Disiapkan Regulasi Peningkatan 700.000 Hektar untuk Swasembada Gula
Produksi gula dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan. Diperlukan langkah untuk mencapai swasembada gula.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Badan Pangan Nasional tengah mempersiapkan regulasi terkait upaya peningkatan luas area 700.000 hektar guna mendukung swasembada gula. Sebelumnya saat memimpin rapat terbatas tentang perbaikan tatanan kebijakan gula nasional pada 20 Juli di Istana Negara, Presiden Joko Widodo mendorong jajarannya mempersiapkan pemenuhan gula dengan baik.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, kebutuhan total gula nasional saat ini 7,3 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, lebih dari 4 juta ton masih dipasok dari luar negeri. Adapun kebutuhan gula konsumsi 3,2 juta ton setahun baru terpenuhi 2,2 juta ton dari produksi negeri sendiri.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa, Kamis (4/8/2022), mengatakan, dalam regulasi yang tengah dipersiapkan terdapat rencana yang jelas soal langkah apa saja yang akan dilakukan setiap tahunnya.
”Arahannya pasti akan ada swasembada gula. Langkahnya, dari sisi regulasi akan kami siapkan. Dipimpin Kementerian Perekonomian sehingga regulasi ini mengarah pada upaya peningkatan areal, otomatis peningkatan swasembada,” ujarnya.
Ketut mengatakan hal itu saat menghadiri rapat pleno Asosiasi Gula Indonesia (AGI) di Pabrik Gula Kebon Agung, Malang, Jawa Timur. Setelah itu, dia berkeliling melihat operasional pabrik yang memulai giling sejak 1908 itu.
Dengan luasan lahan yang sama, hasilnya lebih baik dari sebelumnya. Ini untuk antisipasi kekurangan perluasan lahan. (Didid Taurisianto)
Menurut Ketut, pihaknya akan berkolaborasi dengan seluruh pabrik gula (PG) untuk mewujudkan rencana tersebut. Mengenai lokasinya, sejauh ini pihaknya belum bisa memastikan. Yang jelas upaya itu tidak akan mengonversi lahan yang lain.
”Nanti dicari dari seluruh Indonesia. Pasti teman-teman pelaku usaha (PG) tahu yang cocok di lokasi mana pengembangannya nanti,” katanya.
Direktur Utama PG Kebon Agung Didid Taurisianto mengatakan, meski cukup sulit akibat kondisi geografis Malang, pihaknya tetap berkomitmen melakukan perluasan lahan.
Selain pembaruan mesin agar lebih efisien, PG Kebon Agung juga mengambil langkah meningkatkan produksi tebu dengan memunculkan varietas baru.
”Dengan luasan lahan yang sama, hasilnya lebih baik dari sebelumnya. Ini untuk antisipasi kekurangan perluasan lahan,” katanya.
Dengan kapasitas giling 12.500 ton tebu per hari, PG Kebon Agung biasa menggiling 24.000 hektar tebu dengan hasil 196.000-200.000 ton gula per tahun. Dengan angka itu, PG Kebon Agung telah berkontribusi terhadap 8-10 persen guna nasional.
Diakui Didik, ada penurunan produksi akibat cuaca kemarau basah dan masalah lain. Pada tahun 2022, PG Kebon Agung ditargetkan menggiling 1,9 juta ton tebu dan cabangnya, PG Trangkil di Pati, Jawa Tengah, menggiling 1 juta ton dengan total gula yang dihasilkan 196.000 ton.
”Mudah-mudahan musimnya bisa agak panas lagi. Kalau lebih panas, hasilnya bisa lebih banyak. Kami pernah mencapai 210.000 ton gula pada 2019. Kalau hujan terus, tebunya bisa banyak tetapi gulanya sedikit,” ujarnya.
Sementara itu, di Jakarta, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, melalui keterangan tertulis, mengatakan, peran asosiasi dalam tata kelola gula nasional penting. Ia berpesan agar asosiasi bisa ikut mendorong kolaborasi antara pabrik gula BUMN dan swasta.
”Saat ini adalah eranya kolaborasi bukan persaingan yang dampaknya kerap mematikan salah satu pihak. Kolaborasi antara PG BUMN dan swasta sangat penting, apalagi di tengah keterbatasan bahan baku tebu yang masih terjadi. Sudah saatnya kita semua hand in hand saling bersinergi,” ujarnya.
Instrumen regulasi
Ia menambahkan, PG BUMN dan swasta dapat saling berkolaborasi khususnya dalam mendorong perluasan lahan tebu baru sekaligus menumbuhkan minat masyarakat menanam tebu. Badan Pangan Nasional siap mendukung instrumen regulasi yang dibutuhkan sehingga bisa sama-sama menyelamatkan dan memperkuat industri gula nasional.
Berdasarkan data AGI, di Jatim saat ini terdapat 30 pabrik gula yang beroperasi dengan kapasitas total 143.350 ton per hari. Dari jumlah tersebut, tujuh PG milik PT Perkebunan Nusantara, empat PG milik Id Food, dan empat PG swasta. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak di antara provinsi lainnya.
Arief menambahkan, pihaknya juga mendukung sinergi penguatan industri gula yang digagas oleh Kementerian BUMN melalui program Makmur. Untuk wilayah Jawa Timur sendiri telah dilakukan panen dan tanam tebu program Petani Makmur di lahan percontohan pada 28 Juli 2020 di Malang.
Program percontohan sinergi holding pangan Id Food bersama Pupuk Indonesia Holding Company berhasil memproduksi tebu 160-165 ton per hektar.
Program Makmur untuk komoditas tebu di Jatim menghasilkan 286.338 ton pada musim tanam 2021-2022. Adapun musim tanam 2022-2023 dilakukan perluasan tanam 5.700 hektar dengan jumlah petani tebu 1.140 orang yang dikelola anggota holding Id Food.