Terus Dipacu Kehadiran Ekosistem di Industri Alat Kesehatan
Pemerintah perlu membuat regulasi untuk memacu tumbuhkan ekosistem di sektor industri alat kesehatan di dalam negeri.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kian berkembangnya industri alat kesehatan di dalam negeri belum diimbangi munculnya ekosistem untuk menggerakkan ekonomi di sektor ini. Kehadiran ekosistem ini diperlukan sebagai langkah mengintegrasikan industri hulu dan hilir.
Terbentuknya ekosistem di industri alat kesehatan, menurut pendiri PT Jayamas Medica Industri (JMI), Jemmy Hartanto, di Surabaya, Kamis (18/8/2022), semakin mendesak.
”Pemerintah perlu membuat regulasi agar ekosistem hulu hilir di industri alat kesehatan segera muncul. Dengan demikian, kebutuhan dalam negeri akan alat kesehatan bisa terpenuhi, tanpa melulu tergantung dari produk impor,” katanya.
Sebagai salah satu perusahaan produsen alat kesehatan terintegrasi dan terkemuka di Indonesia, JMI atau Onemed, kata Jemmy tri (JMI) atau OneMed, memiliki komitmen besar untuk turut memajukan sektor ekonomi dan kesehatan di negeri ini, terutama di Jawa Timur.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh JMI untuk menunjukkan komitmen tersebut adalah dengan berekspansi membangun fasilitas produksi baru di Provinsi Jatim.
Langkah ini tentu sebagai kontribusi sektor swasta dalam mendorong perekonomian Jatim dalam bentuk penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Seperti diungkap Presiden Direktur PT JMI Herlien Sri Ariani, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) investasi dalam bentuk PMDN di Jatim pada kuartal II/2022 mencapai Rp 18,6 triliun, naik 34,1 persen secara year on year (yoy).
Kami sangat mendukung upaya pemerintah dalam mendorong produk-produk manufaktur lokal melalui kebijakan tingkat komponen dalam negeri demi membangun kemandirian produk farmasi dan alat kesehatan.
Adapun, pada 2022, perusahaan dengan produksi alat kesehatan lebih dari 8.000 item ini siap untuk berekspansi dengan mengembangkan fasilitas di Mojoagung, Wonosalam, Jombang, dan Lamongan.
Sekali pakai
Selain di dua daerah di Jatim tersebut, tahun ini perusahaan dengan 2.000 karyawan tersebut juga akan membangun fasilitas baru di Kawasan Industri Terpadu Batang atau KITB di Jawa Tengah.
Sebagai salah satu perusahaan produsen alat-alat kesehatan habis pakai dengan produk-produk buatan lokal terbanyak di Indonesia, JMI konsisten melakukan ekspansi sejak awal berdiri.
Perusahaan ini pertama berdiri tahun 2000 dengan pabrik pertama di atas areal seluas 2.200 meter persegi di Krian. Ketika beroperasi dengan 50 karyawan, produk perdana kantong urine, alat tes kehamilan, dan produk antiseptik serta disinfektan, termasuk masker.
Dalam perjalanannya, kata Herlien, Jayamas Medica Industri kemudian melakukan perluasan pabrik di Krian, Sidoarjo, pada 2006 hingga menjadi seluas 8.000 meter persegi dengan 500 karyawan dan menambahkan jarum suntik sekali pakai ke dalam portofolio perusahaan.
Selanjutnya, perseroan berhasil mengantongi sertifikasi ISO 13485 untuk Sistem Manajemen Mutu untuk Alat Kesehatan dan menerima sertifikasi Cara Pembuatan dan Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dari Kementerian Kesehatan RI pada 2013.
Berikutnya, Jayamas Medica Industri telah menerima kualifikasi ISO 9001 tentang Sistem Manajemen Mutu sejak 2005 hingga sekarang.
Berbekal dua kendali mutu tersebut, pada 2016, Jemmy mendirikan pabrik kedua di Mojoagung dengan total luas lahan 23.707 meter persegi dan juga mulai mengakumulasi land bank di Lamongan, Jatim, untuk mengantisipasi ekspansi perseroan pada masa mendatang.
Selain itu, menerima sertifikat European Conformity (EC) untuk Alat Kesehatan Jaminan Kualitas Produksi dari TÜV Rheinland untuk jarum suntik sekali pakai dengan jarum dan jarum suntik sekali pakai tanpa jarum.
Diungkapkan sebagai produsen alat-alat kesehatan habis pakai buatan anak bangsa terbanyak di Tanah Air dengan 493 produk asli Indonesia atau 4,87 persen dari total 10.109 alat kesehatan yang terdaftar di Kementerian Kesehatan.
“Kami sangat mendukung upaya pemerintah dalam mendorong produk-produk manufaktur lokal, melalui kebijakan tingkat komponen dalam negeri [TKDN], demi membangun kemandirian produk farmasi dan alat kesehatan,“ ujar Jemmy.
Selama ini memasok berbagai macam alat kesehatan ke 1.700 rumah sakit di Indonesia, dari total sekitar 2.985 RS. Perseroan juga menggandeng 3.475 apotek dan gerai alat kesehatan.
Leonard menambahkan, perseroan juga mengembangkan kolaborasi digital dan kemitraan dengan sejumlah platform startup, ecommerce dan pembayaran, diantaranya Tokopedia, Ovo, Shoppee, Halodoc, Lazada, dan Gopay.