Di Tengah Kenaikan Harga Bahan Baku, Kinerja Emiten Farmasi Tetap Baik
Dua emiten farmasi, yakni PT Kalbe Farma Tbk dan PT Phapros Tbk, mencetak kinerja positif sepanjang tahun 2022. Penjualan dan laba keduanya naik kendati harga bahan baku yang sebagian masih diimpor cenderung naik.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk membukukan kenaikan penjualan dan laba sepanjang tahun 2022. Hal itu tecermin dalam laporan manajemen Kalbe Farma kepada Bursa Efek Indonesia, Kamis (30/3/2023). Kenaikan laba tersebut terjadi di tengah kenaikan harga bahan baku yang sebagian diimpor dari luar negeri.
Sepanjang 2022, penjualan Kalbe Farma mencapai Rp 28,93 triliun. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penjualan pada 2021 yang tercatat Rp 26,26 triliun. Lini produk kesehatan membukukan penjualan tertinggi. Penjualan pada segmen ini tumbuh 14,63 persen dari Rp 3,62 triliun pada 2021 menjadi Rp 4,15 triliun pada 2022.
Di sisi beban terdapat kenaikan beban bahan baku. Beban pokok penjualan tercatat naik 15 persen, yakni dari Rp 14,97 triliun menjadi Rp 17,22 triliun. Penyebabnya adalah kenaikan harga bahan baku dan kemasan sebesar 19 persen menjadi Rp 6,3 triliun. Sementara laba bersih yang diperoleh pada tahun 2022 mencapai Rp 3,38 triliun atau tumbuh 6,23 persen dari tahun 2021 yang tercatat Rp 3,18 triliun.
Sebelumnya, Presiden Direktur Kalba Vidjongtius mengatakan, pertumbuhan produk kesehatan tetap positif pada tahun 2023. Sebab, produk kesehatan merupakan kebutuhan dasar.
Sementara itu, emiten farmasi lainnya, yakni PT Phapros Tbk, mencetak kinerja positif sepanjang tahun 2022. Phapros membukukan pertumbuhan laba sebesar Rp 27,4 miliar atau naik 143 persen dari laba tahun 2021 yang tercatat Rp 11,3 miliar. Kenaikan laba ini ditopang pertumbuhan penjualan yang naik 11 persen dari Rp 1,05 triliun menjadi Rp 1,17 triliun.
Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko mengatakan, kinerja Phapros yang melonjak sepanjang tahun lalu ditopang oleh efiesiensi operasional, agresivitas penetrasi pasar melalui produk unggulan, serta berbagai kerja sama dengan mitra strategis. ”Kunci yang dilakukan Phapros ada dua hal, efisiensi biaya di segala ini dan efektivitas operasional,” ujar Hadi lagi.
Kinerja Phapros yang melonjak sepanjang tahun lalu ditopang oleh efiesiensi operasional, agresivitas penetrasi pasar melalui produk unggulan, serta berbagai kerja sama dengan mitra strategis.
Dia juga optimistis pencapaian pada tahun 2023 ini dapat bertumbuh lebih signifikan dari sisi keuangan dan peluang pasar. Sebelumnya, Hadi menyatakan bahwa Phapros mendukung pengembangan produk-produk fitofarmaka dan turunannya yang merupakan bagian dari budaya masyarakat Indonesia.
”Phapros telah lama mengembangkan produk fitofarmaka di kalangan industri farmasi Indonesia,” kata Hadi.