Tren kenaikan suku bunga deposito valuta asing telah mendorong peningkatan simpanan valas di perbankan. Masyarakat yang memegang valas terdorong untuk menyimpan dananya di sistem perbankan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tren kenaikan suku bunga deposito valuta asing telah mendorong peningkatan simpanan valas di perbankan. Masyarakat yang memegang valas terdorong untuk menyimpan dananya di sistem perbankan.
Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), rata-rata suku bunga pasar (SBP) deposito valas selama periode 20 Desember - 16 Januari 2023 terpantau naik sebesar 11 basis poin menjadi 1,48 persen. Tren kenaikan SBP deposito valas sudah terjadi sejak Agustus 2022 dari kisaran 0,5 persen menjadi 1,48 persen pada Januari 2023.
Sementara itu, bunga penjaminan deposito valas juga terus meningkat. Pada Rapat Dewan Komisioner LPS 26 Januari 2023, LPS kembali menaikkan bunga penjaminan deposito valas sebesar 25 basis poins sehingga menjadi 2 persen. Tingkat Bunga Penjaminan tersebut akan berlaku untuk periode 1 Februari 2023 sampai dengan 31 Mei 2023.
Kenaikan SBP deposito valas mengerek jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) valas perbankan. Berdasarkan data Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), jumlah DPK valas juga mengalami tren kenaikan sejak Agustus 2022, dari setara Rp 1.049 triliun menjadi Rp setara 1.187 triliun pada Desember 2022.
Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto mengatakan, kenaikan DPK valas salah satunya memang dipicu oleh kenaikan SBP deposito valas dan bunga penjaminan deposito valas. “Kenaikan bunga deposito valas yang didukung kenaikan bunga penjaminan deposito valas ini memberi dorongan pemegang valas untuk menyimpan di perbankan kita,” ujar Ryan, Jumat (27/1/2023).
Ia menambahkan, selain dipicu kenaikan bunga, meningkatnya DPK valas juga didorong naiknya pasokan dollar AS di dalam negeri berkat positifnya kinerja ekspor Indonesia dari sektor batu bara dan produk kelapa sawit. Tingginya harga dunia akan dua komoditas itu memicu lonjakan ekspor sehingga pasokan dollar AS di dalam negeri meningkat. Pasokan dollar AS itu, lanjut Ryan, sebagian disimpan di deposito valas perbankan dalam negeri.
Menurut Ryan, di pada bulan-bulan ke depan, pasokan dollar AS di dalam negeri masih akan terus meningkat. Ini lantaran pemerintah dan BI sedang mengupayakan agar devisa hasil ekspor (DHE) bisa mengendap lebih lama di sistem keuangan Indonesia.
Strategi yang akan ditempuh BI adalah dengan menerbitkan term deposit valas dengan bunga yang kompetitif dengan luar negeri. Hal ini rencananya akan diimplementasikan pertengahan Februari 2023.
Stabilitas rupiah
Ryan menjelaskan, kondisi pasokan dan simpanan valas di dalam negeri yang tengah meningkat telah disikapi secara tepat oleh pemerintah dan BI dengan berupaya menahannya lebih lama. Inisiatif menahan DHE lebih lama di sistem keuangan dalam negeri akan sangat bermanfaat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Dengan membuat DHE lebih banyak dan lebih lama di sistem keuangan dalam negeri, ini bisa meningkatkan pasokan valas dalam negeri, memperkuat cadangan devisa, dan pada akhirnya bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” ujar Ryan.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menilai, jika inisiatif penempatan DHE berhasil, maka akan mengurangi tekanan likuiditas valas perbankan.
“Kalau pasokan dollar AS banyak, maka sentiment rupiah akan kuat dan cenderung tidak akan melemah lagi,” ujar Purbaya.
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk atau BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pihaknya tengah menanti petunjuk pelaksanaan (juklak) lebih rinci dari BI mengenai term deposit Valas DHE ini. “Kami menunggu juklak dari BI, apakah valas ditempatkan di bank atau di BI? Setelah jelas, baru kami sosialisasikan juga ke nasabah kami,” ujar Jahja.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan menyambut baik inisiatif menarik DHE ini. Sebab, DHE Indonesia memiliki potensi yang besar ditopang kinerja ekspor Indonesia yang sedang positif.
Dengan imbal hasil yang menarik, eksportir akan tertarik menaruh valasnya di sistem keuangan dalam negeri. “Artinya kan memang bank domestik ternyata memiliki daya tarik buat para pemilik valas untuk menempatkan dananya juga di bank domestik,’ papar Panji.