesat 49 persen menjadi Rp 2,06 triliun pada 2022 lalu.
”Pendapatan usaha tahun 2022 didukung oleh kontribusi dari lini bisnis utama Waskita Beton Precast, yaitu segmen precast sebesar 40,3 persen, readymix 19,9 persen, dan jasa konstruksi 39,8 persen. Meskipun tahun 2022 adalah periode yang penuh tantangan, Waskita Beton Precast tetap mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja positif,” kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Waskita Karya Asep Mudzakir.
Laba kotor yang dibukukan Waskita Beton Precast tercatat sebesar Rp 304 miliar dengan gross profitmargin 14,75 persen. Waskita Beton Precast sedang fokus pada penyelesaian seluruh kewajiban kepada para krediturnya.
Emiten unggas
Sementara itu, emiten unggas PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk membukukan penurunan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 19 persen. Charoen hanya dapat mengumpulkan laba sebesar Rp 2,94 triliun sepanjang 2022 atau lebih rendah dibandingkan Rp 3,63 triliun sepanjang 2021 lalu.
Di sisi lain, penjualan Charoen naik 9,9 persen dari Rp 51,69 triliun pada 2021 menjadi Rp 56,86 triliun pada 2022. Kenaikan penjualan ini ditekan oleh kenaikan beban pokok penjualan yang juga naik dari Rp 43,55 triliun menjaid Rp 48,72 triliun. Kenaikan beban terjadi karena ada kenaikan bahan baku sebesar 12,34 persen dari Rp 36,68 triliun menjadi Rp 41,21 triliun.
Emiten perunggasan lainnya, PT Japfa Comfeed Tbk, yang sudah terlebih dahulu menyajikan laporan keuangannya menyebutkan, penjualan neto naik 9,13 persen dari Rp 44,87 triliun menjadi Rp 48,97 triliun. Beban pokok penjualan juga naik 12,02 persen dari Rp 36,85 triliun menjadi Rp 41,28 triliun.
Laba kotor Japfa turun dari Rp 8,02 triliun menjadi Rp 7,68 triliun pada 2022. Laba usaha juga turun 4,23 persen dari Rp 3,52 triliun menjadi Rp 2,75 triliun. Laba bersih pun tergerus 30 persen dari Rp 2,02 triliun menjadi Rp 1,41 triliun. Kenaikan harga bahan baku pakan ternak, seperti jagung, pada tahun lalu menggerus kinerja mereka.
Namun demikian, secara historis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Penjualan Ritel cenderung meningkat pada periode Ramadhan dan Lebaran 2023. Kinerja emiten unggas ini diperkirakan akan naik pada masa ini.
”IKK dan survei penjualan ritel akan meningkat seiring dengan momentum Lebaran,” kata analis Indo Premier Sekuritas Rifqi Satria Dinandra.