PT Unilever Indonesia Tbk mencatatkan penjualan Rp 41,2 triliun atau naik 4,2 persen secara tahunan. Namun, laba bersihnya turun 6,8 persen menjadi Rp 5,4 triliun. Kenaikan harga bahan baku dinilai menggerus margin.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga akhir Desember 2022, penjualan perusahaan konsumer PT Unilever Indonesia Tbk mencapai Rp 41,2 triliun atau naik 4,2 persen dibandingkan dengan tahun 2021. Sementara laba bersihnya tercatat Rp 5,4 triliun atau turun 6,8 persen dari tahun 2021 yang mencapai Rp 5,75 triliun.
Margin keuntungan dinilai tergerus karena kenaikan harga bahan baku, biaya iklan, serta promosi untuk memperkuat brand. Sebagaimana Unilever, kenaikan harga bahan baku dan inflasi juga menjadi faktor penentu kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
”Terlepas dari persaingan yang ketat dalam industri fast moving consumer goods (barang kebutuhan sehari-hari) dan berbagai tantangan, seperti kenaikan harga komoditas dan bahan bakar, daya saing kami meningkat dengan total pangsa pasar perseroan menguat pada 2022 dibandingkan 2021,” kata Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Ira Noviarti dalam keterangannya, Kamis (9/2/2023).
Ira menambahkan, pihaknya menjadikan awal 2022 sebagai awal yang baik untuk pemulihan PT Unilever Indonesia. Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (10/2/2023), harga saham Unilever ditutup turun 6,9 persen menjadi Rp 4.580 per saham. Dari awal tahun, saham Unilever tercatat turun 2,55 persen.
Selama 2022 PT Unilever Indonesia melakukan lima prioritas strategis yang memperkuat dan membuka potensi penuh dari merek utama, memperluas portofolio ke pasar premium, memperkuat kepemimpinan di kanal utama dan masa depan, serta tetap menjadi perusahaan terdepan dalam pembangunan bisnis berkelanjutan.
Tim analis Samuel Sekuritas dalam risetnya menyebutkan, Unilever mengalami penurunan penjualan pada seluruh segmen bisnisnya. ”Kinerja Unilever lebih rendah dari ekspektasi kami dengan laba bersih yang hanya mencapai 90,1 persen dari proyeksi Samuel Sekuritas dan 87,1 persen proyeksi konsensus. Margin keuntungan tergerus karena kenaikan harga bahan baku, biaya iklan, serta promosi untuk memperkuat brand,” demikian riset tersebut.
Margin keuntungan tergerus karena kenaikan harga bahan baku, biaya iklan, serta promosi untuk memperkuat brand.
Analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia mengatakan, seiring dengan kinerja Unilever pada tahun 2022 yang berada di bawah ekspektasinya, Samuel Sekuritas menurunkan proyeksi kinerja Unilever dengan proyeksi pendapatan pada 2023 menjadi Rp 42,9 triliun atau turun 3,2 persen dari proyeksi sebelumnya.
Sementara itu, laba operasionalnya pada 2023 diproyeksikan menjadi Rp 7,4 triliun atau turun 13,7 persen dari proyeksi sebelumnya. Selain itu, laba bersihnya menjadi Rp 5,7 triliun atau turun 13,6 persen dari proyeksi sebelumnya. Langkah Unilever untuk meluncurkan produk dengan formulasi dan varian baru akan membuat beban iklan dan promosi meneruskan kenaikan pada 2023.
Kinerja Sido Muncul
Sementara itu, penjualan dan laba bersih PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk pada tahun 2022 melorot. Penjualan turun 3,98 persen dan laba bersih turun 12,69 persen dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2021. Penjualan PT Sido Muncul turun menjadi Rp 3,86 triliun dari Rp 4,02 triliun dan laba bersih turun menjadi Rp 1,1 triliun dari tahun sebelumnya Rp 1,26 triliun.
Direktur PT Sido Muncul Leonard menjelaskan, realiasi kinerja PT Sido Muncul pada tahun 2022 lalu dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya adalah normalisasi permintaan setelah ada lonjakan karena penyebaran varian delta Covid-19. Faktor lain adalah laju inflasi yang tinggi sehingga memengaruhi daya beli para pelanggan. Selain itu, harga bahan baku juga naik sepanjang 2022.
Kinerja PT Sido Muncul sebenarnya pesat pada triwulan terakhir 2022. Tercatat ada kenaikan penjualan sebesar 25 persen pada triwulan IV-2022 dan kenaikan laba bersih 40 persen dibandingkan dengan triwulan III-2022.
”Sido tetap menjaga posisi keuangan yang sehat dengan posisi kas bersih dan rasio pembayaran dividen di atas 90 persen,” kata Leonard.