PT Hillcon Tbk, yang bergerak di bidang kontraktor nikel, melanjutkan rencana penawaran saham kepada publik (IPO). Selain Hillcon, ada sejumlah perusahaan mengantre untuk menawarkan sahamnya kepada publik pada bulan ini.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Hillcon Tbk melanjutkan rencana untuk menawarkan saham kepada publik atau initial public offering/IPO. Rencana ini tertunda karena jadwal yang dianggap kurang efektif. Dengan demikian, Hillcon akan menjadi emiten pertama di Bursa Efek Indonesia yang bergerak di bidang kontraktor nikel.
Selain Hillcon, hingga akhir Januari 2023, ada pula PT Solusi Kemasan Digital Tbk, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk, PT Aviana Sinar Abadi Tbk, dan PT Wijaya Cahaya Timber Tbk yang sedang mengantre menawarkan sahamnya kepada publik.
Dalam paparan publik, Jumat (13/1/2023), Direktur PT Hillcon Tbk Jaya Angdika mengatakan, alasan penundaan penawaran perdana saham bukan karena ada penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), melainkan karena jadwal yang tidak efektif. ”Status PKPU sudah dicabut, IPO tertunda karena time table yang tidak tepat,” kata Jaya.
Hillcon menawarkan saham pada kisaran harga Rp 1.250 hingga Rp 2.000 per saham dan akan melepaskan 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan demikian, potensi dana publik yang akan didapatkan Hillcon maksimal Rp 884,6 miliar.
Menurut rencana, dana hasil penawaran saham tersebut akan dipinjamkan kepada anak usaha perseroan, yaitu PT Hillconjaya Sakti. Hillconjaya Sakti akan menggunakan 55 persen dana itu untuk modal kerja, sementara sisanya akan digunakan untuk belanja modal, seperti pembelian alat untuk mendukung operasional Hillcon Sakti di bidang nikel.
Sementara Aviana Sinar Abadi, yang bergerak dalam bidang layanan digital terintegrasi, menargetkan dapat mengumpulkan dana publik sebesar Rp 100 miliar dari penawaran sahamnya. Dalam keterangan tertulis, manajemen Aviana mengatakan, pihaknya akan menawaran sebanyaknya 1 miliar saham serta 1,4 miliar waran.
Hingga tujuh bulan pertama tahun lalu, Aviana memperoleh pendapatan Rp 8,26 miliar. Pendapatan ini ditopang oleh peningkatan penjualan produk perangkat lunak dan digital.
Calon emiten lain, yakni Solusi Kemasan Digital, menawarkan sebanyaknya 308 juta saham baru yang setara dengan 20,03 persen modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga penawaran sahamnya berkisar antara Rp 110 dan Rp 163 per saham. Dengan demikian, potensi dana yang dikumpulkan Solusi Kemasan Digital mencapai Rp 49,89 miliar.
Data dari laman e-ipo menunjukkan, calon emiten PT Wijaya Cahaya Timber Tbk akan melepaskan 375 juta saham atau setara dengan 20 persen modal disetor dan ditempatkan. Saham itu ditawarkan pada rentang harga Rp 108-Rp 111. Dengan demikian, jumlah dana publik yang akan diperoleh mencapai Rp 40,5 hingga Rp 44,25 miliar.
Laporkan kinerja
Calon emiten lain, yakni PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utama Tbk atau Bank Sumut, melaporkan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 706 miliar pada Desember 2022. Laba ini bertumbuh 15,15 persen dibandingkan dengan pencapaian pada tahun lalu.
Pelaksana Tugas Direktur Utama Bank Sumut Hadi Sucipto menjelaskan, pertumbuhan laba tersebut didukung oleh pertumbuhan kredit yang mencapai 10,58 persen, yakni dari Rp 25,1 triliun menjadi Rp 27, 8 triliun pada Desember 2022. Sementara kredit bermasalah turun dari 1,8 persen menjadi 1,2 persen. Dalam penawaran saham perdana kepada publik ini, Bank Sumut berpotensi mendapatkan dana publik hingga Rp 1,49 triliun.