Sebanyak 43 perusahaan berminat menawarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Dana publik yang dapat dihimpun dalam pencatatan itu diperkirakan mencapai Rp 14,1 triliun.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
Karyawan melintas di monitor yang memperlihatkan pergerakan indeks di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (9/5/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 43 perusahaan menyatakan minatnya untuk masuk ke Bursa Efek Indonesia. Hingga Senin (6/6/2022), semua perusahaan tersebut sedang menjalankan proses pencatatan saham di BEI.
Dana publik yang dapat dihimpun dalam pencatatan saham tersebut mencapai sekitar Rp 14,1 triliun. ”Sampai dengan 6 Juni 2022, ada 43 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Nyoman Yetna, Senin.
Sektor perusahaan yang sedang dalam proses pencatatan saham sangat beragam. Sembilan perusahaan di antaranya berasal dari sektor konsumer nonsiklikal, sementara delapan perusahaan lainnya berasal dari sektor konsumer siklikal.
Selain perusahaan yang mau masuk bursa, menurut data sampai 3 Juni 2022, ada 33 emiten yang akan melakukan right issue. Right issue merupakan upaya penambahan modal dengan menerbitkan saham baru dan memberikan hak kepada para pemegang saham untuk memesan saham terlebih dahulu.
Menurut Yetna, dana yang diperkirakan dapat dihimpun dari penerbitan right issue tersebut mencapai sekitar Rp 25,2 triliun. Beberapa emiten juga akan mencatatkan efek bersifat utang, seperti obligasi dan sukuk. Ada 36 emisi yang akan diterbitkan oleh 30 emiten dengan total dana yang dapat dihimpun mencapai sekitar Rp 44,9 triliun.
Sepanjang tahun lalu, penggalangan dana melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dinilai cukup positif. Hingga akhir 2021, terdapat 54 perusahaan baru yang masuk bursa dengan perolehan dana publik mencapai Rp 62,61 triliun.
Selain kenaikan indeks, data perdagangan di BEI juga meningkat tahun lalu. Hingga akhir tahun 2021, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) BEI naik 45,3 persen menjadi Rp 13,39 triliun, sementara rata-rata frekuensi transaksi harian menguat 91,2 persen menjadi 1,3 juta kali. Selain itu, rata-rata volume transaksi harian meningkat 81,1 persen menjadi 20,6 miliar saham.
Belum melaporkan
Kepala Divisi Penilaian Perusahaan I BEI Adi Pratomo Aryanto, dalam keterbukaan informasi di BEI, menyatakan, hingga Selasa (7/6/2022), masih ada 68 perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan auditan yang berakhir pada 31 Desember 2021. Padahal, batas akhir setelah peringatan tertulis tahap pertama dari BEI adalah 31 Mei 2022.
BEI juga telah memberikan peringatan tertulis kedua dan denda sebesar Rp 50 juta kepada 68 emiten yang belum menyampaikan laporannya.
Beberapa emiten yang belum menyampaikan laporan keuangan di antaranya PT Mahaka Media Tbk, PT Armidian Karyatama Tbk, PT Arhavest Tbk, PT Sepatu Bata Tbk, PT Estika Tata Tiara Tbk, PT Bakrie Telecom Tbk dan lainnya.