Selama memegang tampuk presidensi G20 hampir setahun ini, Indonesia mampu mengorkestrasi para negara anggota untuk berkolaborasi menghasilkan upaya-upaya konkret dalam mengatasi berbagai isu global.
Oleh
MUHAMMAD FAJAR MARTA
·3 menit baca
WASHINGTON, KOMPAS - Di tengah ketegangan geopolitik yang berkepanjangan dan ancaman resesi global tahun depan, kepemimpinan Indonesia mampu menjaga kekompakan negara-negara kelompok 20 atau G20 sebagai forum utama ekonomi dan keuangan global.
Selama memegang tampuk presidensi G20 hampir setahun ini, Indonesia mampu mengorkestrasi para negara anggota untuk berkolaborasi menghasilkan upaya-upaya konkret dalam mengatasi berbagai isu global.
”Terlepas dari kenyataan bahwa kita menghadapi banyak tantangan akibat eskalasi konflik, perang di Ukraina, ditambah situasi ekonomi yang memburuk, keutuhan G20 sebagai forum utama ekonomi dan keuangan globaltetap terjaga,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memaparkan hasil pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) Keempat G20 Presidensi Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Kamis (13/10/2022) siang waktu AS atau Jumat (14/10) dini hari WIB.
Sebagai presidensi, Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersama-sama memimpin sidang FMCBG yang berlangsung 12-13 Oktober 2022 waktu AS.
Sidang FMCBG Keempat G20 dilangsungkan di AS karena secara bersamaan juga digelar Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Grup Bank Dunia (World Bank Group) 2022 di Washington DC.
Perhelatan G20 Presidensi Indonesia akan berpuncak pada Konferensi Tingkat Tinggi para kepala negara anggota G20 di Bali, 15-16 November 2022.
Kekompakan G20 terlihat dari hadirnya langsung 66 unsur pimpinan tiap-tiap negara dan hanya empat orang yang hadir secara virtual dalam pertemuan FMCBG Keempat G20.
Secara keseluruhan, pertemuan tersebut dihadiri 371 delegasi, dengan 304 orang hadir secara langsung dan 67 orang hadir secara virtual. Presidensi G20 Indonesia kembali mengundang Menteri Keuangan Ukraina pada pertemuan ini.
Selama presidensi Indonesia, Sri Mulyani dan Perry Warjiyo juga proaktif memediasi negara anggota G20 yang bersitegang, terutama Rusia dengan kelompok negara maju yang tergabung dalam G7, untuk sama-sama berkomitmen mengatasi berbagai isu global.
”G20 harus terus melangkah ke depan, G20 perlu menghasilkan aksi konkret dengan menunjukkan semangat kerja sama, kolaborasi, dan konsensus. Secara historis, G20 telah mencatatkan kemampuan kita untuk melalui ini semua,” ucap Sri Mulyani.
Perry Warjiyo menambahkan, sejak awal presidensi Indonesia, G20 telah bekerja sama untuk membahas isu-isu global serta mampu memberikan solusi konkret dan kolektif untuk mendorong pemulihan ekonomi global.
Kesepakatan
FMCBG Keempat G20 membahas enam isu global, yaitu ekonomi global, arsitektur keuangan internasional, peraturan sektor keuangan, investasi infrastruktur, keuangan berkelanjutan, dan perpajakan berkelanjutan.
Langkah yang disepakati, antara lain, agar kebijakan yang dikeluarkan setiap negara untuk mengatasi krisis telah terencana, terkalibrasi, dan terkomunikasikan dengan baik.
Terkait hal ini, Kepala Ekonom Departemen Penelitian IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengingatkan, pengetatan moneter yang dilakukan tanpa perencanaan dan koordinasi yang baik bisa berlebihan sehingga justru mendorong ke arah resesi global.
Selain itu, G20 berhasil membentuk Financial Intermediary Fund (FIF) untuk membantu negara-negara yang membutuhkan dana guna mencegah dan mengatasi pandemi di masa depan. Total komitmen FIF dari para donor sejauh ini mencapai 1,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 21 triliun.
Global Infrastructure (GI) Hub juga disepakati untuk mendorong investasi infrastruktur yang berkelanjutan.