Pada penutupan perdagangan Selasa (4/4/2023), saham Kimia Farma naik 0,55 persen menjadi Rp 920 per saham. Walaupun demikian, Kimia Farma membukukan arus kas positif sepanjang 2022.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua emiten milik negara yang bergerak dalam bidang farmasi membukukan kinerja yang kurang baik sepanjang 2022 lalu. PT Indofarma Tbk membukukan penjualan bersih yang melorot hingga 60,5 persen. Sementara PT Kimia Farma Tbk merugi hingga Rp 170 miliar. Pandemi yang telah melanda membuat kinerja sektor farmasi juga tertekan.
Posisi keuangan Kimia Farma terbalik dengan situasi pada 2021. Ketika itu, Kimia Farma membukukan laba bersih sebesar Rp 302,27 miliar. Direktur Utama Kimia Farma David Utama mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan kesempatan sekaligus tantangan terhadap industri kesehatan termasuk Kimia Farma.
“Kita patut bersyukur bahwa keadaan Covid-19 secara nasional telah terkendali. Di tengah kondisi ini, Kimia Farma senantiasa melakukan efisiensi dalam mendukung keberlangsungan bisnisnya,” kata David.
Pada penutupan perdagangan Selasa (4/4/2023), saham Kimia Farma naik 0,55 persen menjadi Rp 920 per saham. Walaupun demikian, Kimia Farma membukukan arus kas positif sepanjang 2022. Hal ini ditopang oleh dana dari aksi korporasi unlock value anak usaha, yaitu PT Kimia Farma Apotek.
Pada akhir Desember 2022, nilai kas dan setara kas Kimia Farma naik dari Rp 748 miliar menjadi Rp 2,15 triliun. “Kepercayaan investor menjadi bukti adanya prospek positif bagi Kimia Farma dan industri kesehatan Indonesia,” imbuh David.
Di sisi lain, anak usaha Kimia Farma, KF Dawaa di Saudi Arabia, membukukan kerugian sebesar Rp 24 miliar karena tidak ada kegiatan ibadah haji dan umroh selama pandemi.
Emiten lain, PT Indofarma Tbk melaporkan penjualan sebesar Rp 1,14 triliun, turun 60,56 persen dari sebelumnya Rp 2,9 triliun pada 2021. Penjualan ini ditopang oleh penjualan lokal sebesar Rp 1,12 triliun. Penjualan fast moving consumer good meningkat 298 persen dari Rp 107 miliar menjadi Rp 429 miliar.
Indofarma juga merugi sebesar Rp 428 miliar, naik drastis dari tahun 2021 yang sebesar Rp 37 miliar. Total aset juga menurun sebesar 23,72 persen dari Rp 2 triliun menjadi Rp 1,53 triliun. Saham Indofarma ditutup turun 0,71 persen menjadi Rp 700 per saham.
Rumah sakit
Sementara itu, emiten rumah sakit juga tidak membukukan seperti ketika pandemi berlangsung. PT Siloam International Tbk berhasil mempertahankan kinerjanya. Laba bersih Siloam Rp 710 miliar. Laba ini naik tipis 1,5 persen dari triwulan IV-2021 yang sebesar Rp 700 miliar.
“Siloam terus menjalankan strategi Siloam 5.0 dengan sukses dan terus memberikan hasil yang menjanjikan. Manajemen tetap berada dalam jalur pertumbuhan berlanjutan selama 2022. Saya sangat optimistis dengan potensi Siloam di tahun 2023 dan seterusnya,” kata Presiden Direktur Siloam Darjoto Setyawan.
Siloam membukukan penurunan pendapatan bersih 3,2 persen dari Rp 7,64 triliun menjadi Rp 7,39 triliun. Di sisi lain, penurunan ini dikompensasi oleh efisiensi biaya sepanjang 2022 lalu.