Baru 30 Persen Peserta Program Kartu Prakerja yang Tak Lagi Menganggur
Program Kartu Prakerja sudah berlangsung dua tahun, dan akan terus dilanjutkan. Evaluasi dan penyempurnaan akan dilakukan.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Baru 30 persen pengangguran yang mendapatkan pekerjaan atau menjadi wirausaha setelah mengikuti program Kartu Prakerja. Namun, program ini tetap dinilai bermanfaat dan akan dilanjutkan. Penyempurnaan program juga akan dilakukan.
Presiden Joko Widodo bertemu dengan 8.000 perwakilan alumni program Kartu Prakerja di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/6/2022). Alumni ini berasal dari 34 provinsi dan lebih dari 300 kabupaten/kota. Hadir pula dalam acara ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Dalam laporannya, Airlangga mengklaim program pemerintah untuk masyarakat ini salah satu yang paling masif dan dinilai berhasil. Sejak diluncurkan pada 2020, sudah 12,8 juta orang mengikuti program ini dan 95 persen di antaranya sudah menerima insentif. Dari jumlah tersebut, 50 persen tinggal di desa, 49 persen perempuan, dan 3 persen disabilitas.
Menurut Airlangga, pasar pelatihan prakerja yang dilangsungkan secara daring selama dua tahun nilainya sekitar Rp 6 triliun. Namun, dengan program ini, baru 30 persen yang mampu mengubah nasib dan berhasil mendapatkan pekerjaan atau berwirausaha. ”Dari yang mengikuti (program) prakerja, 30 persen yang sebelumnya menganggur, sekarang telah bekerja atau berwirausaha,” tutur Airlangga.
Presiden Joko Widodo sangat mengapresiasi program yang dimulai saat pembatasan sosial berskala besar sebagai imbas pandemi Covid-19 diterapkan. ”Saya sangat apresiasi yang daftar itu sampai saat ini sudah 115 juta, yang terverifikasi 84 juta, yang diterima 12,8 juta. Besar sekali ini,” tutur Presiden.
Penggunaan platform digital dan alokasi anggaran yang langsung dikirimkan kepada peserta juga diapresiasi.
Peserta yang berkesempatan berdialog dengan Presiden pun menyampaikan manfaat mengikuti program prakerja. Pudencia yang berasal dari Ende, Nusa Tenggara Timur, mendapatkan pekerjaan di Bandara Sabu Raijua. Ni’am Al Muzakki asal Cirebon juga kemudian mendapatkan pekerjaan di perusahaan BUMN. Adapun Sandi Noviandi Samiaji, warga Bogor, bisa berwirausaha tanaman hidroponik.
Ketiganya pun meminta program ini dilanjutkan. Sebab, program prakerja dirasakan betul manfaatnya.
Kendala
Kendati demikian, beberapa kendala terungkap dari dialog dengan para alumni ini. Para peserta harus mendaftar berulang kali untuk mengikuti program ini. Pudencia baru bisa mengikuti program di gelombang ke-13 kendati sudah mendaftar dari gelombang pertama. Dia pun harus ke kota untuk mendaftar karena tidak memiliki akses jaringan internet yang memadai di desanya.
Selain itu, baik Ni’am maupun Sandi mengharapkan ada pendampingan kepada para alumni program ini. Pendampingan tersebut salah satunya terkait pemasaran produk yang sudah dihasilkan.
Sandi mengakui memiliki kelemahan pada bidang pemasaran. Karena itu, setelah mengikuti program prakerja berupa pertanian hidroponik, mendapatkan starter kit, dan panen, dia tidak bisa menjual produknya. Mencoba menjual kepada tetangganya pun tidak berhasil karena harga produk hidroponik lebih mahal. ”Kalau bisa, (pelatihan) online jadi offline dan pemasarannya dibantu. Jangan hanya pelatihan,” ujarnya.
Seusai silaturahmi, Presiden Jokowi menilai, program ini membawa manfaat secara riil. Karena itu, para alumni berharap program dilanjutkan. ”Dalam survei BPS memang di situ jelas sekali, 88,9 persen para peserta mengaku mendapat manfaat berupa keterampilan yang lebih baik atau keterampilan baru. Ini penting data persentase 89,9 persen adalah sebuah apresiasi yang sangat tinggi,” tuturnya kepada wartawan.
Presiden pun berharap program ini dilanjutkan. Untuk tahun 2023 maupun 2024 pun, menurut Presiden, anggarannya sudah ada. ”Yang paling penting sekarang ini dievaluasi dulu, ada koreksi-koreksi. Mengenai anggaran nanti disesuaikan dengan APBN yang ada. Namun yang jelas dalam pengembangan SDM negara kita, ini sangat baik. Baik untuk upskilling, reskilling, sangat baik dan dalam jumlah gede banget, 12,8 juta,” tuturnya lagi.
Selain itu, program pelatihan juga akan disesuaikan. Apabila saat ini berkaitan dengan masalah digital, ke depan bisa saja pelatihan akan berkaitan dengan hal-hal lain yang lebih relevan seperti pangan dan energi.
Direktur Operasi dan Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Hengki Sihombing mengakui, kendati program Kartu Prakerja sangat baik karena memberi kesempatan warga untuk mendapatkan pelatihan, inovasi memerlukan waktu untuk pengembangan dan perbaikan.
”Prakerja ibarat bayi baru dua tahun masih perlu pengembangan supaya bisa berjalan dan berlari supaya semakin banyak masyarakat Indonesia bisa merasakan manfaatnya,” tambahnya.