Di tengah penerapan kebijakan pupuk bersubsidi yang masih menghadapi tantangan, PT Pupuk Indonesia (Persero) tetap bersiasat agar penyalurannya makin tepat sasaran.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·3 menit baca
Pupuk berperan strategis dalam sektor pertanian nasional. Di tengah penerapan kebijakan pupuk bersubsidi yang masih menghadapi tantangan, PT Pupuk Indonesia (Persero) tetap bersiasat agar penyalurannya makin tepat sasaran. Tak hanya fokus pada pengembangan bisnis pupuk, perseroan pelat merah tersebut juga mulai menjajal lini energi. Berikut petikan wawancara harian Kompas dengan Direktur Utama Pupuk Indonesia Achmad Bakir Pasaman, Senin (12/12/2022), di Jakarta, mengenai siasat bisnis perusahaan yang dipimpinnya.
Berdasarkan perspektif Anda, seperti apa permasalahan pupuk bersubsidi?
Petani melaporkan kebutuhannya melalui kelompok tani. Laporan itu masuk dalam Sistem Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) untuk disampaikan ke dinas pertanian di tingkat daerah hingga kementerian pertanian. Pada tahun lalu, total kebutuhan yang dilaporkan petani yang berhak memperoleh pupuk bersubsidi mencapai 25 juta ton. Di sisi lain, anggaran Kementerian Pertanian hanya mencakup sekitar 7,7 juta ton pupuk. Dengan demikian, ada selisih sekitar 17 juta ton pupuk.
Titik permasalahan berikutnya ada di penebusan pupuk bersubsidi. Kami menyalurkan pupuk tersebut berdasarkan alokasi sebesar 7,7 juta ton kepada petani melalui kios. Sayang, informasi mengenai keterbatasan anggaran yang membuat alokasi pupuk bersubsidi lebih sedikit dibandingkan kebutuhan yang dilaporkan tidak sampai hingga tingkat petani. Imbasnya, ada petani yang terdaftar dalam e-RDKK, tetapi tidak memperoleh pupuk bersubsidi. Ada juga petani yang mendapatkan pupuk bersubsidi dengan jumlah kurang dari yang didata. Situasi inilah yang membuat pupuk bersubsidi seolah-olah langka.
Selain anggaran, apakah volume produksi menjadi tantangan dalam pemenuhan pupuk bersubsidi?
Tidak. Sebagai gambaran, rata-rata produksi urea kami mencapai 8,8 juta ton per tahun. Di sisi lain, jumlah alokasi untuk pupuk urea bersubsidi sebanyak 4,4 juta ton. Data menunjukkan, per 9 Desember 2022, total pupuk bersubsidi yang ada di tingkat produsen lini I, II, dan III mencapai 1,01 juta ton. Angka ini setara dengan 105 persen dari stok minimal. Selain itu, realisasi penyaluran pupuk bersubsidi sepanjang 2022 hingga November telah mencapai 88,5 persen.
Bagaimana perusahaan menyiasati tantangan pupuk bersubsidi tersebut?
Kami menginisiasi aplikasi digital bernama Rekan yang memperkuat transparansi penyaluran pupuk bersubsidi. Aplikasi Rekan membuat kami dapat memperoleh data penebusan pupuk bersubsidi yang tepat harga, tepat jenis, tepat tempat, tepat jumlah, hingga tepat waktu. Aplikasi tersebut sudah diinisiasi sejak 2021. Hingga Juli 2022, sebanyak 27.500 kios dari 27.860 kios yang melayani pupuk bersubsidi telah menggunakan aplikasi itu.
Bagaimana rencana bisnis pupuk PT Pupuk Indonesia ke depan?
Perusahaan membutuhkan penguatan kios komersial. Selama ini, penjualan pupuk dengan skema komersial umumnya menumpang pada kios yang menjual pupuk bersubsidi. Saat ini kami sudah memiliki 300 kios komersial. Harapannya, pada akhir 2022 sudah ada 1.000 kios komersial di Indonesia. Kami menargetkan kios-kios komersial ada di setiap kecamatan.
Selain menjadi bahan baku untuk pupuk, gas alam dapat dimanfaatkan sebagai energi baru terbarukan. Apakah Pupuk Indonesia juga akan bertransformasi ke arah sana?
Terdapat dua macam energi yang ingin kami kembangkan berdasarkan proses pembuatannya, yakni amonia biru dan amonia hijau. Amonia biru menghasilkan komponen sampingan berupa karbon dioksida dalam proses pembuatannya. Adapun amonia hijau tidak menghasilkan karbon dioksida dalam proses pembuatannya karena cukup memproses nitrogen dan hidrogen. Untuk memperoleh hidrogen, kami sedang mengembangkan teknik elektrolisis air. Dengan tenaga listrik, air dapat terpecah menjadi komponen oksigen dan hidrogen.
Kami optimistis untuk bertransformasi ke perusahaan yang turut menggarap sektor energi karena kami sudah memiliki tangki, dermaga, hingga sumber daya manusia pendukungnya.