Belanja Iklan ke Televisi dan Media Digital Mendominasi
Belanja iklan ke televisi dan media digital dianggap sebagai penggerak belanja iklan secara nasional. Meski demikian, porsi belanja iklan ke televisi masih lebih besar.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat kepemirsaan siaran televisi terestrial diyakini masih tinggi, terutama di kota atau kabupaten kecil. Ini memengaruhi alokasi belanja iklan ke media televisi terestrial yang sampai sekarang masih lebih besar dibandingkan dengan jenis media lainnya.
”Per triwulan I-2022, porsi belanja iklan ke televisi di Indonesia masih berkisar 80 persen. Porsi belanja iklan ke media digital berada di urutan kedua, yaitu berkisar 15-16 persen,” ujar Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katherina di sela-sela konferensi pers pengukuran kepemirsaan televisi, Kamis (21/7/2022), di Jakarta.
Belanja iklan ke televisi dan media digital merupakan penggerak kenaikan total belanja iklan nasional pada triwulan I-2022. Pada periode ini, lanjut Hellen, temuan riset Nielsen menunjukkan total belanja iklan nasional di semua jenis media naik 11 persen. Penelitian yang dilakukan Nielsen ini hanya fokus ke harga kotor pemasangan iklan alias belum termasuk diskon.
Ada empat kategori pengiklan yang memiliki alokasi belanja iklan besar pada saat triwulan I-2022. Mereka adalah jasa daring, diikuti perawatan wajah, perawatan rambut, dan makanan ringan biskuit/camilan.
Alokasi belanja iklan dari jasa daring naik 76 persen, kemudian perawatan wajah naik 9 persen, perawatan rambut 11 persen, dan makanan ringan biskuit/camilan 11 persen. Keempatnya, sesuai riset Nielsen, mengambil porsi 33 persen terhadap total belanja iklan.
Di Indonesia, Hellen melanjutkan, Nielsen memperluas pengukuran kepemirsaan televisi, baik analog terestrial maupun digital terestrial, ke kota-kota kecil. Dari hasil perluasan, sejauh ini Nielsen mengklaim telah menambahkan jumlah pemirsa yang diukur dari 58,9 juta penonton menjadi 96 juta penonton. Total panel yang dipasang ke perangkat televisi warga telah mengalami kenaikan, tidak lagi hanya 3.058 panel.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Nielsen sepanjang Juni 2022, rating televisi naik 7 persen, jangkauan naik 3,5 persen, dan durasi menonton yang lebih lama 3,5 persen jika dibandingkan dengan pengukuran 11 kota yang biasa Nielsen lakukan.
”Penambahan penonton siaran televisi terjadi semua paruh waktu. Ini karena kami memperluas jangkauan riset. Karena kami menyasar ke kota-kota kecil, kami juga menemukan latar belakang pemirsa di lokasi itu lebih beragam dibandingkan di 11 kota. Misalnya, proporsi penonton dewasa lebih banyak,” kata Hellen.
Managing Partner Inventure Yuswohady saat dihubungi secara terpisah berpendapat, siaran televisi terestrial masih menjadi medium distribusi informasi dan hiburan yang paling efisien menjangkau masyarakat. Sebab, Indonesia merupakan negara kepulauan. Infrastruktur jaringan internet pun belum merata sampai ke pelosok.
”Tidak heran jika pelaku industri masih mengandalkan televisi terestrial sebagai medium pemasangan iklan. Apalagi, kini, tren perilaku masyarakat menjurus kepada multisaluran. Orang bisa menghidupkan siaran televisi terestrial, tetapi pada saat bersamaan mengakses konten di internet,” ucap Yuswohady.
Selama 5-10 tahun terakhir, perusahaan rintisan bidang teknologi digital masuk ke dalam daftar pengiklan yang punya anggaran belanja iklan yang besar ke semua bentuk media, termasuk televisi terestrial. Dia menilai hal itu bukan fenomena yang mengejutkan.
Perusahaan-perusahaan rintisan bidang teknologi digital, terutama berlatar belakang sektor e-dagang, melakukan ”bakar uang” investor atau aktivitas pemasaran yang dilakukan dengan memberi diskon, cashback, dan penawaran lain secara besar-besaran agar pengguna tetap menggunakan layanan mereka.
Mereka memanfaatkan televisi terestrial untuk mengiklankan program pemasaran mereka itu, menurut dia, karena televisi terestrial memiliki daya jangkau pemirsa lebih luas. Di kota-kota kecil, warga yang menonton siaran televisi terestrial pun masih tinggi.
”Pangsa pasar utama mereka (perusahaan rintisan bidang teknologi digital) adalah warga kelompok menengah ke atas dan melek internet. Sementara di Indonesia, porsi warga kelompok menengah ke bawah masih besar. Maka, mereka memasang iklan di televisi terestrial untuk menggaet kelompok menengah ke bawah dan ternyata kelompok ini merupakan segmen pemirsa siaran televisi terestrial yang utama,” ujarnya.