Targetkan Ekspansi, Produsen Alat Kesehatan OneMed Lepas Saham ke Publik
Produsen alat kesehatan OneMed dari PT Jayamas Medica Industri Tbk mulai melepas saham ke publik untuk mengembangkan gurita bisnis alat kesehatan di luar Jawa Timur.
initial public offering
Dalam aksi korporasi tersebut, Jayamas Medica menunjuk CLSA Limited, CIMB Investment Bank Berhad, PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT CIMB Niaga Sekuritas, dan PT Ciptadana Sekuritas Asia sebagai Joint Global Coordinators, Bookrunners dan Joint Lead Underwriters. Sementara AvantGarde Capital bertindak sebagai penasihat keuangan (financial advisor).
Selepas mengantongi surat pernyataan praefektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 5 Oktober 2022, OneMed akan memulai rangkaian bookbuilding atau penawaran awal dari rangkaian penawaran umum perdana saham yang dijadwalkan pada 6 Oktober–12 Oktober 2022.
Kepada wartawan di Surabaya, Kamis (6/10/2022) malam, pendiri Onemed, Jemmy Hartanto, menyebutkan, dengan melepas saham, perusahaan ini bisa melakukan pengembangan usaha alat kesehatan di dalam negeri. Pabrik alat kesehatan pun tak hanya berada di Jawa Timur, tetapi juga di luar Jawa antara lain di Batang, Jateng.
Baca juga : Inovasi Farmasi-Alat Kesehatan
Perusahaan dengan pabrik di Mojokerto, Jatim, ini sampai sekarang telah memproduksi 493 jenis alat kesehatan, mulai dari masker hingga jarum suntik dan alat tes kehamilan. ”Hasil melepas saham dipakai untuk ekspansi sehingga ketergantungan alat kesehatan impor bisa terus dikurangi,” kata Jemmy.
Untuk itu OneMed optimistis belanja kesehatan terus bertumbuh di Indonesia, terutama ditopang oleh kekuatan fundamental makroekonomi yang terus membaik dalam masa transisi menuju fase endemi Covid-19.
Direktur Pemasaran Jayamas Medica Industri Lois Hartanto menyatakan, peluang industri alat kesehatan ke depan sangat menjanjikan. Apalagi, Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan GDP per kapita tercepat di Asia Pasifik dengan proyeksi pertumbuhan CAGR 7,1 persen dari 2021 hingga 2026, melampaui Thailand (5,3 persen) dan Jepang (4,7 persen).
”Dengan belanja kesehatan yang relatif rendah dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Pasifik, potensi pertumbuhan alat-alat kesehatan dan suplai industri di Tanah Air masih tinggi,” ujarnya.
Berdasarkan proyeksi WHO, OECD, IMF, dan Frost Sullivan, persentase belanja kesehatan terhadap GDP Indonesia pada 2021 hanya 3,2 persen atau masih di bawah Malaysia (4,3 persen), Vietnam (6,2 persen), China (5,1 persen), dan Jepang (12,3 persen).
Baca juga : Produksi Alat Kesehatan Dalam Negeri Terhambat
Adapun OneMed memiliki rekam jejak kuat dalam mengembangkan industri alat kesehatan. OneMed memiliki rapor pertumbuhan laba bersih 81,3 persen dari 2019 hingga 2021. Saat ini, portofolio produk perseroan terdiri atas sekitar 3.200 SKU aktif , meliputi 72 merek sendiri per 31 Maret 2022 dan merek pihak ketiga.
Direktur Operasi OneMed Leonard Hartanto mengatakan, sebagai manufaktur terintegrasi dan perusahaan distribusi, perseroan hadir di seluruh rantai nilai dan pasokan peralatan medis.
Dengan belanja kesehatan yang relatif rendah dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Pasifik, potensi pertumbuhan alat-alat kesehatan dan suplai industri di Tanah Air masih tinggi. (Lois Hartanto)
Sampai saat ini, OneMed memiliki satu pusat distribusi nasional yang terletak di Gresik, Jawa Timur; 20 kantor cabang dan fasilitas logistik; dan 11 kantor penjualan yang sebagian besar tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera.
OneMed memiliki jangkauan jaringan distribusi yang luas membentang di 514 kota dan 34 provinsi di Indonesia hingga 31 Maret 2022.
”Ke depan kami bermaksud meningkatkan produksi dan perakitan baik yang sudah ada maupun produk baru dan upgrade manufaktur fasilitas,” ujarnya.
Pencatatan diharapkan dapat dilakukan pada papan utama BEI. Sementara itu, untuk kebijakan dividen, perseroan menetapkan sebesar setidaknya 25 persen dari laba bersih.
Belanja dan modal
Direncanakan, OneMed menggunakan mayoritas dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana saham untuk ekspansi. Secara terperinci, sekitar 72,19 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha perseroan, meliputi capital expenditure atau belanja modal dan modal kerja, 22,87 persen diberikan kepada anak usaha PT Intisumber Hasil Sempurna Global.
Baca juga : Kebutuhan Alat Kesehatan
Selain itu, sebesar 4,94 persen diberikan kepada anak usaha PT Inti Medicom Retailindo dalam bentuk setoran modal untuk belanja modal dan modal kerja untuk memperluas jaringan distribusi dan retail.
Memasuki 2022, OneMed memulai pembangunan pabrik Mojoagung II dan meneken perjanjian pemanfaatan lahan untuk pabrik Batang di Jawa Tengah. Total landbank yang dimiliki saat ini tercatat 16,4 hektar yang tersebar di sejumlah wilayah.
OneMed memiliki enam kategori bisnis untuk melayani berbagai kebutuhan layanan kesehatan Indonesia dengan rekam jejak pertumbuhan CAGR pendapatan yang tinggi pada 2019 hingga Maret 2022.
Adapun lini usaha tersebut adalah peralatan medis sekali pakai dan bahan habis pakai, antiseptik dan dialisis, diagnostik dan peralatan, alat bantu jalan dan perawatan rehabilitasi, bioteknologi dan laboratorium, serta perabotan rumah sakit.
Lini medical disposables and consumables merupakan kategori produk terbesar dengan kontribusi penjualan terbesar. CAGR pertumbuhan pendapatan untuk lini usaha itu sebesar 114,5 persen pada rentang 2019-2021. Terkini atau per 31 Maret 2022, realisasi pendapatan dari bisnis peralatan medis sekali pakai dan bahan habis pakai mencapai Rp 293 miliar.
Baca juga: Terus Dipacu Kehadiran Ekosistem di Industri Alat Kesehatan
Jayamas mampu mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan dalam tiga tahun terakhir. Perseroan membukukan pendapatan Rp 2,22 triliun atau tumbuh 11,63 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya pada 2020 sebesar Rp 1,99 triliun pada 2021. Tahun sebelumnya, OneMed mencetak pertumbuhan 62,46 persen dibandingkan dengan pendapatan yang diraih pada 2019 sebesar Rp 1,22 triliun.
Geliat pertumbuhan kinerja juga tecermin dari perolehan laba bersih. laba OneMed naik tajam pada 2020 dengan tumbuh 203,90 persen menjadi Rp 692,90 miliar, dari Rp 228 miliar pada 2019. Selanjutnya pada 2021, laba perseroan sepanjang tahun tercatat Rp 570,40 miliar.