Presiden Jokowi: Kita Terlambat Membangun Transportasi Publik
Presiden Joko Widodo meresmikan jalur kereta api Maros-Barru. Adanya transportasi publik ini diharap memberi alternatif murah untuk angkutan barang dan manusia. Selain itu, kereta api bisa mengurangi kemacetan di jalan.
Oleh
NINA SUSILO, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Pembangunan transportasi massal di Indonesia dinilai sangat terlambat. Akibatnya, kemacetan terjadi di jalan-jalan di sejumlah wilayah Indonesia. Pembangunan jalur kereta api dinilai sebagai salah satu solusi.
Presiden Joko Widodo mengakui, pembangunan transportasi publik terlambat baik di semua kota maupun pulau besar di Indonesia. ”Hampir di semua pulau, di kota-kota, utamanya Ibu Kota, kita terlambat dalam membangun transportasi publik, transportasi massal. Padahal, itu hal yang sangat basic untuk menghubungkan antarprovinsi, antarkota, dan antarkabupaten dan tentu yang kita pilih yang paling murah,” tutur Presiden Jokowi dalam peresmian pengoperasian jalur kereta api lintas Maros-Barru dan Depo Kereta Api Maros di Depo Maros, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Rabu (29/3/2023).
Hadir pula dalam acara ini Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
Presiden menambahkan, kereta api adalah hal mendasar untuk dibangun. Namun, saat ini, pembangunan jalur kereta api diputuskan fokus di Sulawesi.
Tanpa infrastruktur jalur kereta api, semua orang akan menggunakan kendaraan pribadi dan enggan menggunakan transportasi massal. Ditambah lagi angkutan barang juga harus menggunakan jalan raya.
Kemacetan pun terjadi baik di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, maupun Makassar akibat keterlambatan membangun transportasi publik. Presiden menyebut Jakarta terlambat 30 tahun dalam menyiapkan transportasi publik. Kalaupun saat ini mulai ada MRT di Jakarta, jaringannya masih terbatas (Lebak Bulus-Bundaran HI). LRT juga ada, tetapi belum beroperasi.
Presiden Jokowi pun sangat menghargai pembangunan jalur kereta api yang sudah dimulai di Sulawesi Selatan. ”Meskipun sekarang ini baru dari Makassar sampai Parepare dan yang sekarang ingin kita resmikan ini jalur dari Maros ke Barru, ini Makassar nanti kemudian ke sana, ke Parepare,” ujarnya.
Diharapkan, setelah kereta yang beroperasi lebih banyak, baik untuk penumpang, wisata, maupun barang, daya saing wilayah akan meningkat. Barang produksi Sulawesi juga akan semakin berdaya saing. Barang diangkut dengan alat transportasi berbiaya murah dan berkapasitas lebih besar. ”Ini adalah pilihan yang bisa kita berikan kepada masyarakat, kepada pengusaha, untuk menggunakan jalur yang telah kita bangun ini,” tambah Presiden.
Peresmian ditandai Presiden dengan menekan tuas sirene serta menandatangani prasasti. Selain itu, Presiden akan mencoba menaiki kereta api menuju Stasiun Rammang-Rammang.
Di Stasiun Rammang-Rammang, Presiden akan meninjau fasilitas stasiun dan stan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dari stasiun ini, Presiden juga menuju kampung nelayan Desa Pajukukang untuk meninjau dan berdialog dengan para nelayan.
Sehari sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengecek jalur kereta, Depo Sarana Kereta Api Maros, dan menjajal kereta rel diesel listrik (KRDE) buatan PT Inks tersebut. Budi berharap Presiden tidak hanya meresmikan jalur kereta api, tetapi juga bisa menyaksikan keindahan alam di Ramang-Ramang.
Dijelaskan bahwa proyek KA Makassar-Parepare merupakan bagian dari pembangunan KA trans-Sulawesi dan menjadi salah satu proyek strategis nasional.
Dari 145 kilometer total panjang jalur KA Makassar-Parepare, sudah terbangun 120 km. Adapun jalur yang siap dioperasikan sepanjang 80 km dari Stasiun Maros di Makassar sampai Stasiun Garongkong di Kabupaten Barru. Jalur ini yang diresmikan Presiden Jokowi.
Jalur sepanjang Stasiun Maros-Stasiun Garongkong sudah beroperasi mulai November 2022. Masyarakat pun antusias menyambut kereta api pertama di Sulawesi ini. Hingga Maret 2023, penumpang yang diangkut mencapai 25.699 orang, dengan rata-rata okupansi 78,02 persen dari kapasitas total 90 penumpang kereta wisata.
Hingga saat ini, masyarakat bisa menikmati layanan kereta wisata secara gratis. Apalagi, banyak destinasi wisata yang dilalui jalur kereta ini.
Ke depan, kata Budi, kereta ini akan melayani penumpang dan barang/logistik. ”Nanti semen-semen yang dari Bosowa akan diangkut ke Pelabuhan Garongkong menggunakan kereta. Pelabuhan Garongkong juga sudah dipersiapkan,” ujarnya.