Kinerja sejumlah emiten sepanjang 2022 lebih baik dibandingkan periode 2021. Selain faktor tingginya harga komoditas, aktivitas ekonomi secara keseluruhan mulai pulih dari pandemi.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emiten dari berbagai sektor industri sudah melaporkan kinerja sepanjang tahun 2022. Sebagian besar melaporkan ada kenaikan kinerja dibandingkan dengan tahun 2021.
Emiten batubara, PT Bukit Asam Tbk, sepanjang 2022 membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 45,75 persen. Laba bersih pun bertambah sebesar 58 persen secara tahunan. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan pada Kamis (2/3/2023), laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik dari Rp 7,9 triliun menjadi Rp 12,56 triliun pada 2022.
Sementara pada triwulan keempat 2022 terjadi penurunan pendapatan sebesar 8,5 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, beban pokok pendapatan naik 56,44 persen dari Rp 15,77 triliun menjadi Rp 24,68 triliun.
”Ini selaras dengan ekspektasi kami dan konsensus. Pendapatan yang turun secara triwulanan diperkirakan disebabkan oleh kombinasi penurunan volume penjualan dan penurunan rata-rata harga penjualan,” demikian tim riset Samuel Sekuritas Indonesia.
Otomotif mulai pulih
Emiten lain, PT Dharma Polimetal Tbk, yang merupakan manufaktur komponen otomotif, membukukan laba neto sebesar Rp 396,87 miliar. Laba ini naik 87 persen dibandingkan dengan perolehan laba neto 2021 yang sebesar Rp 212 miliar.
”Industri otomotif di Tanah Air sudah mulai pulih dan Dharma berhasil meningkatkan pangsa pasarnya, terutama di roda empat. Dengan demikian, pada tahun 2022 Dharma berhasil meraih pertumbuhan penjualan sehingga laba neto meningkat melebihi target sebesar 87 persen,” kata Presiden Direktur Dharma Polimetal Irianto Santoso.
Tidak hanya pemulihan di sektor otomotif yang dirasakan emiten, tetapi juga di sektor industri makanan ringan. Pemulihan ini juga tecermin dari kinerja emiten PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk yang mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 10,51 triliun sepanjang 2022.
Angka tersebut meningkat 19,56 persen dari periode yang sama pada 2021, sebesar Rp 8,79 triliun. Di sisi beban, terdapat kenaikan beban pokok penjualan dari Rp 6,37 triliun menjadi Rp 7,85 triliun. Maka, laba kotor yang didapatkan Garudafood naik 9,95 persen dari Rp 2,41 triliun menjadi Rp 2,65 triliun pada 2022.