Lembaga Pembiayaan AS Dukung Proyek Transisi Energi
US International Development Finance Corporation berminat membiayai proyek-proyek transisi energi di Indonesia. Lembaga pembiayaan itu melihat ada minat Indonesia dalam diversifikasi portofolio pembangkit listrik.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Sejumlah turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap terlihat di salah satu dari tiga bukit di Desa Mattirosi dan Desa Lainungan, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (22/7/2019).
JAKARTA, KOMPAS -- Lembaga pembiayaan pembangunan Amerika Serikat atau US International Development Finance Corporation/DFC tertarik membiayai berbagai proyek transisi energi di Indonesia. Tidak ada besaran jumlah investasi yang pasti, tetapi DFC berkomitmen terhadap pembangunan di Indonesia.
“Kami melihat ada minat tinggi dalam diversifikasi portfolio pembangkit listrik dengan memasukkan hidrogen, panas bumi, angin dan surya,” kata CEO DFC Scott Nathan di Jakarta, Rabu (15/3/2023). Nathan tengah berkunjung ke Indonesia pada 12-15 Maret 2023.
Nathan menambahkan, selain tertarik pada sektor energi, DFC juga tertarik pada sektor kesehatan, perumahan terjangkau, pertanian, solusi masalah iklim berbasis keberlanjutan, serta pendidikan. "Kami sudah bertemu dengan calon mitra potensial,” kata Nathan.
Nathan tidak menyebutkan jumlah pendanaan yang tersedia. Menurut dia, jika ada perusahaan yang sudah memenuhi berbagai kriteria yang ditetapkan, DFC akan mendukung pendanaannya. “Ini bukan komitmen pada angka tertentu, tetapi apakah proyek itu dibutuhkan secara lokal dan layak secara komersial,” tambah Nathan.
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
CEO US International Development Finance Corporation (DFC) Scott Nathan di Jakarta (15/3/2023)
Penerima pendanaan dari DFC, kata Nathan, juga mendapatkan bantuan teknis. Dengan demikian, proyek tersebut menjadi layak didanai menurut standar perbankan.
Nathan menambahkan, di Indonesia DFC sudah memiliki proyek dengan pendanaan mencapai 285 juta dollar AS. Di sela-sela pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun lalu, PT HDF Energy Indonesia, Hydrogene de France Group-Euronext Paris, menjadi mitra DFC untuk mendukung pengembangan pembangkit listrik dengan kapasitas multi-megawattrenewstable. Proyek pertama dibangun di Sumba, Nusa Tenggara Timur, untuk mendukung pembangunan Sumba.
Pada 16 Februari 2023, Indonesia juga telah meresmikan sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) atau Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan. Sekretariat JETP ini siap bekerja sama merealiasikan kerja sama pendanaan transisi energi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, dalam enam bulan ke depan sekretariat diharapkan sudah dapat menghasilkan peta jalan (road map) pensiun dini pembangkit listrik tenaga batubara, memobilisasi investasi, dan mendukung pembiayaan yang dituangkan dalam Comprehensive Investmen Plan. Indonesia dan Amerika Serikat termasuk negara yang membentuk skema pembiayaan JETP ini.
Terkait pembiayaan transisi energi, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Jepang melalui tindak lanjut komitmen pendanaan lewat skema Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan (JETP). Jepang berkepentingan mendukung akselerasi transisi energi di Indonesia mengingat banyak pengusaha asal Jepang yang berinvestasi di sektor energi dalam negeri.
Jepang juga ikut mendukung pendanaan melalui skema lain, yaitu Mekanisme Transisi Energi (Energy Transition Mechanism/ETM) yang berhasil mengumpulkan dana konsesional tahap awal sebesar 500 juta dollar AS atau Rp 7,8 triliun dari berbagai mitra global.
Skema JETP dan ETM sama-sama menyasar percepatan transisi energi di sektor ketenagalistrikan. ETM khusus akan digunakan untuk membiayai penghentian operasi lebih dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara. Sementara dana JETP bisa dipakai untuk pengembangan proyek berbasis energi terbarukan lain di luar penghentian PLTU, seperti pengembangan kendaraan listrik.
Rencana detail pendanaan dan penggunaan dana tersebut masih dimatangkan Pemerintah Indonesia dengan negara mitra Amerika Serikat dan Jepang, yang direncanakan rampung pada Mei 2023.