Pengembangan Pariwisata Perlu Libatkan Masyarakat Lokal
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menekankan, pembangunan destinasi pariwisata harus semakin melibatkan masyarakat lokal.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri pariwisata diharapkan lebih aktif melibatkan peran serta masyarakat lokal. Pendekatan seperti ini dinilai mampu menciptakan pariwisata yang berkelanjutan.
”Kami berharap pariwisata ke depan harus dilihat dengan cara pandang yang berbeda. Masyarakat lokal sudah seharusnya semakin dilibatkan dalam setiap pengembangan pariwisata. Kami ingin wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung lebih memahami, lebih berempati, dan mengapresiasi kearifan lokal yang Indonesia punya,” ujar Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Rizki Handayani Mustafa dalam webinar ”Rethinking Tourism: Developing Tourism Destination Quality Through Interpretive Storytelling”, Sabtu (5/11/2022), di Jakarta.
Dia menyampaikan, menurut Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) terdapat sejumlah tren pariwisata yang sedang dan akan terjadi. Salah satu trennya adalah wisatawan semakin mencari keotentikan selama berkunjung ke suatu destinasi.
Selain itu, perubahan sosial ekonomi di tingkat global memengaruhi industri pariwisata nasional. Misalnya, pandemi Covid-19 yang semakin mendorong pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
Kemenparekraf/Baparekraf juga telah menekankan pentingnya kualitas kunjungan wisatawan, bukan lagi kuantitas. Nilai tambah pariwisata yang besar bagi masyarakat lokal menjadi salah satu target utama pembangunan.
”Saat ini, produk wisata yang dikemas dengan tutur cerita (story telling) digemari wisatawan. Kami telah membuat sejumlah buku konten pedoman interpretasi daya tarik wisata sehingga bisa dipakai oleh pemandu wisata/warga lokal di suatu destinasi,” kata Rizki.
Direktur Program Jaladwara Kristianti Wisnu Aji Wardani berpendapat, permainan bisa menjadi sarana yang membantu wisatawan memahami produk wisata lokal. Penggunaan permainan tidak harus yang canggih, tetapi juga bisa berupa bermain peran sederhana yang semua turis bisa ikut memainkan.
Jaladwara mulanya banyak berkecimpung di museum dan kawasan arkeologi, seperti candi. Dia dan tim mengembangkan permainan berdasarkan temuan arkeologi bagi para turis. Setelah itu, turis diajak membicarakan beragam isu yang relevan dari temuan arkeologi.
Kristianti mencontohkan Candi Prambanan. Pada umumnya, turis yang datang selalu menuju ke bagian candi terbesar, melewatkan aktivitas menengok dan memahami relief. Salah satunya adalah relief Ramayana yang punya cerita kuat di masyarakat. Jaladwara lantas menyiapkan panduan permainan yang membuat turis peserta tur bebas mengekspresikan adegan yang ada dalam relief.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) Andi Yuwono memandang semua cerita di desa wisata bisa menjadi cerita menarik bagi wisatawan. Apalagi, rata-rata desa wisata memiliki alam dan budaya yang kental.
Tantangannya adalah tata kelola dan sumber daya manusia desa wisata yang andal. Dua tantangan itu masih kentara hingga sekarang. Oleh karena itu, Asidewi ikut ambil bagian memberikan pendampingan ke 224 desa wisata sepanjang 2022.
”Materi pendampingan meliputi mulai kepemanduan sampai pemasaran digital. Pemandu desa wisata perlu menjadi interpreter andal mengenai cerita- cerita kearifan lokal di desa. Melek digital ini penting dimiliki pengelola desa wisata agar memudahkan mereka promosi dan menceritakan desa mereka,” imbuh Andi.