Operator Telekomunikasi Seluler Mulai Naikkan Harga Layanan
Sejak awal tahun 2022 sampai sekarang sudah ada sejumlah operator telekomunikasi seluler melakukan penyesuaian harga layanan. Kenaikan harga tergantung pada variasi produk dan segmen pengguna.
Oleh
MEDIANA
·5 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Teknisi melakukan perawatan rutin pada base transceiver station (BTS) milik salah satu operator telekomunikasi di kawasan Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (3/8/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah operator telekomunikasi seluler melakukan kenaikan harga layanan, termasuk paket data dan kartu perdana nomor layanan seluler. Penyesuaian ini mempertimbangkan pergerakan perekonomian nasional, dinamika pasar, dan keberlanjutan bisnis telekomunikasi seluler.
Group Head Corporate Communication XL Axiata Retno Wulan mengatakan, sejak awal tahun 2022 sampai sekarang, XL Axiata sudah pernah melakukan penyesuaian harga paket layanan telekomunikasi seluler yang di dalamnya mengandung data seluler. Rata-rata kenaikan harga paket bervariasi, tergantung pada pilihan varian paket dan lokasi tinggal pelanggan.
”Kami melakukan kebijakan itu mengikuti dinamika pasar,” ujar Retno saat dihubungi, Rabu (5/10/2022), di Jakarta.
Kenaikan tarif data seluler juga terjadi di Telkomsel. Vice President Corporate Communications Telkomsel Saki Hamsat Bramono, saat dihubungi, hanya mengatakan, penyesuaian skema tarif dilakukan dengan melihat perubahan kebutuhan pelanggan melalui pemanfaatan data insight dari profil rekam jejak penggunaan layanan serta dinamika kebutuhan tiap pelanggan. Cara ini diharapkan bisa senantiasa memberikan pengalaman layanan yang terpersonalisasi. Dia pun tidak menyebutkan contoh/ilustrasinya.
”Kami tetap memastikan pelanggan akan mendapatkan berbagai keunggulan layanan bernilai tambah lainnya yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan pelanggan, seperti skema bundling dengan paket combo untuk layanan voice dan SMS, produk/layanan gaya hidup digital, serta program berbasis retensi dan loyalitas melalui Telkomsel Poin,” kata Saki.
Saki menambahkan, perusahaan telah mempertimbangkan sejumlah faktor. Misalnya, pergerakan ekonomi nasional ataupun global dan keberlanjutan bisnis internal di industri telekomunikasi seluler.
”Terlebih saat ini seluruh industri, termasuk telekomunikasi, sedang memasuki tahap pemulihan setelah masa pandemi Covid-19 yang cukup menantang,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur dan Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison M Danny Buldansyah menyampaikan, kenaikan harga terjadi pada produk kartu perdana nomor layanan telekomunikasi seluler. Dia lantas memberikan ilustrasi. Setelah dinaikkan, maka harga produk kartu perdana nomor layanan telekomunikasi seluler yang paling murah berkisar Rp 15.000 dan Rp 20.000. Sebelumnya, harga produk kartu perdana nomor layanan telekomunikasi seluler yang paling murah adalah Rp 10.000.
”Bertahap sejak April 2022 (kami menaikkan harga jual kartu perdana nomor layanan telekomunikasi seluler),” ujar Danny.
Menurut Danny, kebijakan perusahaan itu dilakukan untuk mengurangi beli-pakai-buang kartu perdana nomor layanan telekomunikasi seluler. Apabila harga paket data dinaikkan, sementara harga jual kartu perdana nomor layanan seluler dibuat tetap, maka ada potensi fenomena beli-pakai-buang kartu akan tetap marak. Di Indosat Ooredoo Hutchison, churn rate atau tingkat pindah layanan mencapai empat persen.
Adapun Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys saat dihubungi secara terpisah mengatakan, beberapa operator telekomunikasi seluler lain sudah lebih dulu menaikkan harga layanan telekomunikasi seluler, termasuk paket data. Akan tetapi, Smartfren memilih masih melihat situasi pasar.
”Kami masih melihat situasi, di samping mempertimbangkan kondisi ataupun pencapaian internal. Penambahan jumlah pelanggan masih ada, lalu penambahan pendapatan terjadi meskipun pertumbuhannya pelan. Kami juga akan mengkaji penerimaan pelanggan terhadap varian produk yang kami punya,” ujar Merza.
Dia menceritakan, Smartfren memiliki berbagai varian produk paket data mulai dari paket data dengan kuota kecil sampai besar. Tiap-tiap varian juga ada yang digabung dengan layanan suara dan aplikasi konten internet.
”Berbagai macam opsi menaikkan harga tersedia. Kami akan mengkaji, di antara varian produk paket data mana yang penerimaan pelanggannya tinggi atau tidak. Jika ada produk yang antusiasme pelanggannya rendah, maka harga produk bersangkutan tidak perlu dinaikkan dulu,” kata Merza.
Menurut Equity Research Analyst di Trimegah Sekuritas, Richardson Raymond, kenaikan harga layanan yang tengah terjadi akan berdampak positif bagi pendapatan perusahaan telekomunikasi seluler. Apalagi, jika penyesuaian harga tetap membuat lalu lintas konsumsi data seluler masih tetap naik.
”Hal itu berguna bagi perusahaan telekomunikasi supaya bisa terus berinvestasi meningkatkan kualitas layanannya kepada konsumen secara jangka panjang,” ujarnya.
Anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Indonesia, Heru Sutadi, berpendapat, adanya kenaikan harga bahan bakar minyak dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan mendongkrak kenaikan di berbagai produk dan layanan, termasuk layanan telekomunikasi dan internet.
Meski demikian, dia mengatakan, penarifan layanan telekomunikasi, termasuk produk data seluler, harus dilaporkan kepada regulator. Setelah Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia dibubarkan, operator telekomunikasi seharusnya melaporkan penarifan itu ke Kementerian Komunikasi dan Informatika. Untuk pemain/operator telekomunikasi seluler yang dominan, tarif layanan harus mendapat persetujuan.
”Tantangan kedua ialah potensi penurunan daya beli. Operator telekomunikasi seluler perlu menghitung cermat apakah kenaikan harga jual layanan telekomunikasi, termasuk paket data, kontraproduktif atau tidak di masyarakat,” kata Heru.
Heru menambahkan, tantangan berikutnya adalah pemerintah (Kementerian Komunikasi dan Informatika) belum pernah menghitung ongkos produksi layanan data seluler di Indonesia. Ini membuat masyarakat tidak mengetahui secara pasti apakah tarif data seluler yang sekarang murah atau justru sudah mahal yang kemudian naik lagi sehingga menjadi supermahal.
Di media sosial, seperti Twitter, terpantau percakapan warganet mengenai harga layanan telekomunikasi seluler berupa paket data yang dianggap semakin mahal. Sebagai contoh, pemilik akun @HaiShortWomen menuliskan cuitan ”Betuuulllll, makin lama makin engap terus ngerasa kok makin lama cepet banget habisnya dengan kuota yg sama, yaudah dah ganti kartu ajaa”. Cuitan ini merespons cuitan pemilik akun @Sullivan yang mengkritik salah satu operator telekomunikasi seluler memakai algoritma untuk personalisasi penawaran jual-beli paket data. Menurut dia, semakin sering memakai internet, semakin dia harus membeli paket data dengan penawaran harga lebih mahal.