Desa Sejahtera Astra Makassar Mengekspor Produk Unggulan
Melalui pendampingan dan pelatihan di program Desa Sejahtera Astra, para petani dan nelayan di Sulawesi Selatan bisa mengekspor produk unggulan ke sejumlah negara.
Oleh
MARIA SUSY BERINDRA
·3 menit baca
Hasil produk unggulan gabungan beberapa desa di Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana dan Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, senilai Rp 6,5 miliar diekspor untuk pertama kalinya ke sejumlah negara, yaitu Amerika, China, India, dan Pakistan. Gabungan desa dari Kabupaten Wakatobi yang masuk dalam program Desa Sejahtera Astra (DSA) mengekspor produk perikanan dan rumput laut. Adapun DSA dari Bombana mengekspor minyak nilam.
Pengiriman ekspor perdana ditandai dengan kegiatan Seremoni Ekspor Produk Desa 2022 di Makassar, Jumat (12/8/2022). Rangkaian kegiatan ini merupakan bagian dari Festival Kewirausahaan Astra 2022 dengan tema ”Building Resilience Through SMEs & Local Village Product of Indonesia”. Acara dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Chief of Corporate Affairs Astra Riza Deliansyah, dan Chief of Corporate Human Capital Development Astra Aloysius Budi Santoso. Selain itu, hadir pula para pejabat dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kementerian Desa Tertinggal, serta Kementerian Perdagangan.
Dalam kegiatan itu, DSA Wakatobi mengekspor 27 ton rumput laut senilai Rp 450 juta dengan tujuan negara China dan produk perikanan sebanyak 14 ton senilai Rp 1,4 miliar untuk dikirim ke Amerika. Selain itu, produk minyak nilam dari DSA Bombana dan DSA Bone sebanyak 12 ton senilai Rp 4,7 miliar juga dikirim dengan tujuan pasar ekspor di India dan Pakistan.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan M Ilyas mengungkapkan, hingga Juli 2022, nilai ekspor produk perikanan dari Sulsel mencapai 105.000 ton dengan nilai 276,2 juta dollar AS. ”Dengan nilai ekspor yang cukup besar, kami berupaya untuk melakukan sustainability fishery sehingga ekspor perikanan tidak hanya untuk dua tahun, tetapi harus bisa diteruskan,” katanya.
Ilyas menambahkan, indikasi jumlah ikan yang berkurang dalam jumlah besar karena adanya penangkapan ikan berlebihan. ”Kita tidak boleh melihat ikan dari kuantitasnya saja karena eksploitasi membuat ikan cepat habis. Kegiatan budidaya serta pelatihan untuk para nelayan harus terus dilakukan,” ujarnya.
Kesejahteraan masyarakat
Hingga kini, Astra telah mengembangkan 930 DSA yang tersebar di 34 provinsi dengan fokus program pada peningkatan ekonomi masyarakat. Ada empat jenis produk yang dikembangkan di berbagai DSA, yaitu pertanian, kopi, gugus kriya serta wisata dan budaya. Beberapa kegiatan yang dilakukan Astra seperti pelatihan, pendampingan, penguatan kelembagaan, bantuan prasarana serta memfasilitasi modal usaha.
Chief of Corporate Affairs Astra Riza Deliansyah mengatakan, program DSA mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, salah satunya membuka lapangan kerja bagi 19.190 orang serta peningkatan pendapatan masyarakat hingga lebih dari 80 persen. Selain itu, dukungan untuk ekspor 94 jenis produk unggulan dari 232 desa dengan total nilai transaksi sebesar Rp 22,57 miliar sejak akhir tahun 2019 hingga Juli 2022.
”Sebenarnya, program DSA bisa membuat mereka naik kelas. Salah satu indikatornya peningkatan pendapatan serta jumlah masyarakat yang terlibat. Bagi kami, sebenarnya tidak ada untung secara langsung, tetapi memberikan peningkatan pendapatan bagi mereka adalah suatu kebahagiaan bagi kami,” katanya.
Hal itu juga diakui Syamsuriadi, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Bone, yang mendampingi petani nilam di Bombana dan Bone. ”Sebelum didampingi, para petani hanya menjual tanaman nilam tanpa diolah menjadi minyak asiri sehingga nilai jualnya rendah. Sebelumnya, pendapatan petani Rp 1,5 juta per bulan, kini penghasilan mencapai Rp 3 juta per bulan,” katanya.
Setelah mendapat pendampingan, tanaman nilam yang diolah menjadi minyak asiri bisa dijual dengan harga sekitar Rp 500.000. Syamsuriadi juga mendampingi para petani nilam dengan mengajari pertanian organik. ”Dengan pupuk organik, tanaman nilam bisa berumur lebih panjang, bisa dipanen setahun tiga kali. Beda dengan memakai pupuk kimia yang bisa membuat tanaman nilam cepat rusak,” ujarnya.