Induk unggulan udang vaname mulai dirilis oleh pemerintah. Target untuk menggenjot produksi udang nasional membutuhkan kecukupan induk unggul.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Target produksi udang sebanyak 2 juta ton tahun 2024 selama ini menghadapi tantangan dalam penyediaan benih udang berkualitas. Program induk unggulan udang vaname yang dikembangkan di Karangasem, Bali, diharapkan dapat memicu kebangkitan industri udang di Indonesia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengemukakan, KKP saat ini telah berhasil mengembangkan induk unggulan udang vaname melalui program Induk Udang Unggul Vaname Nusantara Sakti Dewata (Nusa Dewa). Program itu dilaksanakan Balai Produksi Induk Undang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem, Bali.
Induk udang vaname unggulan hasil pengembangan KKP ini memiliki kelebihan tumbuh lebih cepat, toleran terhadap penyakit, serta dapat bersaing dengan produk induk udang dari negara lain. Pengembangan induk udang itu diharapkan mampu mendorong pemenuhan target produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton tahun 2024 dan memicu bangkitnya industri udang di Indonesia.
”Ini sejarah bagi Indonesia, kita sudah berhasil mengembangkan induk udang unggul vaname. Semoga ke depan kita sudah tidak lagi impor induk udang karena kita sudah bisa membuat sendiri,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam keterangan pers saat peluncuran program Induk Udang Unggul Vaname di Karangasem, Bali, Kamis (28/10/2022).
Menurut Trenggono, pengembangan induk udang unggulan akan menjadi andalan Indonesia dalam lima tahun ke depan. Di samping itu, menumbuhkan investor-investor yang bergerak di bidang produksi induk.
Udang termasuk komoditas unggulan ekspor produk perikanan Indonesia yang digenjot produktivitasnya. Pada tahun 2021, total nilai ekspor perikanan mencapai 5,7 miliar dollar AS, sekitar 38 persen atau 2,2 miliar dollar AS di antaranya berasal dari udang.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu menambahkan, pemerintah telah menargetkan produksi sebanyak 2 juta ton dengan kenaikan nilai ekspor udang sebesar 250 persen tahun 2024. Namun, pencapaian target itu menghadapi tantangan, salah satunya ketersediaan benih udang yang berkualitas.
Pengembangan induk udang unggul tersebut bertujuan menghasilkan sumber daya genetik udang yang adaptif sesuai kondisi lokal Indonesia, serta bertumbuh cepat dan toleran terhadap penyakit. Pihaknya masih terus menyempurnakan pengembangan, penambahan jumlah sumber daya genetik, pengembangan multiplication center (MC), serta uji coba multilokasi kepada pembudidaya.
”Keberhasilan pengembangan induk udang unggul vaname akan menjawab kebutuhan para pembudidaya di Indonesia. Selain itu, juga mengurangi volume dan nilai impor induk udang vaname yang selama ini cukup tinggi,” kata Tb Haeru.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Forum Udang Indonesia (FUI) Coco Kokarkin mengapresiasi pengembangan induk unggul vaname nasional sebagai upaya efisiensi biaya produksi. Selama ini, jumlah induk udang yang diimpor berkisar 160.000-200.000 ekor per tahun. Harga induk impor mencapai Rp 900.000 per ekor, sedangkan harga induk unggulan lokal berdasarkan peraturan PNBP Rp 12.500 per ekor. ”Efisiensi biaya bisa sangat signifikan,” katanya.
Perlu diuji
Indonesia juga menargetkan peningkatan produksi udang, terutama udang berukuran kecil. Di pasar dunia, permintaan udang berukuran kecil terus meningkat untuk diolah atau menjadi lauk siap saji, yakni udang berukuran mulai 5 gram per ekor (ukuran 200) hingga 12,5 gram per ekor. Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengoptimalkan tambak tradisional menjadi tambak tradisional plus. Saat ini, luas tambak tradisional sekitar 300.000 hektar.
Tambak intensif juga berpeluang meningkatkan jumlah tebar benur dengan masa pelihara 50-60 hari. Produksi akan meningkat dari dua kali per tahun menjadi 5-6 kali per tahun. Konsekuensinya, dibutuhkan benih lebih banyak dan jumlah induk yang berlipat yang diharapkan dapat dipenuhi dari BPIU2K. ”(Induk unggul) tahan penyakit skala laboratorium sudah diuji. (Realisasi) di lapangan diharapkan konsisten,” kata Coco.
Ketua Umum Shrimp Club Indonesia Haris Muhtadi mengemukakan, pemenuhan induk unggul wajib untuk menopang industri udang dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor induk dari negara lain. Meski demikian, ia mengakui, tingkat kepercayaan petambak udang terhadap induk unggul lokal belum kuat. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi dengan melibatkan pelaku usaha pembenihan (hatchery) di sentra produksi udang.
”Perlu bukti data uji lapang yang kuat untuk membuktikan induk unggul tersebut SPF (bebas penyakit) dan pertumbuhannya bisa bersaing dengan induk impor yang selama ini tersedia di pasar,” katanya.
Editor:
MUHAMMAD FAJAR MARTA
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.