Pertamina Geothermal Incar Dana Publik Rp 9 triliun
Dana yang diperoleh dari penawaran saham perdana ini sebesar 85 persen digunakan untuk pengembangan usaha hingga 2025. Pertamina Geothermal Energy juga akan berinvestasi pada pengembangan kapasitas tambahan.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, anak usaha PT Pertamina (Persero) akan melepaskan 10,35 miliar saham ke publik atau setara dengan 25 persen. Nilai nominal saham tersebut Rp 500 per saham. Harga saham yang ditawarkan berada pada rentang antara Rp 820 dan Rp 945 per saham. Dengan demikian, potensi dana publik yang akan didapatkan oleh Pertamina Geothermal Energy sekitar Rp 9,78 triliun.
Selain melepaskan saham kepada publik, Pertamina Geothermal Energy juga akan mengalokasikan maksimal 1,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) untuk program opsi pembelian saham bagi manajemen dan karyawan.
Dana yang diperoleh dari penawaran saham perdana ini sebesar 85 persen akan digunakan untuk pengembangan usaha hingga 2025. Rencananya, Pertamina Geothermal Energy akan berinvestasi pada pengembangan kapasitas tambahan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk memenuhi permintaan dari para pelanggan. Rencana pengembangan lainnya adalah untuk belanja modal atau investasi pengembangan kapasitas tambahan, serta untuk pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir.
“Pertamina Geothermal Energy merupakan salah satu perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan global dari kapasitas ukur terpasang,” kata Direktur Utama Pertamina Geothermal Ahmad Yunianto pada paparan publik di Jakarta, Rabu (1/2/2023). Saat ini, Pertamina Geothermal mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi.
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Nelwin Aldriansyah menambahkan, jadwal book building dilakukan mulai hari ini hingga 9 Februari 2023 mendatang. Dilanjutkan dengan penawaran umum pada 20-22 Februari 2023 dan rencana pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 Februari 2023.
Tunda IPO
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk atau Bank Sumut menunda rencananya untuk masuk bursa. Sebelumnya, Bank Sumut berencana melepaskan saham kepada publik sebanyaknya 2,9 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Adapun harga penawaran berkisar antara Rp 350 dan Rp 510. Potensi dana yang dapat diperoleh maksimal Rp 1,49 triliun. Jumlah saham yang dilepas sebanyaknya setara dengan 23 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
“Alasan pembatalan ataupun penundaan tersebut sepenuhya didasarkan kepada keputusan calon perusahaan tercatat dengan penjamin emisi,” kata Direktur BEI I Gede Nyoman Yetna.
Dia menjelaskan lagi, calon perusahaan tercatat dapat melakukan pembatalan ataupun penundaan rencana penawaran umum dengan pertimbangan tertentu sampai dengan memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan berlaku efektif. Dalam prospektus, Bank Sumut memperkirakan memperoleh pernyataan efektif pada 31 Januari 2023.
Hingga 31 Januari 2023 ada 10 perusahaan yang masuk bursa. Sementara masih ada 39 perusahaan yang antre dengan perkiraan penghimpunan dana sebesar Rp 48,5 triliun.
Sementara itu, saham pendatang baru PT Wijaya Cahaya Timber Tbk melesat 34,75 persen pada perdagangan perdananya. Harga saham Wijaya Cahaya naik Rp 32 menjadi Rp 159 per saham. Penawaran saham Wijaya Cahaya mengalami kelebihan permintaan sebanyak 344 kali.
Wijaya Cahaya merupakan perusahaan yang bergerak pada industri kayu lapis. Perusahaan ini melepaskan 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga saham sebesar Rp 118. Dana yang diperoleh dari penawaran saham ini sebesar Rp 44,25 miliar.