Presiden Minta Koperasi Bangun Pabrik Minyak Makan Merah
Presiden Joko Widodo meminta koperasi di sejumlah daerah membangun pabrik minyak makan merah sebagai alternatif pencegahan ”stunting” dan gizi buruk. Selain itu, petani kelapa sawit diharapkan mendapat nilai tambah.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Presiden Joko Widodo secara khusus meminta agar koperasi di sejumlah daerah membangun pabrik minyak makan merah sebagai alternatif pencegahan tengkes (stunting) dan gizi buruk di kalangan masyarakat. Sejumlah koperasi petani kelapa sawit perlu bersiap diri.
Hal itu dikemukakan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki saat mendampingi Presiden Joko Widodo yang meninjau proses penelitian minyak makan merah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Kampung Baru, Kota Medan, Kamis (7/7/2022). Presiden sempat berdialog dengan sejumlah pengurus koperasi kelapa sawit tentang kondisi yang dialami petani kelapa sawit.
Selain Teten, hadir mendampingi Presiden dalam peninjauan tersebut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, serta Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi.
Teten mengatakan, Presiden meminta kementeriannya menindaklanjuti agar koperasi ini menjadi produsen minyak makan merah. ”Kami akan segera menindaklanjuti karena pada dasarnya sudah ada koperasi yang siap memproduksi minyak makan merah,” ujarnya.
Pekan depan, kata Teten, Presiden Jokowi akan menggelar rapat koordinasi yang melibatkan Kementerian Koperasi dan UKM dengan beberapa pihak terkait, di antaranya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Menteri Pertanian, Badan Pangan Nasional, dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Minyak makan merah merupakan produk turunan kelapa sawit. Produk ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan yang multifungsi, mulai digunakan untuk kebutuhan menggoreng seperti pada umumnya hingga dikonsumsi langsung sebagai minyak makan.
Keunggulan minyak makan merah terletak pada kandungan gizinya yang tinggi, yakni mengandung beta karoten, vitamin A, fitonutrien, dan komposisi asam lemak sehingga menjadi produk fungsional yang strategis dalam pengentasan tengkesdi Indonesia. Selain itu, kandungan fitonutrien pada minyak makan merah, terutama vitamin E, dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif kosmetik yang dapat mencegah penuaan dini dan bahan farmasi pencegah penyakit degeneratif.
Teten menjelaskan, koperasi di Indonesia sangat potensial untuk diposisikan sebagai produsen minyak makan merah yang dipasok oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Nilai investasi yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan dengan pabrik minyak goreng komersial. Selain itu, biaya logistiknya juga relatif kecil. ”Kita perlu mempercepat hilirisasi sawit oleh koperasi sehingga petani sawit mendapatkan nilai tambah ekonomi lebih besar dan penyerapan hasil panen petani menjadi lebih pasti,” kata Teten.
Ia sempat berdialog dengan petani sawit binaan Koperasi Sawit Unggul Sejahtera Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, sebagai salah satu koperasi percontohan yang didorong untuk memproduksi minyak makan merah. Dengan begitu, para petani sawit akan mendapatkan nilai tambah dan mampu menerima manfaat dari pengelolaan bisnis sawit.
Saat ini teknologi untuk memproduksi minyak makan merah sendiri bahkan sudah ada di PPKS Medan. Karena pengolahannya yang sederhana, dia optimistis koperasi mampu membangun pabrik minyak makan merah ini. ”Pabrik minyak makan merah dari koperasi diharapkan memperkuat pasokan minyak goreng ke masyarakat yang lebih murah dan sehat. Turunannya juga bisa jadi produk kosmetik, farmasi, dan masih banyak lainnya,” kata Teten.
Sebagaimana arahan Presiden Jokowi, Kementerian Koperasi dan UKM berharap dukungan seluruh pemangku untuk menyosialisasikan minyak makan merah oleh koperasi. Pendirian pabrik minyak makan merah ini merupakan tindak lanjut atas gagasan Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi) dan Serikat Petani Kelapa Sawit (Srikes). Kedua kelompok petani ini pernah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara pada 23 Maret 2022. Salah satu koperasi yang menyatakan kesiapan membangun pabrik ini adalah Koperasi Unit Desa Tani Subur, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Ketua KUD Tani Subur, Sutiyana, mengatakan, pihaknya merupakan eks plasma petani sawit yang terdiri atas delapan koperasi.
”Sekarang bentuknya koperasi sekunder. Dari sisi pasokan bahan baku sawit, kami sudah sangat siap karena total lahan kami mencapai 7.300 hektar dan siap memproduksi 30 ton per jam,” ujar Sutiyana.