Sri Rejeki Siapkan Dana Internal untuk Bayar Utang
Emiten PT Sri Rejeki Isman Tbk menyiapkan dana dari kas internal untuk membayar kewajiban-kewajiban terkait restrukturisasi utang. Hingga Maret 2022, total utang produsen tekstil itu mencapai 1,62 miliar dollar AS.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produsen tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk sedang menyelesaikan proses restrukturisasi utang. Sebelumnya, Sri Rejeki telah mendapatkan persetujuan homologasi dengan kreditor. Salah satu langkahnya adalah menyelesaikan restrukturisasi utang dengan menggunakan dana internal.
Homologasi merupakan rencana perdamaian yang telah disetujui antara perusahaan dan kreditor dalam kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang oleh Pengadilan Niaga. ”Terkait restrukturisasi, sudah dipersiapkan dari kas internal untuk membayar kewajiban-kewajiban sesuai dengan skema restrukturisasi,” kata Corporate Secretary PT Sri Rejeki Isman Tbk Welly Salam dalam paparan publik, Kamis (21/7/2022).
Hingga Maret 2022, total utang Sri Rejeki tercatat mencapai 1,62 miliar dollar AS. Welly menjelaskan, ada beberapa kategori utang berbunga yang dialihkan menjadi utang jangka panjang, di antaranya utang bank jangka pendek senilai 609 juta dollar AS berjangka 1 tahun. Utang ini dipecah menjadi tiga, yaitu sebesar 169 juta dollar AS menjadi berjangka 5 tahun, 215 juta dollar AS menjadi 9 tahun, dan 225 juta dollar AS diperpanjang menjadi 12 tahun.
Selain itu, ada utang sewa sebesar 39 juta dollar AS yang diperpanjang menjadi 5 tahun, sementara utang sebesar 12 juta dollar AS menjadi 9 tahun. Utang jangka pendek lainnya seperti utang bank sebesar 25 juta dollar AS diperpanjang menjadi 5-12 tahun. Sementara utang obligasi senilai 364 juta dollar AS juga diperpanjang 5 hingga 12 tahun.
Saham Sri Rejeki sudah disuspensi otoritas bursa sejak 18 Mei 2021. Menurut aturan Bursa Efek Indonesia (BEI), saham yang disuspensi hingga dua tahun terancam dihapuskan dari pencatatan bursa atau delisting. Jadi, masa suspensi Sri Rejeki tinggal satu tahun lagi.
Hal ini mengkhawatirkan investor, antara lain Dana Pensiun PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Dalam paparan publik, perwakilan dari Dana Pensiun PT Telkom menanyakan kemungkinan Sri Rejeki delisting dari bursa.
Welly Salam mengatakan, Sri Rejeki sudah berkomunikasi dengan Bursa Efek Indonesia terkait pembukaan suspensi saham Sri Rejeki. Saat ini Sri Rejeki sedang menunggu salinan keputusan pencabutan kasasi dari kreditor, yaitu QNB dan Citibank, dari Mahkamah Agung. Surat resmi tersebut akan menjadi dasar bagi Sri Rejeki untuk memberikan keterbukaan informasi kepada para investor melalui BEI, kreditor, termasuk kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
”Kami berharap salinan keputusan penolakan kasasi MA tersebut datang lebih cepat, tidak sampai Mei 2023. Kami berharap mendapatkan salinan pada bulan ini. Tentu suspensi diharapkan tidak akan berlanjut sampai delisting,” ujar Welly.
Sementara itu, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, produsen roti bermerek Sariroti, mengumumkan akan membeli balik sahamnya (buyback). Beli balik saham ini akan dilakukan mulai Kamis (21/7/2022) hingga 20 Oktober 2022.
Nippon telah menyiapkan dana maksimal sebesar Rp 214,21 miliar untuk membeli sebanyaknya 125.007.599 saham. Harga pembelian dibatasi maksimal Rp 1.700 per saham. ”Pembelian kembali saham dapat menstabilkan harga pada kondisi pasar yang sedang fluktuatif,” demikian keterangan dari manajemen Nippon kepada BEI.