Pengiriman Ponsel Turun Tiga Triwulan Berturut-turut
Pengiriman ponsel pintar dari produsen ke Indonesia turun tiga triwulan terakhir. Kelangkaan cip dan komponen jadi pemicunya. Namun, tak semua produsen turun pengirimannya, terutama karena faktor strategi jangka panjang.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengiriman ponsel pintar dari produsen kepada semua kanal penjualan di pasar Indonesia mengalami tren penurunan karena kendala kelangkaan cip dan komponen. Terlepas dari kendala itu, produsen ponsel pintar berupaya menjaga kelanjutan bisnis dengan membuat rencana pengadaan cip jangka panjang. Strategi ini dinilai mampu membuat inovasi ponsel pintar tetap terjaga sehingga pengiriman ke seluruh kanal penjualan tetap bertumbuh.
Associate Market Analyst International Data Corporation (IDC) Indonesia Vanessa Aurelia di Jakarta, Selasa (12/7/2022), mengatakan, pengiriman ponsel pintar di Indonesia cenderung terus turun selama tiga triwulan berturut-turut. Sesuai riset yang digelar IDC Indonesia, pengiriman ponsel pintar dari produsen ke semua kanal penjualan di Indonesia turun 12 persen pada triwulan III-2021, lalu turun 13 persen pada triwulan IV-2021.
Sementara pada triwulan I-2022, pengiriman ponsel pintar kembali turun 17,3 persen jika dibanding dengan setahun sebelumnya. ”Kelangkaan cip 4G berpengaruh signifikan terhadap keseluruhan pengiriman ponsel pintar di Indonesia,” ujarnya.
Akibat kendala rantai pasok itu, beberapa produsen ponsel pintar memilih untuk menunda atau sama sekali tidak merilis beberapa model ponsel pintar. Ada juga produsen ponsel pintar yang memutuskan untuk menggunakan cip dan komponen alternatif.
Di Indonesia, ponsel pintar segmen pemula (ultra low-end) dan bawah (low-end) berkontribusi besar terhadap total jumlah pengiriman. Akibat kendala kelangkaan cip, suplai kedua segmen ponsel pintar itu turun. Vanessa menyebut porsi suplai keduanya per triwulan I-2022 mencapai 73 persen. Padahal, biasanya, porsi suplainya bisa mencapai 77 persen lebih.
Jika menelaah lebih dalam temuan riset IDC Indonesia, khususnya pada triwulan I-2022, tidak semua produsen ponsel pintar mengalami penurunan pertumbuhan pengiriman. Misalnya, Samsung. Pada awal tahun, Samsung banyak mengeluarkan kategori ponsel pintar dibandingkan dengan merek lain.
Pendiri Komunitas Gadtorade (komunitas pengguna dan penyuka gawai) Lucky Sebastian saat dihubungi terpisah, berpendapat, Samsung memiliki kebijakan pengadaan cip dan komponen jangka panjang. Perusahaan ini dinilai memiliki strategi proyeksi (forecast) kondisi industri teknologi yang lebih panjang. Oleh karena itu, secara global, Samsung juga masih mencatatkan pertumbuhan positif pengiriman ponsel pintar ke seluruh kanal penjualan.
Memiliki strategi seperti itu bisa jadi opsi untuk menjaga kelangsungan inovasi dan bisnis. Sebab, kata dia, pasokan cip kali ini tidak hanya dibutuhkan oleh industri ponsel. Pengguna cip terbesar berikutnya yang kini terus bertumbuh yaitu pelaku industri kendaraan listrik. Selain itu, masih ada pelaku industri benda terhubung internet (IoT) yang sedang bermunculan dengan berbagai produknya, seperti perangkat rumah cerdas dan kota cerdas. Mereka juga membutuhkan cip.
Teknologi pembuatan cip, terutama teknologi yang terbaru yang bisa membuat cip dengan transistor sudah bisa sangat berukuran kecil, yakni 4–5 nanometer. Tidak banyak pabrik cip yang mampu, bahkan saat ini teknologi terbaru ini hanya dimiliki dua pabrik, yakni TSMC Taiwan dan Samsung Korea. Jadi, ketika permintaan cipnya besar, terutama dari produsen ponsel pintar dan kendaraan listrik yang selalu berusaha memperbarui diri, dan pabrikan terbatas, pasokan cip jadi terbatas. Belum lagi, masih ada kuncitara pandemi Covid-19 yang menyebabkan produksi cip terbatas.
”Ketika perubahan inovasi ponsel pintar akhirnya dirasa tidak terlalu signifikan, konsumen Indonesia akhirnya memutuskan menambah durasi pemakaian yang mungkin dalam hitungan tahun. Selain itu, segmen terbesar konsumen ponsel pintar di Indonesia masih diisi oleh segmen bawah yang sangat sensitif harga,” katanya.
Posisi Indonesia baru sebatas menjadi pasar perakitan gawai beserta perangkat cerdas lainnya. Indonesia belum menjadi produsen utama.
Menurut Ketua bidang Industri dan Kemandirian IoT, Artificial Intelligence, dan Big Data Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Teguh Prasetya, operator telekomunikasi seluler masih terus melakukan perbaikan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi berteknologi 4G. Selain itu, operator juga baru mulai menggelar jaringan 5G ke beberapa kota. Semuanya ini menunjukkan potensi pasar ponsel pintar di Indonesia yang masih besar.
Bisnis IoT saat ini memiliki pertumbuhan lebih dari 10 juta perangkat per tahun. Teguh meyakini, realitas itu juga membuat produsen terpikat dengan Indonesia. ”Kelemahan Indonesia sejauh ini, yaitu posisi Indonesia baru sebatas menjadi pasar perakitan gawai beserta perangkat cerdas lainnya. Indonesia belum menjadi produsen utama. Ketika muncul kendala pasokan cip dan komponen seperti sekarang, industri manufaktur perakitan di Indonesia sebenarnya ikut terdampak,” kata Teguh.