PT Indika Energy Tbk melalui anak usahanya mendirikan usaha patungan bernama Bioneer Indika Diagnostik. Perusahaan baru di bidang distribusi alat kesehatan ini diharapkan meningkatkan pendapatan dari bisnis non-batubara.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekspansi bisnis ke bidang baru sering dilakukan oleh emiten, termasuk PT Indika Energy Tbk yang merambah sektor kesehatan melalui anak usahanya, yakni PT Bioneer Indika Group dan PT Indika Medika Nusantara. Indika merupakan perusahaan energi terintegrasi dan sedang meningkatkan pendapatan dari bisnis non-batubara.
Kedua anak usaha Indika Energy tersebut mendirikan usaha patungan dengan nama PT Bioneer Indika Diagnostik (BID). Adapun perusahaan baru ini akan mengembangkan usaha pada bidang distribusi alat kesehatan.
”Pendirian BID oleh BIG (Bioneer Indika Group) dan IMAN (Indika Medika Nusantara) merupakan langkah perseroan secara grup untuk melakukan ekspansi dan diversifikasi usaha ke sektor kesehatan di Indonesia,” kata Corporate Secretary Indika Energy, Adi Pramono, di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Modal dasar yang ditempatkan pada BID berjumlah Rp 31,49 miliar. Sebanyak 99,97 persen atau senilai Rp 31,48 miliar saham BID di antaranya dimiliki oleh BIG. Sisanya, yakni sebesar 0,03 persen atau setara dengan Rp 10 juta, dimiliki oleh IMAN.
BIG adalah perusahaan patungan yang didirikan oleh IMAN dengan Bioneer Corporation. Bioneer Corporation merupakan perusahaan manufaktur alat kesehatan dari Korea Selatan. Indika dan Bioneer masing-masing menguasai 50 persen saham BIG.
Emiten yang memiliki hak properti intelektual BT21 dari Korea Selatan dan TinyTAN, yaitu PT Multi Medika Internasional Tbk, menargetkan penjualan pada triwulan IV-2022 dan triwulan I-2023 naik 15 persen. BT21 merupakan nama 8 karakter yang diciptakan oleh grup artis Korea BTS. Sementara TinyTAN merupakan karakter animasi dari angota BTS.
Kenaikan target emiten tersebut diyakini dapat tercapai karena Multi Medika Internasional akan mengeluarkan produk berupa masker kolaborasi BT21. ”Kolaborasi tidak hanya menambah kesan eksklusif pada masker, tetapi juga memperluas jangkauan pemakaian di kalangan gen Z,” kata Direktur Utama Multi Medika Internasional Mengky Mangarek.
Menurut Mengky, masker tersebut sangat fashionable (modis). Dari perhitungan manajemen, peluncuran produk baru itu berpotensi menambah penjualan dari Rp 85 miliar menjadi Rp 150 miliar pada triwulan IV-2022 dan triwulan I-2023.
Kolaborasi dengan pemilik hak properti intelektual merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh Multi Medika Internasional untuk meningkatkan brand awareness (kesadaran merek).