Peminat pencarian rumah segmen menengah ke atas yang meningkat tahun lalu berpotensi tertahan tahun ini. Kenaikan bunga kredit serta tahun politik menjelang Pemilu 2024 dinilai berpotensi menekan sektor properti.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tren pencarian properti segmen menengah ke atas yang meningkat tahun lalu diprediksi tertahan tahun ini. Kenaikan suku bunga kredit dan periode tahun politik berpotensi mendorong perlambatan sektor properti.
Ketua Umum Asosiasi Real Estat Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong mengemukakan, pencarian hunian segmen menengah ke atas menunjukkan tren meningkat sejak tahun 2022. Pembeli rumah di rentang harga Rp 800 juta-Rp 1 miliar per unit itu didominasi untuk hunian (end user) dengan mayoritas pembeli dari kelompok milenial.
Tren pencarian rumah menengah ke atas itu berbeda dibandingkan tahun 2021 dan 2020 di mana pembelian rumah didominasi untuk rumah yang lebih murah, yakni di bawah Rp 500 juta per unit. Pemulihan ekonomi pada tahun 2022 dan tingkat suku bunga relatif rendah mendorong pembelian rumah dengan harga lebih tinggi meningkat.
Meski demikian, Lukas memprediksi, permintaan rumah segmen menengah atas yang membaik akan tertahan pada tahun 2023 karena dampak kenaikan suku bunga kredit. Sebab, hampir 90 persen pembeli di segmen menengah atas mengandalkan kredit pemilikan rumah (KPR). Di sisi lain, pengeluaran di semester I tahun ini akan terbagi untuk masa Lebaran, liburan sekolah, dan tahun ajaran baru. Sementara itu, memasuki semester II-2023, investor cenderung menahan diri menjelang Pemilu 2024.
”Ada kemungkinan tren pembelian properti menengah ke atas yang meningkat akan tertahan, terutama pada semester II yang memasuki masa pemilu,” katanya.
Senada dengan itu, CEO 99 Group Indonesia Wasudewan memprediksi, sektor properti pada tahun 2023 bakal menghadapi tantangan terutama terkait dampak kondisi ekonomi global serta peningkatan inflasi dan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, kesadaran generasi muda akan pentingnya kepemilikan properti dinilai terus bertumbuh.
Pencarian properti di portal Rumah123.com dan 99.co, misalnya, didominasi oleh generasi muda, yakni masyarakat berumur 25-34 tahun. Mereka berkontribusi 26,4 persen. Sementara kelompok usia 18-24 tahun berkontribusi 22 persen pencarian. Sepanjang 2022, tipe rumah tapak masih paling diincar oleh pencari properti di Tanah Air, yakni 80 persen dari total pencarian properti. Rumah dengan harga di bawah Rp 400 juta mendominasi pencarian, yakni 23,1 persen, diikuti oleh rumah dengan kisaran harga Rp 1 miliar-Rp 2 miliar (20 persen).
”Jika dilihat berdasarkan perubahan proporsi sejak tahun 2021, terdapat peningkatan proporsi pada properti dengan harga yang lebih tinggi, yakni di atas Rp 1 miliar,” ujar Wasudewan, dalam Property Outlook 2023 yang dirilis 99 Group Indonesia, Kamis (19/1/2023).
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Agus Fadjar Setiawan menyatakan, bank BUMN dan bank swasta saat ini masih mempertahankan bunga KPR dalam level yang rendah meski bunga acuan terus meningkat. Hal itu karena likuiditas perbankan secara umum dinilai masih bagus.
”Dengan adanya kebijakan strategis seperti pelonggaran rasio LTV (pinjaman terhadap nilai), sektor properti dapat berkembang dan turut berkontribusi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Head of Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Muhammad Rizal Taufikurahman berpendapat, nasabah yang menabung di bank dengan rentang tabungan Rp 2 miliar-Rp 5 miliar cukup banyak, di antaranya anak-anak muda. ”Generasi ini juga perlu mendapatkan penjelasan mengenai investasi, tidak hanya di sektor komoditi, tapi juga di sektor properti, sehingga bisa lebih produktif,” katanya.