Peningkatan Literasi Jadi Kunci Optimalisasi Potensi Ekonomi Digital
Indonesia Digital Economy Literacy Index (IDELI) 2022 yang dirilis oleh Litbang Harian ”Kompas” menjadi acuan untuk pemangku kepentingan melihat kemampuan keterampilan ekonomi digital masyarakat.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Literasi ekonomi digital seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat dan pelaku usaha mikro kecil menengah, perlu terus ditingkatkan agar potensi pertumbuhan ekonomi digital bisa optimal. Dengan meningkatnya literasi ekonomi digital, seluruh pemangku kepentingan bisa secara sadar memanfaatkan fitur dan fungsi layanan digital untuk mencapai potensi yang optimal di sektor ini.
Hal itu menjadi benang merah dalam diskusi bertajuk “Diskusi Indeks Literasi Ekonomi Digital dan Transformasi Digital di Daerah” yang diselenggarakan Lazada dan Harian Kompas, Jakarta, Selasa (29/11/2022).
Hadir sebagai pembicara Asisten Deputi Ekonomi Digital Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edwin Manansang, Senior Vice President Traffic Operations and TPM Lazada Indonesia Haikal Bekti Anggoro, Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa, dan General Manager Litbang Harian Kompas Ignatius Kristanto.
Pada kesempatan itu Litbang Harian Kompas merilis Indonesia Digital Economy Literacy Index (IDELI) 2022. Dari 514 kabupaten dan kota yang diteliti oleh Litbang Harian Kompas, Kota Bandung merupakan daerah dengan skor indeks literasi ekonomi digital tertinggi di Indonesia dengan nilai 5,34. Adapun peraih skor indeks literasi ekonomi digital tertinggi untuk kategori kabupaten adalah Kabupaten Sleman dengan skor 5,00. Indeks ini menggunakan skala skor 1-7, semakin besar skor semakin tinggi ekonomi digital di daerah tersebut.
Kristanto menjelaskan, pengukuran indeks merujuk pada parameter “Toolkit for Measuring the Digital Economy” yang mengemuka pada 2018 saat penyelenggaraan G20 di Argentina. Penilaian ini menggunakan lima dimensi, yakni infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, pengadopsian inovasi dan teknologi, penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, serta kinerja e-dagang. Dari lima dimensi ini diturunkan menjadi 23 indikator dan 40 variabel penilaian.
”Kami adopsi instrumen itu dan lakukan pengukuran di Indonesia,” ujar Kristanto.
Ia menjelaskan, yang membedakan literasi ekonomi digital dengan literasi digital adalah adanya unsur transaksi belanja dalam penggunaan teknologi digital. Semakin tinggi tingkat literasi ekonomi digitalnya, maka wilayah ini memiliki potensi ekonomi digital yang lebih besar. Maka dari itu, penting bagi daerah untuk meningkatkan literasi ekonomi digitalnya.
Haikal mengatakan, literasi ekonomi digital menjadi salah satu kunci untuk mendorong optimalisasi potensi ekonomi digital. Sebab, dengan makin terliterasinya suatu masyarakat daerah tertentu, maka semakin meningkat pula kesadaran warga untuk memanfaatkan fitur dan fungsi layanan digital untuk mencapai optimalisasi potensi sektor ini.
Pelatihan keterampilan dan pengetahuan digital juga perlu dilakukan tak hanya kepada masyarakat, tetapi juga kepada pelaku usahanya. ”Jadi semua pihak ini makin memahami dan menguasai keterampilan digital untuk mengoptimalkan potensi ekonomi digital,” ujar Haikal.
Peran pemerintah
Danang mengaku kaget dan tidak menyangka daerahnya menjadi kabupaten dengan nilai literasi ekonomi digital tertinggi. Ia menjelaskan, hal ini tidak lepas dari kebijakan pemerintahannya untuk mendukung pengembangan digitalisasi. Hal ini diterapkan dengan berbagai kebijakan seperti pemasangan jaringan internet secara gratis di beberapa lokasi.
”Pembangunan sarana dan prasarana kami lakukan karena kami sadar digitalisasi ini makin lekat dengan kehidupan sehari-hari. Jadi warga bisa menggunakannya baik untuk belajar, bekerja, maupun memasarkan produknya,” ujar Danang.
Edwin mengatakan, peningkatan literasi ekonomi digital merupakan salah upaya untuk mendorong transformasi digital di Indonesia. Ini dalam rangka untuk mengoptimalkan potensi ekonomi digital untuk mencapai visi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di peringkat 5-7 dunia pada 2045.
Upaya transformasi digital itu mencakup tiga aspek, yakni pemerintah digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital. “Peningkatan literasi ekonomi digital ini bagian dari transformasi masyarakat untuk mencapai potensi ekonomi digital kita,” ujar Edwin.