Ekonom Perkirakan Ekonomi Indonesia Tumbuh Lebih Tinggi di Triwulan III
Perekonomian Indonesia pada triwulan III-2022 diperkirakan tumbuh lebih tinggi. Permintaan konsumsi rumah tangga serta kinerja ekspor yang terjaga dinilai mendasari proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS- Sejumlah ekonom memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh mendekati 6 persen pada triwulan III-2022 atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 5,44 persen secara tahunan. Selain basis perhitungan yang rendah di triwulan III-2021, prediksi itu didasarkan pada permintaan konsumsi dalam negeri dan kinerja ekspor yang masih positif yang ditopang oleh tingginya harga komoditas.
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun ini akan berada di kisaran 5,77 persen hingga 5,85 persen secara tahunan (yoy). Perkiraan ini lebih tinggi dari capaian pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 yang mencapai 5,44 persen.
Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2022 diprediksi lebih tinggi karena dasar perhitungan pembandingnya, yakni triwulan III-2021, dalam posisi rendah (low based effect). Saat itu, ekonomi Indonesia tumbuh 3,51 persen secara tahunan.
Selain itu, kata Riefky, pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun ini ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat yang masih kuat. Kendati ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di awal September 2022 atau bulan terakhir di triwulan III, konsumsi masyarakat masih tercatat kuat. Hal ini juga ditambah oleh kinerja ekspor yang masih kuat seiring dengan masih tingginya harga komoditas dunia.
Realisasi investasi pada triwulan III-2022 juga mencapai level tertinggi dalam satu dekade terakhir, yakni mencapai Rp 307,8 triliun atau tumbuh 42,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini jadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurut Riefky, triwulan III-2022 dilalui Indonesia dengan cukup baik kendati ada sejumlah tantangan. Tantangan itu antara lain peningkatan suku bunga oleh bank-bank sentral dunia yang memicu arus modal keluar secara masif dari negera berkembang, termasuk Indonesia, sehingga memicu depresiasi mata uang.
Kenaikan harga BBM juga diperkirakan akan terus mendorong laju inflasi dalam negeri. “Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 kami perkirakan di kisaran 5,3–5,4 persen,” ujar Riefky, Minggu (6/11/2022).
Konsumsi masyarakat
Sementara menurut ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2022 akan mendekati 6 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh agregat permintaan konsumsi masyarakt yang kuat seiring dengan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19. Di sisi lain, agregat penawaran juga menguat sehingga mengimbangi konsumsi masyarakat dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Pada triwulan terakhir tahun ini, Faisal memperkirakan, tekanan akan datang dari inflasi pascakenaikan harga BBM bersubsidi pada September 2022. Kenaikan inflasi dikhawatirkan bisa menekan daya beli masyarakat. Melambatnya perekonomian dunia juga bisa mengurangi permintaan ekspor yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi, kinerja dunia usaha dan manufaktur yang baik bisa tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2022. Selain itu, nilai investasi yang tinggi juga tetap menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 akan berada di kisaran 5,17 persen secara tahunan. Ini lebih baik ketimbang pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 yang 3,69 persen.
Adapun rilis resmi pertumbuhan ekonomi triwulan III-2022 akan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin 7 November 2022.
Perkiraan Bank Indonesia
Sebelumnya, pada jumpa pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11/2022), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini pertumbuhan ekonomi triwulan III-2022 mampu melampaui 5,5 persen. Perkiraan ini lebih baik dibandingkan kinerja ekonomi triwulan I dan II yang masing-masing tumbuh 5,01 persen dan 5,44 persen.
Perry menyebut, ada beberapa faktor positif yang membuatnya optimistis terhadap kinerja ekonomi triwulan III, di antaranya indeks harga penjualan, indeks harga konsumen, pertumbuhan kredit yang tinggi, neraca transaksi berjalan, dan kinerja ekspor yang baik.
Secara khusus, Perry mengatakan, pertumbuhan kredit sampai akhir tahun diperkirakan masih akan mencapai 9-11 persen secara tahunan. Laju pertumbuhan kredit ini bahkan diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan mencapai 10-12 persen secara tahunan. Pertumbuhan kredit yang tinggi ini menunjukkan agregat permintaan dan penawaran masih baik sehingga roda ekonomi bisa terus berputar.
"Berdasarkan survei BI menunjukkan, risk appetite, keinginan, dan lending standar perbankan dalam menyalurkan kredit masih positif. Sedangkan dari sisi demand, ekonomi konsumsi, investasi masih tumbuh tetap tingkatkan kredit," ujar Perry.