Sandiaga Ingatkan UMKM dan Pelaku Ekonomi Kreatif tentang Ancaman Resesi
Menparekraf Sandiaga Uno menyebut UMKM dan ekonomi kreatif tertekan inflasi tahun ini dan ancaman resesi 2023. Perkuatan pembiayaan dan pemasaran dalam negeri bisa menyelamatkan UMKM.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta ekonomi kreatif tertekan inflasi tahun ini dan ancaman resesi 2023. UMKM pun menjadi pilar utama ekonomi nasional menghadapi ancaman resesi. Perkuatan pembiayaan dan pemasaran dalam negeri bisa menyelamatkan UMKM.
”Mudah-mudahan kita bisa menghadapi inflasi tahun ini dan ancaman resesi tahun depan. Garda terdepan menghadapi dua permasalahan ini adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta sektor ekonomi kreatif,” kata Sandiaga, saat bertemu pelaku UMKM, di Medan, Selasa (20/9/2022).
Sandiaga mengatakan, di tengah inflasi dan ancaman resesi, pemerintah menargetkan penciptaan 1,1 juta lapangan pekerjaan hingga 2024. Sebanyak 97 persen di antaranya berada di sektor UMKM dan ekonomi kreatif. Dia menyebut akan berfokus mengembangkan kuliner, kriya, busana, dan pariwisata.
”Semuanya pun harus berfokus mengembangkan pasar dalam negeri karena kita tidak bisa mengharapkan pasar dunia di tengah inflasi dan ancaman resesi yang melanda sejumlah negara,” katanya.
Untuk menggerakkan ekonomi nasional, Sandiaga pun mengajak masyarakat lebih mengutamakan membeli produk yang dihasilkan di dalam negeri. Berwisata pun bisa di dalam negeri agar pariwisata bisa hidup kembali setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Sandiaga menyebut, saat ini UMKM dan pelaku ekonomi kreatif di sejumlah daerah mengeluhkan penurunan omzet. Pelaku usaha pun semakin tertekan karena di saat yang sama biaya produksi meningkat akibat inflasi yang cukup tinggi tahun ini. Hingga Agustus, inflasi nasional secara tahunan sudah mencapai 4,69 persen.
Selain mengembangkan pasar dalam negeri, Sandiaga pun meminta perbankan ikut memperkuat pembiayaan UMKM dan pelaku ekonomi kreatif di dalam negeri. Ia menyebut, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif. ”Ini menjadi harapan bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mendapat pembiayaan,” katanya. Dengan PP tersebut, pelaku usaha ekonomi kreatif, termasuk UMKM, bisa mendapatkan pembiayaan dengan hak kekayaan intelektual sebagai agunan. Saat ini, pemerintah sedang menyosialisasikan kepada perbankan agar aturan ini bisa segera dilaksanakan dengan efektif.
Selain mengembangkan pasar dalam negeri, Sandiaga pun meminta perbankan ikut memperkuat pembiayaan UMKM dan pelaku ekonomi kreatif di dalam negeri. Ia menyebut pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif. ”Ini menjadi harapan bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mendapat pembiayaan,” katanya.
Dengan PP tersebut, pelaku usaha ekonomi kreatif, termasuk UMKM, bisa mendapatkan pembiayaan dengan hak kekayaan intelektual sebagai agunan. Saat ini, pemerintah sedang menyosialisasikan kepada perbankan agar aturan ini bisa segera dilaksanakan dengan efektif.
Mifta Ruljana (40), pelaku usaha rumahan pembuat kue, menyebut sangat terpukul dengan kenaikan harga bahan-bahan, khususnya tepung roti. Ia pun tidak bisa menaikkan harga jual kuenya karena di saat yang sama daya beli masyarakat menurun. ”Omzet sedang turun, kami tidak bisa menaikkan harga jual karena omzet bisa makin anjlok,” ucapnya.
Di tengah tantangan inflasi yang dihadapi pelaku UMKM, kata Mifta, mereka berharap bisa mendapat pinjaman berbunga rendah dari perbankan. Namun, selama ini permohonan pinjaman mereka selalu ditolak bank. ”Usaha rumahan paling sulit mendapat pinjaman dari bank, apalagi kalau tidak ada agunan,” ujarnya.
Direktur Utama Bank Sumut Rahmat Fadillah Pohan mengatakan, mereka sedang menyiapkan program pembiayaan untuk UMKM dengan syarat yang lebih mudah. ”Syarat untuk UMKM akan kami permudah dan tanpa jaminan. Untuk usaha rumahan, syaratnya cukup surat keterangan usaha dari kelurahan,” ungkapnya.
Program pembiayaan itu dibuat agar UMKM bisa bertahan menghadapi inflasi dan ancaman resesi. Mereka pun menyiapkan pinjaman berbunga rendah, yakni sekitar 6 persen per tahun.