Pembelian rumah dengan menggunakan skema kredit pemilikan rumah atau KPR diyakini masih banyak diminati. Suku bunga KPR saat ini relatif masih terjangkau.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto aerial perumahan warga di antara areal persawahan di Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (13/2/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Pembelian rumah menggunakan kredit pemilikan rumah atau KPR diyakini masih akan tetap diminati. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia belum berdampak signifikan terhadap kenaikan bunga KPR.
Chief Economist and Industry Research BCA David Sumual, saat dihubungi Jumat (27/1/2023), di Jakarta, mengatakan, bank sentral Amerika Serikat (The Fed) masih akan tetap menaikkan suku bunga acuannya tahun 2023. Dia menyebut kemungkinan terdekat adalah awal Februari.
Di Indonesia, ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan tetap terbuka. Apalagi, inflasi masih cenderung tinggi di awal 2023, terutama dari sektor jasa. Inflasi sektor jasa yang dia maksud berupa kenaikan biaya sewa, kontrakan, dan penyesuaian gaji atau upah.
Sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023, BI telah menaikkan suku bunga acuan enam kali berturut-turut dengan total kenaikan 225 basis poin.
”Kenaikan suku bunga acuan tidak serta merta berpengaruh ke suku bunga simpanan dan bunga pinjaman. Kami mengamati, suku bunga simpanan sekarang belum naik signifikan. Belum banyak pula bank menaikkan suku bunga pinjaman,” ujarnya.
Meski demikian, David memandang, apabila BI terus-menerus melakukan pengetatan moneter, memasuki triwulan II atau III akan terjadi kenaikan bunga simpanan dan pinjaman.
Sejumlah perbankan saat ini masih mempertahankan program keringanan uang muka, seperti uang muka nol persen. Bunga KPR relatif masih rendah dan berada di level single digit. Ditambah lagi, terdapat kenaikan upah minimum tahun 2023 berkisar 5–8 persen. Sejumlah perusahaan juga melakukan penyesuaian besaran gaji bagi karyawan tetap mereka.
”Saya rasa stimulus- stimulus seperti itu akan mendorong orang tetap berburu rumah dengan KPR. Pada semester I-2023, pembelian rumah yang memakai skema KPR masih akan cukup kencang,” kata David.
Sesuai Survei Perbankan yang dirilis BI, pertumbuhan kredit pada 2023 diperkirakan mencapai 8,9 persen. Meski lebih rendah dari realisasi pertumbuhan kredit bank tahun 2022 yang sebesar 11,35 persen, perkiraan pertumbuhan kredit 2023 ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 yang realisasinya sebesar 5,2 persen.
Prioritas utama perbankan adalah penyaluran kredit modal kerja diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi. Adapun jenis kredit konsumsi yang menjadi prioritas untuk disalurkan adalah KPR, kredit pemilikan apartemen, kredit multiguna, dan kredit kendaraan bermotor.
Jika dilihat dari sektornya, penyaluran kredit triwulan I-2023 akan diprioritaskan pada sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta sektor keuangan.
”Hasil survei itu menunjukkan responden tetap optimistis dengan perkiraan penyaluran kredit ke depan,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono yang dikutip pada Senin (23/1/2023), di Jakarta (Kompas, 24/1/2023).
Secara terpisah, Direktur Ciputra Group Aditya Ciputra Sastrawinata mengatakan, sepanjang tahun 2022 muncul sejumlah tren. Pertama, dari sisi metode pembayaran pembelian properti. Dia mengamati semakin banyak pembeli menggunakan KPR untuk membiayai unitnya. Komposisi penggunaan KPR di Ciputra Group naik dari 58 persen pada tahun 2021 menjadi 62 persen pada 2022. Hal ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan berdiri.
”Kami juga menilai bahwa bank-bank sebenarnya masih memiliki ambisi untuk membesarkan portofolio KPR mereka. Mereka (sampai sekarang) masih menjaga agar suku bunga KPR tetap terjangkau bagi pembeli,” tuturnya
Tren kedua adalah tipe produk rumah-toko (ruko) dan perumahan yang banyak diminati konsumen. Aditya mengatakan, kedua tipe produk ini terus menjadi sumber pertumbuhan bisnis perusahaan. Sebanyak 96 persen dari total marketing sales Ciputra Group berasal dari ruko dan perumahan.
Lebih jauh, kata Aditya, manajemen Ciputra akan mengumumkan target marketing sales untuk tahun 2023 pada bulan Februari. Perusahaan masih memantau perkembangan pasar properti.
”Tahun lalu, kami mulanya memasuki awal tahun dengan sikap optimistis. Kemudian, kami menyadari risiko adanya tren kenaikan suku bunga acuan dan penjualan lebih rendah meskipun ada insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditanggung pemerintah. Kami (akhirnya) memasang target pertumbuhan 5 persen,” ujarnya. Pengalaman tahun 2022 seperti itu akan diterapkan kembali pada 2023.
Sepanjang 2022, Ciputra Group meraup pendapatan marketing sales Rp 8,2 triliun. Nilai ini naik 11 persen dibandingkan tahun 2021.