Cadangan Devisa Dinilai Bisa Menjaga Kestabilan Rupiah dari Tekanan Global
Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia 31 Mei 2022 pada posisi 135,60 miliar dollar AS. Posisi ini sedikit menurun dibandingkan April yang sebesar 135,7 miliar dollar AS.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Menghadapi berbagai tantangan global yang dipicu perang Rusia dan Ukraina serta kebijakan kenaikan tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat, cadangan devisa Indonesia dinilai bisa tetap menjaga kestabilan rupiah. Indonesia masih akan diuntungkan dari tingginya harga komoditas energi yang mendongkrak kinerja ekspor, menciptakan surplus neraca perdagangan, sehingga tetap menjaga cadangan devisa dalam posisi cukup untuk mempertahankan kestabilan rupiah.
Pada Rabu (8/6/2022), Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa 31 Mei 2022 pada posisi 135,60 miliar dollar AS. Posisi ini sedikit menurun dibandingkan dengan April yang sebesar 135,7 miliar dollar AS.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, perkembangan posisi cadangan devisa itu dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, pajak dan jasa, serta kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Ia menuturkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Erwin menambahkan, pihaknya menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. ”Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi,” ujar Erwin.
Cadangan devisa terbukti berhasil menjaga kestabilan rupiah. Hal ini tecermin dari nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini yang terjaga di kisaran Rp 14.200-Rp 14.400. Adapun cadangan devisa Indonesia memang menurun sejak Februari 2022 dari posisi 141,4 miliar dollar AS menjadi 135,6 miliar dollar AS pada Mei 2022. Artinya, kebijakan moneter dan penggunaan cadangan devisa mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Dihubungi secara terpisah, Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menjelaskan, tren penurunan devisa itu karena dipicu keluarnya aliran dana investasi portofolio dari Indonesia. Selain juga terjadi penurunan surplus neraca pembayaran dan neraca perdagangan.
Mengutip data Kementerian Keuangan, pada Mei 2022 tercatat ada Rp 35 triliun dana dari Surat Berharga Negara (SBN) yang keluar dari Indonesia dan ada Rp 3,6 triliun dana pasar modal yang keluar dari Indonesia.
Meski demikian, Josua meyakini cadangan devisa Indonesia saat ini dalam posisi cukup kuat untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dari berbagai tekanan global yang dipicu oleh ketegangan geopolitik Rusia dengan Ukraina, kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, dan normalisasi kebijakan moneter bank sentral di banyak negara dunia.
”Keyakinan ini berasal dari cadangan devisa Indonesia saat ini lebih besar ketimbang saat krisis ekonomi 2008 dan 1998. Harapannya bisa menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah,” ujar Josua.
Ia menambahkan, cadangan devisa Indonesia ke depan masih akan terjaga berkat adanya dorongan surplus neraca perdagangan. Masih tingginya harga komoditas energi, seperti batubara dan minyak sawit, mendorong kinerja ekspor sehingga menciptakan surplus neraca perdagangan yang pada ujungnya menjaga cadangan devisa. Sampai dengan April 2022, surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar 7,56 miliar dollar AS.
Perkiraan ke depan
Sampai akhir tahun, Josua memperkirakan cadangan devisa akan tetap terjaga di kisaran 138 miliar dollar AS-140 miliar dollar AS. Adapun rupiah sampai akhir tahun diperkirakan akan berada di kisaran Rp 14.400 per dollar AS-Rp 14.500 per dollar AS. Estimasi didasari oleh kemungkinan ketegangan geopolitik Rusia dengan Ukraina bisa segera mereda paling cepat di triwulan ketiga dan harga komoditas yang tinggi masih tetap menjadi pendongkrak cadangan devisa serta stabilitas nilai tukar rupiah.
”Kondisi fundamental Indonesia yang positif ditambah cadangan devisa yang kuat jadi bekal menjaga stabilitas perekonomian,” ucap Josua.
Selain itu, kekhawatiran akan terjadi kepanikan dan arus keluar modal asing yang dipicu kenaikan tingkat suku bunga bank sentral AS diperkirakan tidak akan terjadi. Sebab, bank sentral AS telah sejak jauh-jauh hari mengomunikasikan rencananya untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan sehingga sudah lama diantisipasi pasar.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menambahkan, selain harga komoditas yang masih tinggi yang mendorong surplus neraca perdagangan, cadangan devisa Indonesia diperkirakan juga akan mendapat tambahan tenaga dari neraca pembayaran. Investasi langsung di sektor pertambangan dan perkebunan diperkirakan akan masih menjanjikan sehingga mendorong neraca pembayaran.
Ia memperkirakan cadangan devisa pada akhir tahun pada kisaran 130 miliar dollar AS-140 dollar AS.