PT Vale Indonesia Tbk meresmikan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Morowali, Sulawesi Tengah. Pembangunan smelter diharapkan selesai 2,5 tahun ke depan.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·1 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – PT Vale Indonesia Tbk dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia meresmikan pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Jumat (10/2/2023). Pada tahun 2022, proyek ini ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional. Pembangunan smelter diharapkan selesai dalam 2,5 tahun ke depan.
Pada saat bersamaan dilakukan juga peletakan batu pertama sekaligus untuk lokasi penambangan dan pabrik pengolahan nikel. Lokasi penambangan di Kecamatan Bungku Timur dan Kecamatan Bahadopi, sementara lokasi pabrik pengolahannya berada di Desa Sambalagi, Kecamatan Bungku Pesisir. Semua berada di Kabupaten Morowali.
Proyek Morowali ini akan dikembangkan oleh PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) dan mitranya. Vale akan berperan dalam pembangunan dan pengoperasian fasilitas pertambangan. Adapun PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI), yang merupakan perusahaan patungan Vale dengan mitranya, akan bertanggung jawab atas pembangunan dan pengoperasian pabrik pengolahan.
”Ini pabrik green smelter pertama yang saya lihat. Berbasis gas LNG (gas alam cair) dan minta dukungan dari Komisi Energi DPR RI, bahwa ini adalah green energy,green product, dan green mining,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Tim riset MNC Sekuritas memperkirakan pada 2023 harga nikel akan turun 16 persen dari tahun lalu. Penyebab utama penurunan harga ini adalah sentimen resesi global, perpanjangan pembatasan akibat Covid-19, dan penurunan sektor real estat di China. Meski demikian, masih ada kemungkinan permintaan logam akan bangkit karena pembangkit listrik dengan energi terbarukan lebih memerlukan logam dibandingkan dengan pembangkit konvensional.
MNC Sekuritas juga memperkirakan, produksi Vale pada tahun ini akan mencapai 71.000 ton. Sementara perkiraan total produksi pada tahun 2022 turun tipis jika dibandingkan dengan produksi pada 2021 yang sebesar 61.000 ton. EBITA (earnings before interest, taxes, and amortization) Vale diperkirakan juga menjadi lebih tinggi pada tahun ini karena ada penurunan harga batubara.