Bisnis Tanaman Hias dan Upaya Konservasi Harus Selaras
Pengembangan usaha tanaman hias untuk memanfaatkan potensi pasar global menemui beberapa hambatan. Salah satunya implementasi pengembangan, pengelolaan, dan proteksi terhadap plasma nutfah yang masih rendah.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Bisnis florikultura atau tanaman hias merupakan bisnis yang prospektif dengan potensi pasar global mencapai 22,329 miliar dollar AS. Indonesia, menurut data Kementerian Pertanian, baru memanfaatkan 0,1 persen dari potensi tersebut dan memiliki keanekaragaman hayati melimpah sehingga berpeluang mengembangkan bisnis tanaman hias. Namun, pengembangan bisnis tersebut perlu selaras dengan upaya konservasi agar kekayaan flora tetap terjaga.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Puji Lestari, Sabtu (15/10/2022), mengatakan, tanaman hias memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia. Kondisi geografis Indonesia strategis dengan tanah, air, dan iklimnya kondusif untuk pertanian.
“Selain itu, Indonesia juga memiliki keanekaragaman flora yang berlimpah dan unik. Untuk anggrek saja, ada 5.000 hingga 6.000 spesies. Belum lagi spesies lain seperti palem, paku-pakuan, dan begonia,” ucap Puji pada acara konferensi “Keberlanjutan Keanekaragaman Hayati Indonesia dalam Usaha Tanaman Hias” rangkaian dari Floriculture Indonesia International Convex 2022, di Jakarta.
Puji menambahkan, nilai ekspor tanaman hias juga terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada 2018, nilai ekspor senilai 12,07 juta dollar AS. Nilainya meningkat sebesar 12,1 persen menjadi 13,53 juta dollar AS pada 2019. Peningkatan signifikan terjadi pada 2020 dengan nilai ekspor sebesar 19,98 juta dollar AS.
Namun, pengembangan usaha tanaman hias untuk memanfaatkan potensi pasar global menemui beberapa hambatan. Salah satunya implementasi pengembangan, pengelolaan, dan proteksi terhadap plasma nutfah yang masih rendah. Padahal, konservasi plasma nutfah penting untuk mencegah kerusakan atau kepunahan spesies.
“Agar menciptakan bisnis yang berkelanjutan, perlindungan plasma nutfah ini perlu diperhatikan. Nantinya, plasma nutfah tersebut menjadi sumber gen untuk pemuliaan tanaman dan perbaikan varietas lokal. Pada akhirnya, ini akan mendorong keberlangsungan usaha tanaman hias juga karena tercipta varietas unggul yang berdaya saing dan inovatif,” tutur Puji.
Hal senada disampaikan Koordinator Pendaftaran Varietas Tanaman Pusat Perlindungan Varietas Tanamandan Perizinan Pertanian, Luthful Hakim. Ia pun menekankan pentingnya pendaftaran plasma nutfah. Pendaftaran plasma nutfah merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap kekayaan hayati Indonesia. Selain agar terdata dengan baik, pendaftaran plasma nutfah juga bertujuan untuk memudahkan dalam pengembangan varietas unggul baru (VUB).
Hingga September 2022, baru 429 varietas tanaman hias yang terdaftar. Jumlahnya masih tertinggal jauh dari komoditas tanaman pangan yang sudah terdaftar sebanyak 1.246 varietas. Adapun varietas tanaman hias yang sudah dilepas atau dikomersialkan sebanyak 159 varietas.
Kepala Seksi Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Inge Yangesa, juga menyoroti soal perlindungan spesies untuk menjaga keragaman flora. Terlebih, peningkatan tren tanaman hias telah membuat perburuan tanaman di hutan semakin marak. Masyarakat diperbolehkan untuk memanfaatkan tumbuhan yang ada di hutan. Namun, ada hal-hal yang perlu diperhatikan.
“Tujuan utamanya harus perbanyakan atau pengembangbiakan tanaman. Untuk itu, tanaman yang diambil harus harus tanaman induk. Masyarakat bisa mengajukan permohonan untuk tanaman induk itu kepada kami untuk nanti kami sampaikan kepada BRIN. Nanti BRIN yang memberi tahu lokasinya di mana dan berapa yang bisa diambil,” tutur Inge.
Inge menambahkan, masyarakat juga perlu digugah kesadarannya soal konservasi agar mereka bisa bijak dalam proses eksplorasi tanaman hias. Untuk itu, pihaknya melalui UPT (Unit Pelaksana Teknis) melakukan sosialiasi kepada masyarakat berkaitan dengan isu tersebut.
Sementara itu, pembudidaya tanaman hias, Handry Chuhairy, menyampaikan, ada beberapa hal yang perlu dievaluasi oleh seseorang saat terjun ke bisnis tanaman hias. Salah satunya memikirkan seberapa tinggi kecintaan terhadap tanaman. Sebab, kecintaan seseorang terhadap tanaman akan memengaruhi caranya merawat tanaman tersebut.
“Selain itu, kecintaan tersebut juga penting untuk memastikan pembudidaya konsisten menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia. Misalnya, saya punya kebijakan, kalau ambil tanaman, saya perbanyak lebih dulu sebelum saya tawarkan kepada kolektor. Sisanya saya berikan kepada petani untuk menjaga plasma nutfah,” kata Handry.