BI Perkirakan Inflasi Desember 2022 Sebesar 0,48 Persen
Sampai dengan pekan keempat Desember 2022, Bank Indonesia memperkirakan inflasi mencapai 0,48 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia memperkirakan inflasi sampai pekan keempat Desember 2022 mencapai 0,48 persen dibandingkan dengan November 2022. Kenaikan disumbang sejumlah komoditas pangan dan tarif jasa.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dirilis BI, komoditas pangan penyumbang inflasi, antara lain, telur ayam ras 0,08 persen dibanding November dan beras 0,04 persen. Kenaikan 0,03 persen masing-masing untuk daging ayam ras, tomat, dan cabai.
Adapun kenaikan tarif Perusahaan Air Minum (PAM) sebesar 0,02 persen dan tarif angkutan udara 0,01 persen.
”Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, akhir pekan lalu, di Jakarta.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan inflasi pada akhir 2022 5,4-5,6 persen. ”Angka inflasi ini jauh lebih baik dibanding konsensus pasar sebelumnya yang memperkirakan inflasi akhir tahun bisa tembus 6,7 persen,” ujar Asmoro.
Secara sektoral, perekonomian menunjukkan kinerja yang semakin membaik pada triwulan III-2022. Sektor-sektor terkait mobilitas, seperti sektor transportasi serta hotel dan restoran, telah menunjukkan peningkatan aktivitas yang signifikan.
Sektor-sektor lain pun memperlihatkan kinerja pertumbuhan yang semakin solid dengan mayoritas sektor sudah memiliki level aktivitas ekonomi yang jauh melebihi level sebelum pandemi Covid-19 tahun 2019. Pertumbuhan ini diperkirakan akan berlanjut pada triwulan IV tahun ini.
”Periode liburan Natal dan Tahun Baru 2022 diharapkan bisa menjadi momentum akselerasi pertumbuhan ekonomi untuk sektor-sektor terkait mobilitas tersebut,” kata Andry.
Pola konsumsi
Mengutip survei DBS Group Research yang dirilis 22 Desember 2022, konsumen memperkirakan tingkat inflasi yang relatif tinggi berlangsung dalam kurun waktu yang lebih panjang. Sebanyak 89 persen responden melihat tren inflasi akan berlangsung selama enam bulan ke depan dan lebih jauh. Ini berarti konsumen mengantisipasi situasi inflasi yang tinggi akan bertahan hingga paruh pertama 2023 atau bahkan hingga tahun 2024.
Sejalan dengan hal tersebut, 62 persen responden mengaku perilaku konsumsinya akan berubah dalam tiga hingga enam bulan ke depan karena mereka memperkirakan situasi inflasi yang berkepanjangan.
Survei dilakukan pada November 2022 pada 700 responden di sejumlah daerah Indonesia dengan berbagai kelas pemasukan. Survei ini menitikberatkan tentang bagaimana inflasi dan ancaman resesi akan mengubah pola pengeluaran dan konsumsi mereka.
DBS Group Research mendapati responden memiliki tendensi untuk menggunakan barang alternatif dengan harga yang lebih murah dibanding harus mengurangi frekuensi penggunaan kebutuhan pokok (bahan makanan serta produk perawatan rumah dan pribadi).
”Hal ini juga berlaku untuk pengeluaran rumah tangga serta BBM atau biaya transportasi. Untuk kebutuhan non-pokok (makan di luar, rekreasi, dan pakaian), tidak masalah bagi konsumen mengurangi intensitasnya sehingga terlihat bahwa mereka memilih kualitas dibanding kuantitas,” ujar ekonom senior DBS Group Research, Radhika Rao.