Inflasi Terkendali Jadi Katalis Positif Bursa Saham
Situasi perekonomian global dan domestik dinilai membaik dan diperkirakan mendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan. Sektor keuangan dan barang konsumsi siklikal berpotensi mengalahkan kinerja IHSG.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada bulan kedua tahun 2023 ini, situasi perekonomian global dan domestik dinilai membaik. Laju inflasi yang terkendali membuat bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia menahan kenaikan tingkat suku bunga.
”Iklim yang lebih kondusif ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang mulai stabil sejak awal tahun, diprediksi melanjutkan penguatan,” kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji, di Jakarta, Kamis (9/2/2023).
Dia memperkiraan rentang pergerakan indeks berada pada posisi antara 6.816 dan 7.000. Secara teknikal indikator stochastic dan RSI masih positif sehingga IHSG diperkirakan berada pada kondisi menguat. Sektor yang berpotensi mengalahkan kinerja IHSG adalah sektor keuangan dan barang konsumsi siklikal.
Sementara itu, Macro Strategist dari Samuel Sekuritas Indonesia, Lionel Priyadi, mengatakan, pasar keuangan global kembali berhadapan dengan perkembangan bahwa ekspektasi The Fed akan dapat menurunkan bunga acuannya di akhir tahun ini harus berhadapan dengan situasi pasar tenaga kerja AS yang masih sangat ketat dan penurunan inflasi yang kurang agresif untuk menghentikan kecenderungan hawkish.
Kendati demikian, para pejabat The Fed sama-sama sepakat percepatan laju kenaikan bunga acuan akan tetap diturunkan mengingat laju inflasi semakin melandai.
Robertus Hardy, Senior Research Analys Mirae Asset, mengatakan, kondisi perekonomian juga kondusif untuk sektor otomotif dan telekomunikasi. Menurut dia, belanja telekomunikasi dan data akan meningkat pada tahun politik menjelang Pemilu 2024.
”Untuk sektor otomotif, tahun politik biasanya akan memicu peningkatan mobilisasi masyarakat ditambah rencana pemberian subsidi pemerintah bagi motor dan mobil listrik. Hal ini membuat kami optimistis sektor tersebut dapat menjadi pilihan,” kata Hardy.
Sektor konsumer
Selain sektor otomotif dan telekomunikasi, sektor konsumer non-siklikal juga dipandang menarik. Dalam risetnya, analis Mirae Asset, Hariyanto Wijaya dan Jenifer Harjono, menyatakan, sektor konsumer non-siklikal dan industri dasar sedang menguat. Selama Januari 2023, sektor ini menyumbangkan kenaikan terbesar terhadap indeks, yakni sebesar 3,1 persen dari bulan Desember 2022.
Perusahaan rokok, seperti PT HM Sampoerna Tbk dan PT Gudang Garam Tbk, membukukan kenaikan terbesar di sektor tersebut. Selain itu, emiten lain di sektor itu, seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, dan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk, juga mendapatkan keuntungan dari penurunan harga komoditas yang membuat biaya menurun juga.
Hariyanto juga mencermati, setelah pembatasan kegiatan masyarakat dihentikan pada awal tahun ini, akan ada perbaikan dan kenaikan aktivitas serta mobilitas dalam bulan-bulan ke depan. Salah satunya adalah masa puasa dan Lebaran yang jatuh pada Maret dan April tahun ini.
”Kami mengantisipasi permintaan akan kuat selama masa tersebut yang juga ditunjang oleh kenaikan upah,” kata Hariyanto dalam risetnya. Mobilitas pada bulan Ramadhan dan Lebaran akan lebih tinggi dibandingkan dengan dua tahun terakhir atau ketika pandemi Covid-19 terjadi.
”Menurut kami, sektor konsumer akan berkinerja baik dalam periode puasa dan Lebaran. Secara historis, Indeks Kepercayaan Konsumen juga membaik,” ujar Hariyanto melanjutkan.