Dana Moneter Internasional menilai, Indonesia relatif kuat dalam menghadapi turbulensi ekonomi global. Meski demikian, upaya memperkuat ekosistem dan ruang bagi UMKM perlu terus dilakukan.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Managing Director Dana Moneter Internasional/IMF Kristalona Georgieva terkesan dengan pusat perbelanjaan Sarinah di Jalan MH Thamrin, Jakarta, yang menampilkan hasil produk usaha mikro, kecil, dan menengah Indonesia. Ia mengaku kagum dengan upaya Indonesia dalam memperkuat ekosistem ekonomi seperti yang ada di Sarinah.
”Saya sangat bersyukur bisa mengunjungi tempat (Sarinah) yang merupakan bentuk simpel dari Indonesia, baik dalam hal bakat, warna, dan orang-orang luar biasa yang membuatnya,” kata Georgieva dalam konferensi pers seusai bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno di gedung Sarinah Thamrin, Minggu (17/7/2022).
Georgieva tiba di Sarinah pada Minggu sore dan langsung diajak Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berkeliling di pusat perbelanjaan tertua di Indonesia itu. Mereka antara lain mengunjungi instalasi kain batik Garuda Nusantara sepanjang 74 meter di area lobi selatan serta menyaksikan langsung demo Batik Motif Sekar Jagad oleh penyandang disabilitas.
Selain itu, Kristalina Georgieva diajak melihat ruang ekshibisi foto Sarinah Gallery, Instalasi Dekonstruksi & Rekonstruksi ”Gunungan Wayang” oleh Dudung Aliu Syahbana, dan menyampaikan kesannya di relief peninggalan Presiden Soekarno. Sarinah dinilai mampu menjadi wadah bagi bakat-bakat UMKM Indonesia.
”Tempat ini memunculkan bakat-bakat UMKM sehingga Anda bisa bangga dengan nilai luar biasa yang dibawa budaya Indonesia ke Indonesia ataupun dunia,” katanya, melanjutkan.
Georgieva mengaku terakhir kali berkunjung ke Jakarta 20 tahun silam. Ia menilai, ibu kota Indonesia ini telah banyak berubah, terutama dalam hal infrastruktur. Ia mencontohkan, kemajuan transportasi metro yang layak dipertahankan. ”Saya sudah 20 tahun tidak ke Jakarta. Terakhir saya ke sini 20 tahun lalu. Jakarta sangat berubah. Perkembangan infrastruktur luar biasa,” ujarnya.
Sebelum meninggalkan Indonesia pada Minggu malam, Georgieva juga menyampaikan pesan rasa cintanya kepada Indonesia. ”Untuk semua orang Indonesia, ini pesan saya untuk Anda. Saya mencintai Anda, Indonesia,” ujarnya sambil membentuk jari berbentuk hati.
Georgieva tiba di Jakarta seusai menghadiri pertemuan inti tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Minister Central Bank Governor/FMCBG) Kelompok G20 Presidensi Indonesia di Nusa Dua, Bali, pekan lalu. Ia juga bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu. Dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, ia berdiskusi tentang kebijakan-kebijakan yang membuat Indonesia lebih kuat di tengah perekonomian dunia yang penuh tantangan.
Pertemuan inti tingkat FMCBG Kelompok G20 itu antara lain membahas situasi ekonomi dunia yang penuh tantangan. Namun, ia menyebut ekonomi Indonesia masih relatif baik dengan pertumbuhan ekonomi 5,01 persen dan inflasi sekitar 4,2 persen, cenderung lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. ”Di cakrawala yang semakin gelap, Indonesia adalah titik terang,” kata Georgieva.
Ia berpesan pentingnya ekspansi ekspor yang cepat, terutama dari sektor UMKM. Selain itu, upaya Indonesia untuk mencegah bertambahnya tingkat kemiskinan.
Menteri Erick mengatakan, kunjungan Georgieva memberikan citra positif bagi pembangunan dan perekonomian Indonesia. Georgieva, lanjut Erick, menilai Indonesia sudah menuju pada arah yang baik dengan fondasi ekonomi yang kuat serta kemajuan pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan kepada UMKM. Erick juga menyampaikan kekaguman Georgiva terhadap ekosistem yang dibangun Sarinah.
Dia menilai, penguatan ekosistem tidak bisa ego sektoral, tetapi harus saling mendukung dan harus ada hasil yang konkret. Sarinah tidak hanya etalase produk lokal semata, tetapi juga upaya pemerintah meningkatkan kualitas produk lokal yang bisa bersaing di kancah global dan berkesinambungan.
”Jangan lagi ada persepsi seakan-akan produk itu standarnya tidak baik, kita bisa buktikan di sini, bahkan kemarin Bapak Presiden bilang kenapa kalau (produk) UMKM harus dijual murah, padahal ini buatan tangan bangsa kita. Jualnya mahal dong, inilah yang harus kita dorong,” ujarnya.
Menteri Erick juga mengpresiasi IMF yang memuji ketahanan Indonesia. Meskipun secara internal ekonomi Indonesia dalam posisi kuat, lanjut Erick, hal tersebut tidak menurunkan kewaspadaan Indonesia. ”Secara eksternal, yang namanya geopolitik, global ekonomi bisa saja berdampak,” kata Erick.
Sementara itu, Menteri Sandiaga mengemukakan, 25 tahun lalu Indonesia menghadapi situasi ekonomi yang memprihatinkan dan IMF hadir dengan program kebijakan. Saat ini, IMF hadir bukan dengan program kebijakan, melainkan mengapresiasi Indonesia. Indonesia dianggap dalam fase pembangunan yang membuka peluang bagi UMKM dan lapangan kerja.
”Kuncinya, kita selalu bersatu padu dan Indonesia dihargai dalam kepemimpinan menyatukan semua kekuatan di dunia untuk sama-sama memikirkan perdamaian dunia,” ujarnya.