Dua Tol Diresmikan, Dongkrak Daya Saing hingga Kurangi Kemacetan
Salah satu fitur teknologi konstruksi di Jalan Tol Cibitung-Cilincing berupa tiang pancang yang seolah melayang dalam jumlah sangat banyak. Jalan tol ini juga mampu menampung volume kendaraan-kendaraan berat.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan Jalan Tol Cibitung-Cilincing dan Serpong-Balaraja seksi 1A. Beroperasinya Jalan Tol Cibitung-Cilincing diharapkan mendongkrak daya saing produk-produk dalam negeri karena jalan tol terhubung langsung dengan kawasan-kawasan industri besar hingga pelabuhan. Adapun Jalan Tol Serpong-Balaraja diharapkan bisa mengurangi kemacetan di DKI Jakarta.
”Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pada pagi hari ini saya resmikan Jalan Tol Cibitung-Cilincing dan Jalan Tol Serpong-Balaraja sesi 1 yang segera bisa kita operasionalkan,” ujar Presiden Jokowi ketika meresmikan kedua jalan tol di Gerbang Tol Gabus, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/9/2022).
Turut hadir mendampingi Presiden Jokowi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar, dan Direktur Utama PT Pelindo Arif Suhartono.
Kehadiran Jalan Tol Cibitung-Cilincing diharapkan mempercepat mobilitas barang, terutama barang-barang yang berasal dari kawasan-kawasan industri di Bekasi bagian utara dan kawasan-kawasan logistik di Karawang dan Bekasi menuju pelabuhan yang ada di Jakarta wilayah utara.
”Kecepatan inilah yang nanti akan mempermudah mobilitas barang dan tentu saja dengan kecepatan itu akan memperkuat daya saing produk-produk Indonesia yang akan diekspor,” tambah Presiden.
Jalan Tol Cibitung-Cilincing merupakan bagian dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) II. JORR II ini ditargetkan akan rampung 100 persen akhir 2023.
Tol Cibitung-Cilincing sepanjang 27,2 kilometer ini nantinya bisa mempercepat mobilitas barang dari kawasan-kawasan industri di Bekasi bagian utara dan dari kawasan-kawasan logistik yang ada di Karawang.
”Ini akan sangat memengaruhi daya saing karena kawasan industri yang ada di Karawang, kawasan industri yang ada di Bekasi, kemudian kawasan logistik yang ada di Karawang, yang ada di Bekasi ini akan diberi fasilitas kecepatan untuk menuju ke Tanjung Priok atau dari Tanjung Priok menuju ke kawasan-kawasan industri dan kawasan logistik tadi, goal-nya ke sana,” ujar Presiden Jokowi dalam keterangan pers usai peresmian.
Presiden menambahkan, kepemilikan Jalan Tol Cibitung-Cilincing telah diambil alih dari Waskita Karya ke PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). ”Pelindo memiliki pelabuhan dan memiliki fasilitas untuk memberikan pelayanan agar kecepatan itu terjadi, kemudahan itu terjadi,” kata Presiden Jokowi.
Jalan Tol Cibitung-Cilincing dibangun dan dioperasikan PT Cibitung Tanjung Priok Tollways (PT CTP) yang dimiliki PT Akses Pelabuhan Indonesia dan PT Menara Maritim Indonesia. Kedua perusahaan tersebut merupakan anak usaha PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) yang merupakan salah satu subholding PT Pelindo di bidang logistik dan hinterland development.
Keterlibatan langsung PT Pelindo yang juga mengelola Pelabuhan Tanjung Priok tersebut, Kepala Negara berharap, akan meningkatkan pelayanan terhadap angkutan barang dari dan menuju pelabuhan. Khususnya, jalan tol ini diharapkan memberikan pelayanan terhadap truk-truk kontainer barang-barang yang akan diekspor maupun barang-barang impor yang akan menuju ke kawasan industri atau ke kawasan logistik.
Seiring kemudahan akses menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Presiden Jokowi juga menyebut Jalan Tol Akses Pelabuhan Patimban juga ditargetkan selesai pada 2024. Menurut Presiden, kehadiran jalan tol akses ke Pelabuhan Patimban bisa mendongkrak kompetisi antara Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Patimban.
”Itu yang menyebabkan layanan akan jauh lebih baik, kalau nggak ada kompetisi, dimonopoli waduh biasanya larinya ke pelayanan yang seenaknya,” kata Presiden Jokowi.
Sementara Jalan Tol Serpong-Balaraja seksi IA sepanjang 5,1 kilometer merupakan bagian dari JORR III. ”Ini awal sehingga nanti JORR II, JORR III selesai dari barat ke timur dari timur ke barat tidak usah melalui tengah Jakarta. Ini yang akan mengurangi kemacetan yang ada di DKI Jakarta,” ucap Presiden Jokowi.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit menyampaikan, ruas Serpong-Balaraja menghubungkan JORR III dengan pusat kota kawasan Bumi Serpong Damai (BSD). Kehadiran tol tersebut diharapkan menjadi alternatif akses bagi masyarakat menuju BSD hingga nantinya menyatu ke Balaraja.
”Harapannya adalah bisa memberikan solusi bagi masyarakat yang akan menuju kawasan pengembangan besar di Bumi Serpong Damai dan selanjutnya akan menyatu hingga Balaraja. Dengan demikian, alternatif masyarakat untuk menjangkau wilayah Jabodetabek bagian selatan barat itu bisa terjangkau dengan baik,” ujar Danang.
Ia menambahkan, Jalan Tol Cibitung-Cilincing merupakan ruas yang penting karena mengakomodasi kawasan-kawasan industri yang ada di wilayah Jabodetabek bagian barat. ”Seperti diketahui, hampir semua kawasan industri, 60 persen, 70 persen, itu berada di kawasan sebelah timur dari Jakarta. Dan, ruas ini akan menghubungkan antara Cibitung-Cilincing dan selanjutnya harapan kita bisa mengoneksikan antara kawasan-kawasan industri ini langsung ke pelabuhan Tanjung Priok,” tambahnya.
Menurut Danang, salah satu keunikan Jalan Tol Cibitung-Cilincing adalah keberadaan transit hub yang merupakan modifikasi pengembangan dari konsep rest area logistik. Rest area seluas 40 hektar ini akan menjadi consolidation center atau tempat konsolidasi dari kontainer yang akan masuk ke Tanjung Priok.
”Ciri khas ini yang yang menjadikan ruas Cibitung-Cilincing ini menjadi ruas yang penting dari keseluruhan ruas Jakarta Outer Ring Road II,” ujarnya.
Salah satu fitur teknologi konstruksi di Jalan Tol Cibitung-Cilincing berupa tiang pancang yang sangat banyak. Keberadaan tiang pancang yang seolah melayang ini karena kondisi tanahnya yang rawa-rawa. Sebagai kawasan logistik, salah satu yang menjadi fitur penting jalan tol ini adalah kemampuannya untuk menampung volume kendaraan-kendaraan berat.
”Perkiraan kita kalau secara nasional, volume kendaraan berat golongan 2-5 itu antara 10-15 persen kemungkinan besar di ruas ini bisa sampai ke 30 persen sehingga bisa mengangkut kontainer besar dengan muatan sumbu terberat 8-10 ton per gandarnya,” kata Danang.