Bus Listrik Bakal Meriahkan Pameran Busworld Southeast Asia 2022
Setelah tertunda dua tahun, Pameran Busworld Southeast Asia 2022 siap kembali digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, 5-7 Oktober 2022. Bus litstrik bakal menjadi daya tarik tersendiri.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah tertunda selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, Pameran Busworld Southeast Asia 2022 siap kembali digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, 5-7 Oktober 2022. Kehadiran bus listrik bakal ikut menjadi daya tarik tersendiri mengingat pemerintah semakin gencar mempercepat pengadaan kendaraan listrik, baik dalam bentuk baru maupun konversi.
Pameran bus skala internasional pertama digelar di Jakarta pada 2019. Namun, begitu pandemi Covid-19 melanda, penyelenggaraan pameran ini sempat tertunda selama dua tahun. Bahkan, untuk tahun ini pun, pameran ini sebetulnya dijadwalkan digelar pada Maret 2022. Sekali lagi, pandemi Covid-19 menyebabkan pameran ini sempat ditunda beberapa bulan.
Ketua Umum DPP Asosiasi Karoseri Indonesia (Askrindo) Sommy Lumadjeng mengatakan, pascapandemi, semua orang lebih bersikap mencermati perkembangan masing-masing bisnisnya. Ternyata, bisnis kendaraan komersial justru terlihat bangkit seiring pemulihan ekonomi nasional.
”Pembangunan jalan tol yang mulai semakin banyak beroperasi memberikan dampak positif bagi angkutan darat. Imbasnya, banyak pengusaha angkutan darat bersemangat kembali membeli karoseri, transporter tumbuh dengan sehat,” kata Sommy.
Data Gaikindo menunjukkan, penjualan bus selama Januari-Juli 2022 mencapai 1.188 unit. Jumlah ini naik signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 yang mencapai 597 unit.
Menurut dia, di tengah maraknya konsumen memilih pesawat terbang, pengusaha bus tergerak untuk melakukan berbagai inovasi. Bus semakin banyak menampilkan fasilitas yang nyaman untuk perjalanan jauh.
Bahkan, lanjut Sommy, agen pemegang merek kendaraan komersial pun terkesan kewalahan dalam penyediaan kendaraan. Artinya, pasar mulai berkembang baik. Namun, situasi pasarnya belum kembali ke kondisi sebelum pandemi Covid-19.
Direktur GEM Indonesia Baki Lee mengatakan, pameran ini merupakan momentum bagi para produsen bus Tanah Air untuk menampilkan produk andalan terbarunya. Sebab, Busworld ini memiliki sekitar 35.000 pengikut yang khusus berkecimpung di bidang angkutan penumpang.
Prihatin
Peneliti Senior Institute for Transformation Studies (Intrans) Felix Iriantomo menuturkan, penggunaan angkutan umum darat terjadi persaingan dengan angkutan berbasis aplikasi. Untuk mendongkrak kembali minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum, kunci utamanya adalah pembenahan armada.
Di Jakarta, misalnya, pembenahan terus dilakukan terhadap bus Transjakarta ataupun angkutan Jaklingko semakin terintegrasi baik. Salah satu konsern yang tak kalah penting adalah kendaraan yang berkeselamatan.
”Akhir-akhir ini banyak terjadi kecelakaan yang melibatkan bus. Memang, belum tentu busnya yang salah. Sebab, ketika sudah berada dalam mobilitas di perjalanan, ada kendaraan, pengemudi, kondisi lingkungan, dan infrastrukturnya. Di sinilah, perusahaan karoseri ditantang tanggung jawabnya, bukan sekadar memproduksi bus, tetapi juga menghasilkan produk yang bisa melindungi pengemudi ataupun penumpangnya,” ujar Felix.
Melalui Busworld, lanjut Felix, teknologi-teknologi baru diharapkan dapat diperkenalkan sehingga masyarakat dapat melihat sendiri kemajuan teknologi produksi bus yang mengutamakan perlindungan keselamatan.
Gonggomtua E Sitanggang, Transport Manager Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia, menuturkan, ketika penggunaan bus meningkat, hal itu juga akan meningkatkan pembelian bus, karoseri, hingga akhirnya menumbuhkan perekonomian.
Karena itu, lanjut Gonggomtua, selain edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan transportasi umum, elektrifikasi kendaraan umum sebagai upaya mendukung target pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca.
”Kita tahu, transportasi bus memiliki emisi yang paling tinggi di sektor transportasi darat. Elektrifikasi itu penting dan menjadi fokus pemerintah saat ini,” ujar Gonggomtua.
Andreas, perwakilan pengurus Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), mengatakan, sejauh ini bus listrik belum menjadi pilihan untuk bus wisata ataupun bus antarkota antarprovinsi (AKAP). Sebab, selain mempertimbangkan masih minimnya infrastruktur penambahan daya listrik kendaraan yang disediakan pemerintah, investasi untuk pembelian bus listrik masih dinilai mahal dibandingkan dengan bus konvensional.