Membangun Ekosistem Pariwisata di Tanjung Kelayang
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang kini didorong untuk mendongkrak pariwisata nasional. Salah satunya melalui pengembangan sarana hunian pariwisata berbasis masyarakat lokal.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
Upaya komunitas-komunitas lokal di Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk menjaga warisan geologi dan bentang alam telah berbuah menempatkan Belitung sebagai UNESCO Global Geoparks periode 2021-2025. Upaya mempertahankan Belitung sebagai situs geopark dunia tentu membutuhkan komitmen industri pariwisata untuk menjaga daya dukung lingkungannya agar tidak kembali pada pola-pola ekonomi eksploitatif.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang di Belitung yang menggarap bisnis pariwisata berbasis keberlanjutan lingkungan telah dipilih sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan pertemuan tingkat menteri pembangunan negara-negara anggota G20.
Sejalan dengan itu, pemerintah mengembangkan sarana hunian pariwisata berbasis hunian lokal di KEK Tanjung Kelayang guna mendorong pariwisata nasional.
Upaya mempertahankan Belitung sebagai situs geopark dunia tentu membutuhkan komitmen industri pariwisata untuk menjaga daya dukung lingkungannya agar tidak kembali pada pola-pola ekonomi eksploitatif.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun 20 sarana hunian pariwisata (homestay) serta membuat program peningkatan kualitas untuk 70 rumah warga di KEK Tanjung Kelayang dengan total anggaran Rp 4,5 miliar. Desain bangunan-bangunan tersebut menonjolkan unsur lokal.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, renovasi rumah warga menjadi sarana hunian pariwisata (sarhunta) bertujuan meningkatkan kualitas rumah warga sekitar kawasan pariwisata menjadi layak huni. Dengan kata lain, juga demi mendorong pariwisata.
”Renovasi tersebut juga sekaligus dapat dimanfaatkan untuk usaha pondok wisata dan usaha pariwisata lain sehingga dapat mendorong perekonomian masyarakat setempat,” kata Basuki dalam keterangan pers, akhir pekan lalu.
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto menjelaskan, pembangunan sarana hunian pariwisata sangat dibutuhkan warga lokal guna mendukung perekonomian masyarakat setelah Belitung dijadikan sebagai KEK. Sarhunta di Tanjung Kelayang dinilai memiliki fasilitas lengkap serta menonjolkan unsur lokal dalam desain bangunan, di antaranya ciri khas ornamen payung yang disebut ”payung lilin Belitung”.
”Adanya penyelenggaraan kegiatan G20 Belitung menjadikan sarhunta sebagai alternatif penginapan bagi para undangan ataupun wisatawan mancanegara,” katanya.
Iwan menambahkan, sarhunta di KEK Tanjung Kelayang juga akan dipromosikan melalui kerja sama dengan mitra travel perjalanan. Dengan demikian, diharapkan pariwisata Indonesia di kawasan itu bisa makin berkembang.
Sarhunta di Tanjung Kelayang dinilai memiliki fasilitas lengkap serta menonjolkan unsur lokal dalam desain bangunan, di antaranya ciri khas ornamen payung yang disebut ”payung lilin Belitung ”.
Mengutip Indonesia.go.id, Geopark Belitung ditetapkan sebagai UNESCO Global Geoparks dalam Sidang Ke-211 Dewan Eksekutif UNESCO secara virtual dan dipimpin dari Paris pada 15 April 2021. Pulau Belitung yang memiliki 17 geosite meraih skor tertinggi, yakni 850 dari 1.000.
Penilaian itu, antara lain, didasarkan pada keragaman hayati dan keterlibatan komunitas masyarakat dalam mengelola dan menjaga keanekaragaman hayati. Di antaranya, melalui pemanfaatan tanaman herbal, rehabilitasi pascatambang di daerah-daerah penambangan timah, serta usaha di sektor pariwisata.
Kendala transportasi
Secara terpisah, Direktur KEK Tanjung Kelayang Daniel Alexander mengemukakan, Belitung memiliki tiga keunggulan utama, yakni geodiversity, biodiversity, dan kearifan lokal dalam menjaga lingkungan (cultural diversity). Keberagaman hayati tersebut termasuk lanskap, bebatuan, mineral, serta proses geologis dan tektonik di Belitung.
Ia menambahkan, pembentukan KEK Tanjung Kelayang yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016 bertujuan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dengan mendatangkan devisa. Dengan demikian, fokus KEK sektor pariwisata seluas 324,4 hektar itu adalah mendatangkan wisatawan mancanegara.
Kendala yang muncul, rute penerbangan internasional ke Belitung, yakni dari Singapura dan Kuala Lumpur, terhenti sejak pandemi Covid-19.
Rangkaian kegiatan internasional sejak awal tahun 2022, seperti G20, Cross Business Forum atau pengembangan pariwisata berbasis kapal pesiar, World Clean Up Day, dan Belitong Beach Run 2022, sebenarnya dinilai dapat mengangkat kembali ekosistem kepariwisataan di Belitung. Namun, upaya tersebut perlu ditunjang dengan penerbangan langsung internasional.
”Kami sangat memerlukan Belitung kembali memiliki penerbangan langsung internasional. Rangkaian kegiatan internasional yang akan berlangsung di Belitung hingga Desember 2022 diharapkan bisa kembali membuka penerbangan langsung internasional,” kata Daniel.
Kendala yang muncul, rute penerbangan internasional ke Belitung, yakni dari Singapura dan Kuala Lumpur, terhenti sejak pandemi Covid-19.
Ridwan, petugas kebersihan sukarela di Pantai Laskar Pelangi, turut merasakan, bantuan sarhunta dapat menambah penghasilan masyarakat setempat. Sarhunta di Tanjung Kalayang disewakan bagi wisatawan mulai Rp 150.000 untuk fasilitas kipas angin dan Rp 250.000 untuk fasilitas AC.
”Harga itu sudah termasuk sarapan dengan menu lokal. Fasilitas yang ada pun tidak kalah dengan yang ada di hotel, yakni tempat tidur, kursi, kasur, lemari, handuk, peralatan mandi, serta kamar mandi dalam,” ujar Ridwan.
Seluruh lapisan masyarakat Belitung memang perlu merasakan manfaat dari upaya mendorong ekosistem pariwisata kawasan ini.