Sejak awal tahun ini terdapat Rp 2,3 triliun dana asing keluar dari pasar saham di pasar reguler. Investor asing banyak melepas sahamnya di bank-bank berkapitalisasi besar. Situasi ekonomi global dinilai berpengaruh.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Arus dana investor asing masih terus keluar pada awal tahun ini. Para investor asing ini melepaskan saham perbankan berkapitalisasi besar. Sejak awal tahun 2023, tercatat sudah ada Rp 2,3 triliun dana asing keluar dari pasar saham di pasar reguler.
Saham yang paling banyak dilepaskan investor asing adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, yakni dengan penjualan bersih sekitar Rp 949, 8 miliar, lalu disusul PT Bank Central Asia Tbk atau BCA dengan penjualan bersih sekitar Rp 846 miliar, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dengan penjualan bersih sekitar Rp 403 miliar, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan penjualan bersih sekitar Rp 308 miliar.
Sejak awal tahun, saham BRI turun 9,31 persen. Pada penutupan perdagangan Kamis (12/1/2023) saham BRI naik 0,72 persen menjadi Rp 6.631. Sementara saham BCA sejak awal tahun turun 4 persen dan ditutup naik 0,92 persen menjadi Rp 8.200. Adapun saham Telkom tetap naik dari awal tahun sebesar 3,4 persen, sementara saham Bank Mandiri sejak awal tahun turun 7,56 persen.
Penjualan investor asing ini sudah terjadi sejak Desember lalu. “Investor masih akan memerhatikan nilai jual bersih investor asing yang sudah Rp 1,7 triliun pada pekan pertama Januari (2023), menyusul Rp 20 triliun sepanjang Desember (2022)," kata kata Senior Investment Information Mirae Asset Martha Christina.
Martha menambahkan, pihaknya memprediksik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan terbatas bulan ini dengan support resistance IHSG pada rentang 6.739-7.084. Situasi itu terutama karena faktor wait and see terhadap data makro ekonomi.
Martha mencermati, sepanjang tiga triwulan 2022 investor asing sudah mengakumulasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), terutama saham dengan kapitaliasi besar. Pada triwulan IV-2022, investor mulai merealisasikan keuntungan dan mulai menjual sahamnya dengan puncak pada Desember 2022.
Sementara itu, dalam risetnya, analis CGS-CIMB Handy Noverdanius menyebutkan, kinerja BRI hingga triwulan III-2022 solid, ditopang oleh biaya provisi yang lebih rendah dan manajemen beban operasional yang lebih baik. Walaupun masih terdapat indikasi pembalikan bunga kredit yang dapat terjadi pada triwulan IV-2022.
“Menurut kami laba bersih ke depan dapat terus meningkat,” demikian Handy dalam risetnya. Laba itu akan dikontribusikan oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian.
Sementara itu, para analis Samuel Sekuritas mencermati perkembangan transaksi Livin’ Bank Mandiri yang bertumbuh pesat, yakni mencapai 58 persen tahun lalu. Menurut tim analis Samuel, transaksi Livin’ akan terus meningkatkan rasio CASA dan fee based income tahun ini.