Suplai gula konsumsi saat ini dinilai berlebih, sementara produksi diperkirakan meningkat seiring meningkatnya luas tanam dan rendemen. Produsen gula dalam negeri meminta pemerintah untuk tidak mengimpor gula konsumsi.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produsen dalam negeri optimistis Indonesia tidak membutuhkan impor gula konsumsi pada 2023 karena peningkatan produksi dan suplai saat ini berlebih. Akan tetapi, pemerintah menilai ada kemungkinan kebutuhan impor gula konsumsi untuk menstabilkan harga pada awal tahun sambil menunggu masa panen.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, stok akhir gula konsumsi pada 2022 diperkirakan mencapai 806.938 ton. Perkiraan itu berasal dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Badan Pusat Statistik, dan sejumlah asosiasi di bidang pangan.
Sementara itu, Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi memperkirakan, stok gula konsumsi pada akhir 2022 dapat mencapai sekitar 1,4 juta ton. ”Stok akhir tersebut cukup untuk konsumsi enam bulan pertama (pada 2023). Mei nanti panen sudah mulai. Artinya, tidak perlu impor untuk gula konsumsi,” katanya saat dihubungi, Kamis (13/10/2022).
Menurut Yadi, proyeksi sementara menunjukkan, produksi gula konsumsi pada 2023 bisa meningkat hingga mencapai 2,45 juta ton. Produksi sepanjang 2022 diperkirakan 2,35 juta ton. Dia juga optimistis rendemen akan naik dari 7,2-7,3 persen pada 2022 menjadi 8 persen pada tahun depan.
Kenaikan produksi itu juga disokong oleh peningkatan luas lahan tanam dari sekitar 480.000 hektar menjadi 490.000 hektar. “Animo petani menanam tebu sedang meningkat karena harga pembelian tebu menarik,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan data neraca pangan Badan Pangan Nasional, stok awal gula pada 2022 sebanyak 744.206 ton. Produksi dalam negeri sepanjang 2022 diperkirakan mencapai 2,24 juta ton, sedangkan kebutuhan tahunannya sekitar 3,21 juta ton.
Yadi menambahkan, saat ini masih ada tebu yang berada di gudang dan direncanakan baru digiling tahun depan. Stok tebu di gudang itu, antara lain, karena gudang telah penuh serta hambatan pada truk dan tenaga pengangkut.
Selain itu, terdapat pula stok gula konsumsi bulanan di pedagang kira-kira 200.000-300.000 ton. Dari sisi permintaan, dia memperkirakan, konsumsi gula akan menurun dari 240.000-250.000 ton per bulan menjadi 200.000-225.000 ton. Permintaan gula konsumsi diperkirakan turun di tengah kenaikan harga barang-barang kebutuhan. Inflasi dan risiko dampak resesi global membuat sebagian masyarakat diperkirakan mengurangi konsumsinya, termasuk kebutuhan gula.
Pasar jenuh
Akibat faktor-faktor tersebut, Yadi khawatir terjadi suplai gula konsumsi yang berlebih di pasar dan gudang. Kondisi tersebut bisa lebih parah apabila ada impor yang tidak diperhitungkan dengan baik. ”Oleh karena itu, perlu ada data gula terintegrasi antarpihak yang terlibat dalam produksi dan konsumsi gula,” ujarnya.
Suplai gula berlebih di gudang itu, menurut Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nur Khabsyin, sedang terjadi saat ini. “Pasar sudah jenuh sehingga stok tertahan di pabrik gula. Pabrik gula sedang sulit menyerap hasil produksi petani, padahal saat ini masih musim giling,” katanya.
Nur Khabsyin juga menggarisbawahi keberadaan rembesan gula rafinasi yang berkisar 400.000 ton. Dengan demikian, dia berharap pemerintah tidak mengimpor gula konsumsi, baik pada akhir tahun ini maupun sepanjang tahun 2023 guna menghindari banjir gula yang ujungnya menekan harga gula dan kesejahteraan petani.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menilai, neraca gula menunjukkan tren positif hingga akhir tahun. “Masih ada tebu yang akan digiling tahun ini,” katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Arief juga sudah membuat surat edaran kepada pabrik gula agar membeli dari petani dengan harga Rp 11.500 per kilogram (kg). Dia meminta gula yang berasal dari impor tidak digelontorkan ke pasar agar petani tebu dapat menikmati harga tersebut dan minat menanam tebu terjaga.
Sepanjang tahun 2022, impor gula konsumsi mencapai 1,04 juta ton. “Tahun depan, jumlahnya (impor) tidak akan setinggi itu karena ada peningkatan produksi sekitar 10-20 persen. Impor dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan enam bulan pertama, biasanya direalisasikan pada Januari-April,” katanya.